AUTHOR'S Point Of View
Pagi buta hari ini diawali dengan suara ribut ketujuh orang mengenai kejadian dini hari tadi antara Levi dan Airi.
Sang pemilik rumah mendengarnya dengan jelas dari dahan pohon oak pinggir tebing, yang sudah didudukinya sejak lima jam yang lalu. Jubah yang menjadi awal mula keributan itu kini membungkus hampir seluruh tubuh Airi, juga dengan sepatunya.
Sudah dua malam gadis itu tak bisa memejamkan mata walau sejenak, menambah tebal kantung hitam dibawah matanya.
Airi terus berfikir tentang keputusannya, benda digenggaman tangannya, juga obrolannya dengan Erwin dan Levi semalam.
---Flashback on---
"Iria-san, kami minta maaf,"
Tentu saja Erwin yang mengatakan hal itu, Levi masih setia dengan raut datarnya.
Yah, Airi pribadi tidak mengharapkan permintaan maaf dari Levi meskipun gadis itu hampir tertawa melihat reaksi Levi saat Erwin meminta maaf padanya.
Airi menggeleng dan memberi isyarat 'bukan salahnya juga, aku ikut andil'
Dini hari itu Erwin dan Levi menemaninya mengobrol ringan-sebenarnya hanya Erwin karena Levi masih 'bungkam'-hingga saat semua hidangan dimeja tandas, Erwin mulai berbicara dengan serius.
"Iria-san, musim semi tinggal dua bulan lagi. Kami harus kembali ke markas dalam bulan ini. Dan kami harap Iria-san bisa dengan cepat memutuskannya,"
"Apa ini sangat mendesak?"
"Benar. Mereka bisa bergerak kapan saja,"
"Selain jaminan kematian Vassago, apalagi yang kudapat?"
"Kebebasan"
Airi makin memandang Erwin dengan lekat, jawaban kebebasan membuat gadis itu penasaran dengan hak yang akan ia terima setelah menjadi rajurit nanti.
Disisi lain, itu juga membangkitkan kecurigaan Airi tentang hal yang Erwin sembunyikan dari 'kebebasan' ini.
Mana mungkin ada kebebasan bagi Klan Aneeska jika persekusi dari keluarga Kerajaan itu masih ada? Batin Airi.
"Apa kalian, maksudku, kau punya informasi lain tentang persekusi Klanku?"
"Bisa dibilang begitu"
Hening beberapa saat sebelum Airi berkata, "Hidoi ne... Kalian tidak memberiku jalan mundur"
Perkataaan itu dibalas senyuman tipis oleh Erwin, sedangkan Airi mendengus.
Niatku ingin tidur sebentar, tapi mana bisa aku tidur jika sudah begini? Batin Airi.
Gadis itupun berdiri, merasa bahwa dirinya tidak akan bisa berfikir untuk keputusan finalnya dengan tenang jika ada keberadaan seseorang yang masih asing disisinya, ia memutuskan untuk beranjak keluar.
Ke tempat festival mungkin, tempat nyamannya menunggu fajar.
"Iria-san, kau mau kemana?"
"Bukankah kau ingin jawaban cepat? Biarkan aku berfikir lagi, jawabannya akan ada pagi ini" balas Airi yang dihentikan Erwin, pria pirang itu kemudian memaksa Airi untuk mengenakan jubah dan sepatu yang sebelumnya Levi antarkan padanya.
Tak ingin berdebat, Airi menyetujuinya saja.
Baru hendak berjalan lagi, Erwi kembali mencegat, "Iria-san, tunggu sebentar"
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS BEAT I [LEVI X OC] I SHINGEKI NO KYOJIN
FanfictionDunia hanya mengenal Asia dan Ackerman, sebagai klan yang dipersekusi oleh Kerajaan. Namun, tidak ada yang tau bahwa Kerajaan sebenarnya telah mempersekusi tiga klan. Asia, Ackerman, dan Aneeska. Nama klan itu telah tenggelam sejak seratus tahun yan...