DETAK KE 7 - SALJU

758 115 6
                                    

AIRI Point Of View

Aku mendengarnya, suara nafas dan detak jantung, ada satu orang dibibir hutan.

Kuhentikan langkahku yang sudah berada di pengujung Desa Bossa, jalan menuju hutan. Hari ini adalah hari keenam sejak pengejaran terakhir kali, hari yang sama ketika aku harus turun ke kota. 

Sepanjang perjalanan menuju kota tadi, aku tidak merasakan hal yang aneh mengikuti. Tidak ada satupun yang mencurigakan. Dan sekarang saat aku pulang, satu diantara tujuh orang itu menunggu di bibir hutan. Apa maksudnya?

Lima menit kemudian, aku masih tak mendengar langkah kaki yang bergerak atau mendekat. Merasa tak ada gunanya menunggu ditempat, aku memutuskan untuk terus maju. Lagipula, tiga pisau lipat yang kuselipkan dibalik mantel, lengan baju, dan keranjang sudah siap pakai kapan saja.

Empat puluh langkah, aku bisa melihat siluetnya diantara pohon-pohon hutan yang menjulang.

Buk buk buk buk buk... 

 Ini... Suara hentakan kaki diatas salju.

Sepuluh langkah, aku bisa mendengarnya dengan jelas. Enam orang itu berpencar di tiga posisi, yang paling jauh berada empat ratus meter lebih dari tempatku berdiri. 

Menghentikan langkah, aku memandang datar lelaki yang menjadi otak dibalik kejadian yang akan terjadi beberapa saat lagi.

Si pirang dengan alis super tebal.

Meskipun ini pertemuan kedua kami, baru kali ini aku melihat wajahnya dengan jelas. Pria pirang ini memiliki konstitusi tubuh yang sangat bagus. Terlebih, aku merasakan aura kepemimpinan yang kental disekitarnya. Dengan dada bidang tegap, ekspresinya yang tegas didukung alis tebalnya, tak heran semua orang yang berhadapan dengannya pasti akan segan dan menaruh hormat yang lebih.

Manik biru itu seperti air tenang yang menghanyutkan. Sipirang ini sosok yang tegas, dia mungkin tipikal pemimpin yang memperhitungkan segalanya dengan cemat dan berpenglihatan tajam. 

Tentu saja aku tak akan terlena dengan penampilannya. Sebagai otak dari semua rencana penangkapanku ini, aku harus sangat berhati-hati dengan langkahnya.

Terutama, dengan apa yang akan digunakan sipirang ini untuk menyudutkanku.

"Iria-san tetap datang meski tau saya sudah menyiapkan jebakan untuk anda dibelakang sana, seperti yang saya perkirakan" Sambut si pirang dengan santainya sambil memangkas jarak.

Setelah tersisa lima langkah, sipirang itu berhenti. Ia membalikkan setengah badannya menghadap hutan, sambil menunjuk hutan dia meneruskan, "Iria-san mendengarnya kan? Aku memerintahkan bawahanku untuk menghentakkan kakinya diatas salju"

Detak jantungku terasa melambat detik itu juga, mereka tau tentang super hearing?

"Berhenti berbicara omong kosong. Enyahlah." balasku sambil melanjutkan langkah dan berusaha berekspresi setenang mungkin. 

Aku tidak bisa membiarkan mereka menemukan rahasiaku. Tapi, sejauh mana yang mereka tau? Apa aku harus mengujinya? 

Dua detik usai memutuskan, kulanjutkan ucapanku, "Bisnis denganku baru dibuka musim semi nanti"

"Waktu yang tepat Iria-san, kami akan mengakhiri riwayat Karl Vassago dimusim semi nanti,-"

Balasannya menghentikan langkahku yang hanya bersisihan satu langkah dengannya. Jantungku berdetak dengan kecepatan ekstrem dalam sekejab, kugengam erat pisau lipat dibalik mantelku. 

MELLIFLUOUS BEAT I [LEVI X OC] I SHINGEKI NO KYOJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang