DETAK KE 17 - PERMAINAN DARAH

537 73 2
                                    

AIRI Point Of View

Jam makan siang sudah berlalu, saat ini harusnya aku berada di perpustakaan dan belajar tentang pengetahuan umum tentang dunia ini. Tapi karena Hanji melupakan buku penting milik perpustakaan yang ia pinjam, maka jadilah aku dan Nifa diseret menuju kamarnya.

'Percayakan padaku, Danchou. Aku hanya butuh sedikit waktu untuk menyelesaikan Vassago'

Langkahku terhenti diambang pintu kamar Hanji. 

Erwin pernah mengatakan sebelumnya bahwa urusan Vassago pasti akan dibicarakan denganku. Meskipun aku terkejut karena hal ini tiba lebih cepat dari dugaanku, tapi aku tidak mengelak bahwa aku sangat menantikan ini. 

Kucoba untuk memfokuskan pendengaranku pada apa yang dibicarakan dilantai atas. Aku mengerutkan alis saat banyak suara yang berdebat, saling menyahut, memotong dengan emosi yang terdengar membara. Mereka banyak menyebut tentang pengadilan, bukti, dan nama seseorang. Dari perdebatan yang perlahan kupahami arahnya, rasa panas dalam diriku menyala. 

Intinya ada dua hal. Satu, Vassago dan komplotannya telah bergerak. Dua, keberadaan Pasukan Pengintai terancam.

Kugenggam kusen pintu sekuat mungkin, berusaha menahan diri untuk tidak berlari ke lantai atas. Menahan rasa gatalku untuk berbicara dengan Erwin. 

Menerobos ke lantai atas adalah pelanggaran dan aku tau dari perdebatan itu bahwa posisi Erwin juga dalam kondisi mendesak. 

Jadi, aku harus menunggu instruksi dari Erwin? Ukh, ini menyebalkan.

Suara berisik dari langkah kaki yang berlari menuruni tangga membuat atensiku beralih pada Erwin dan beberapa orang yang kini berbincang serius sambil membawa banyak kertas. Saat tatapan kami bertemu, Erwin menghentikan langkahnya, ekspresinya juga berubah. 

Aku juga tidak berniat untuk memutus kontak dengan matanya, jadi kuputuskan untuk mengirim isyarat bahwa aku harus terlibat dan mengetahui kondisinya seperti yang sudah disepakati.

"Aku mendengarnya, semuanya," 

Alis tebal Erwin berkerut, ujung mulutnya bergerak tapi tak kunjung bersuara. Siapapun tau buntaicho itu punya banyak hal yang ingin dikatakan padaku, tapi tertahan karena beberapa hal.

"Hanji, kumpulkan regu kita diruanganku, tambah dengan prajurit dibawah Mike. Bersiaplah dengan pakaian bebas, tunggu aku kembali. Prajurit Aneeska, tetaplah diruanganku dan bersiaplah menerima misi khusus, ini perintah!"

Setelah itu Erwin melenggang pergi dengan tergesa-gesa, beberapa perwakilan Pasukan Pengintai pasti akan menuju Pengadilan. 

Rasa cemas segera kusingkirkan, aku yakin dengan kemampuan otak Erwin, pasti dia menemukan cara untuk megatasi situasi ini. 

Saat aku berbalik, ekspresi Hanji menjadi serius. Wanita berkacamata itu menyerahkan setumpuk buku pada Nifa yang terkejut dan kebingungan. Perintah Hanji sangat jelas sebelum ia menarikku menuju ruangan Erwin, 'pelatihan khususku mungkin akan ditunda untuk sementara waktu'. 

Yah, aku pikir itu yang terbaik.

"Tunggulah disini dan jangan kemana-mana, ada yang harus kulakukan" 

Aku hanya mengangguk berulang kali menanggapi Hanji, lagipula Erwin juga sudah memberi perintah. Aku tak bisa membuat posisi Erwin menjadi semakin sulit karena emosi sesaat, apalagi para petinggi ini sedang 'panas'. 

Usai pintu tertutup, aku yang masih bisa mendengar suara Erwin meski tak jelas, memilih untuk melihat dari jendela. Kulihat Erwin sibuk mengatur beberapa hal, meski aku tau sipirang itu telah terdesak oleh situasi juga dari para petinggi lainnya, ia masih bisa berfikir rasional dan memberikan perintah secara efisien. 

MELLIFLUOUS BEAT I [LEVI X OC] I SHINGEKI NO KYOJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang