MB OVA 2 - YANG TERASA

202 27 6
                                    

LEVI Point Of View

"Kau tidak perlu mengkhawatirkannya." 

Hal yang ingin kusampaikan akhirnya terwakilkan juga oleh Mike. 'Kembaran' si pirang itu memang beberapa kali ditugaskan bersamaku sebagai mentoring partner dalam pelatihan Prajurit Aneeska, jadi tentu saja si pengendus itu tau tentang kemajuan pelatihannya. 

Omong-omong, Erwin kembali gelisah sejak Airi datang meminta bantuannya untuk membeli beberapa bahan obat yang tak tersedia dalam klinik kesehatan. Sebelumnya, kami tau gadis itu telah meminta bantuan dokter di unit kesehatan untuk menyiapkan semacam suplemen yang meningkatkan stamina tubuh, jadi kami berhenti khawatir. Tapi ditanggal sebelas lalu, dia meminta izin untuk mengambil satu set akupuntur miliknya yang tertahan ditangan Shadis Danchou-sejak dia menggunakannya terakhir kali dalam perawatan retak tulang-dan juga menyerahkan selembar kertas berisi daftar bahan obat yang ia butuhkan.

"Santai saja... itu semua tidak termasuk kategori bahan obat langka. Hanya saja, dengan tipe vegetasi tanaman obat itu, kurasa akan sulit untuk menemukan stoknya di kota ini, jadi aku meminta tolong."

Itulah yang Airi katakan. 

Entah apa yang akan dia buat dengan bahan obat itu, kami tidak bertanya dan Erwin sendiri tidak repot-repot mencari tau ketika ia langsung mengirim Jurgen, Pere, serta satu orang dari unit kesehatan untuk mencari bahan obat itu. Jujur saja, aku juga merasa bingung karena aku tidak mendeteksi penurunan kualitas atau kuantitas latihannya, itu masih sama seperti awal. Bahkan hingga hari ini, lima hari setelah dia membuat permintaan, tidak ada yang menurun dari performanya. 

Jadi mengapa dia membutuhkannya? Daripada obat untuk memperkuat stamina-atau apalah itu, aku jauh lebih jengkel dengan luka gores dan lebam yang semakin banyak hari demi hari. Sialnya, gadis bodoh itu seperti tidak memiliki niat untuk mengobatinya dengan benar, bahkan secara terang-terangan mengabaikan peringatanku tentang luka-luka kecil ditubuhnya. 

"Ini hanya goresan, untuk apa meributkannya?"  Begitulah isyarat dari riak iris peraknya yang menjawab umpatanku. 

Sungguh, jika bukan karena desain seragam yang tertutup ini, Erwin sudah pasti akan memucat ketika melihat perban berlapis yang melilit seluruh tangan dan kakinya.

"Apa barang yang kuminta sudah datang?" tanyaku menginterupsi tangan sibuk Erwin. 

Barang yang kumaksud adalah salep khusus yang biasa Erwin suplai secara pribadi untuk squad-nya sendiri. Aku sudah menggunakannya beberapa kali dan efeknya jauh lebih bagus daripada salep di unit kesehatan, jadi aku meminta beberapa untuk gadis itu ketika Erwin memesan stoknya. Setelah menunggu hampir seminggu, aku benar-benar ingin segera memberikan salep ditanganku ini, tetapi sebuah ketukan disusul derit pintu yang terbuka mendistraksi fokus semua orang diruangan.

"Shitsurei shimasu, Erwin Buntaicho, Levi-san, Mike-san." 

Awalnya kami bertiga mengernyit heran karena ini sudah hampir tengah malam. Membuat keributan diatas jam malam apalagi sampai mengganggu ruangan atasan adalah pelanggaran etiket, prajurit mana yang masih berani melanggar? Namun, kami dibuat terkejut karena itu adalah Jurgen dan Pere, masing-masing berkeringat lelah dan menenteng berbundel-bundel herbal seukuran kotak obat. 

"Maaf tidak sempat mengirim kabar, kami berkuda tanpa henti setelah mendapatkankan bahan obatnya. Semuanya lengkap, buntaicho." 

Semua orang menghela nafas puas. Kabar terakhir yang dikirim Jurgen dan Pere mengatakan bahwa memang sulit untuk menemukan stok obatnya di kota ini, jadi keduanya memutuskan untuk mencari ke kota lain atas arahan dokter dari unit kesehatan. Untunglah mereka menemukannya. 

MELLIFLUOUS BEAT I [LEVI X OC] I SHINGEKI NO KYOJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang