DETAK KE 20 - SYARAT PERTAMA

376 51 6
                                    

AUTHOR'S Point Of View

Hari ini hari kelima sejak persidangan, tapi topik tentang fraksi anti pasukan pengintai itu masih masih segar dimasyarakat. 

Kedatangan Erwin selaku wakil dari Pasukan Pengintai yang menyerahkan laporan ke pengadilan hari ini juga mencuri banyak perhatian. Kesempatan ini juga dimanfaatkan Erwin untuk berbicara dengan Jendral Zackly mengenai permintaan Airi. Karena itulah mereka mendapatkan akses untuk masuk ke penjara polisi militer ibukota tanpa pengawasan. 

Tapi, sekarang Erwin ragu apa kunjungan ini benar-benar mengakhiri segalanya seperti yang Airi katakan padanya. Memang gambaran besarnya sudah selesai, tapi insting Erwin mengatakan bahwa ia harus melakukan beberapa hal untuk menyelesaikan masalah yang mengikat Airi.

Mata Erwin telah melihat bahwa Airi masih terbelenggu, Airi masih belum memenangkan hatinya sendiri. 

Kereta itu sangat-sangat sunyi meski diduduki oleh lima orang. Atmosfernya berat, bahkan Hanji yang dasarnya sangat ekspresif sekarang menutup mulutnya. 

Yang menemani mereka adalah bau darah samar dari tangan Airi yang kembali berdarah. Meski begitu, tak ada yang ingin mengangkat luka itu sekarang. 

Keempatnya tentu bisa membayangkan bagaimana Airi bertahan dibalik tragedi, tapi itu hanya pemahaman verbal. Setelah melihat Airi 'menyelesaikan' masa lalunya dipenjara, mereka tidak bisa tidak ikut tertekan. Apalagi Airi yang sejak keluar mengunci mulutnya rapat-rapat. 

Mereka hanya bisa membiarkan Airi menenangkan dirinya sendiri, kata-kata penghiburan dari mereka hanya semakin mengorek luka. 

Hanji menuntun Airi kekamarnya, membersihkan luka, dan menyuruh gadis pucat itu beristirahat. Tak banyak yang Hanji katakan sebelum menutup pintu, karena Hanji tau tidak satupun ucapannya bisa dipahami Airi saat ini. 

Airi sendiri merasa bahwa semuanya kacau. Kacau sekali. 

Kebahagiaan yang harusnya hadir saat dimana dendamnya terselesaikan, sekarang tak banyak terasa. Memang ada sepercik rasa bahagia dan lega, tapi semua itu tak sebanding dengan kesedihan yang masih menutupi dunianya. 

Air mata lolos begitu saja saat Airi bingung harus melakukan apa. 

Tak lama gadis itu meraih kursi, buku, dan peredam suara, meletakkannya didekat jendela. Hingga tirai senja tiba, yang dilakukan gadis itu hanyalah membalik kertas dan memandang halaman markas bergantian. 

Setelah jam alamiah ditubuhnya mengisyaratkan jam malam, barulah Airi melepas benda ditelinga. Memejamkan mata, super hearing Airi mendeteksi banyak gelak tawa dilantai bawah, menyamarkan suara kecil dilantai atas. Sesaat, gadis itu mengerti apa yang terjadi. 

Tak menyangka bahwa benda yang dibutuhkannya saat ini tersedia gratis, Airi segera beranjak turun. 

Malam ini Komandan Shadis membuat perayaan kecil dengan lima lusin minuman setelah makan malam. Prajurit wanita juga ikut andil meski hanya mencicipi satu atau dua gelas kecil seraya bergosip. Saat jam malam, hampir seluruh prajurit sudah kembali ke asrama karena mabuk. Menyisakan beberapa yang bermain kartu dengan mata kabur. 

Situasi dilantai bawah sangat mendukung Airi untuk menyelinap, mengambil sebotol minuman, dan keluar tanpa hambatan. 

Melihat botol ditangannya, Airi tak ragu melangkah keluar menuju hutan di Markas. 

Malam ini saja, Airi ingin melupakan sejenak semua hal yang terjadi.

---

Ruang Kerja Erwin.

MELLIFLUOUS BEAT I [LEVI X OC] I SHINGEKI NO KYOJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang