DETAK KE 23 - LATIHAN

306 37 6
                                    

AIRI Point Of View

Waktu berlalu begitu cepat sampai aku dibuat kegirangan karena mulai besok adalah latihan bermanuver! 

Tak perlu kujelaskan bukan? Kemampuan bermanuver Pasukan Pengintai adalah ciri yang paling melekat selain Jiyuu no tsubasa. Sesuai yang Erwin katakan, bulan kedua ini jadwal pelatihanku sepenuhnya di isi oleh latihan bermanuver. 

Dari sinilah banyak hal baru berdatangan, entah itu dalam pelatihan atau pengetahuan. Yang paling mencolok tentu pelatihan dasar bermanuver yang sudah kujalani selama lima hari terakhir. Di alat berupa tiang berkaki tiga itu, hampir sejam aku dibiarkan menggantung dan 'bermain' dengan tali di pinggang yang terus bergerak karena keelastisannya, memaksaku terus berkonsentrasi pada keseimbangan agar tidak mencium tanah. Jangan lupakan juga latihan menebas busa karet setebal setengah meter dengan sepasang bilah baja bermata satu, pedang baja kokoh yang mampu menembus kerasnya daging Titan. 

Ditanganku, agak asing diawal karena aku biasa memakai satu pedang. Tetapi itu bisa terlewati dengan cepat, aku sudah menguasai seni berpedang warisan Klan Aneeska, jadi tidak terlalu sulit untuk melakukan penyesuaian agar bisa memotong dengan efisien dan rapi.

"Sugoi! Bagaimana kau melakukannya? Pencapaianmu terlalu bagus," 

Aku bingung melihat Flagon buntaicho yang memandangiku dengan alis berkerut dalam. 

"Aku sudah dilatih sejak usia enam tahun," 

Ukh, bagaimana lagi agar mereka percaya? 

Maka kuputuskan untuk mengayunkan sekali lagi pedangku dengan sembarangan hingga bagian tajamnya aus bergerigi. 

"Pelajaran pertama seni berpedang, pedang itu mudah patah. Secara vertikal memang kuat, tapi secara horizontal sangat lemah. Saat menggunakannya, kita harus mengayun bersama pedangnya. Posisi pedang serta arah ayunan harus sama agar mampu mengeluarkan kekuatan tebasan. Ditambah lagi, pedang juga bisa aus. Itu artinya pedang akan patah," 

Tak! Bilah pedang patah ditanganku terjun bebas, kusilangkan tanganku, menancapkan pegangan pada bilah pedang baru yang tergantung dipaha. 

Sring! 

Kutatap lagi mereka, "Jika tak bisa menyelaraskannya, ada kemungkinan tulangmu juga akan ikut patah," 

Dulu Ayah menakutiku dengan nada menasehati, aku sampai bergetar saat akan belajar menebas kali pertama.

Sama seperti hal baru dipelatihan, Hanji juga banyak memberiku kejutan pasal pengetahuan Titan. Makhluk biadap yang meniru wajah manusia itu mampu menaikkan emosiku sesaat. Parahnya, sisa-sisa dari dokumen sejarah umat manusia pun tak ada yang menjelaskan asal dari Titan. 

"Kita tidak tau apa-apa mengenai mereka. Yang kita ketahui hanya mengenai tubuh mereka. Itu dipelajari dari laporan terbaru Pasukan Pengintai." 

Entah imajinasiku saja, atau memang ekspresi Hanji menjadi... gila? Padahal lima detik yang lalu, ia sangat serius. Manik coklat itu terus menyala seiring dengan tangan cekatannya yang menulis dan melukis diatas papan, menjelaskan begitu rinci.

Dari hasil investigasi Pasukan Pengintai, Titan tampaknya tak memiliki akal seperti manusia. Karena itu, segala percobaan komunikasi dengan Titan pun selalu gagal. Selain itu, struktur tubuh Titan pada dasarnya berbeda dari makhluk hidup lainnya. Ukurannya bervaiasi, mulai dari tiga sampai lima belas meter. Meskipun rata-rata Titan menyerupai pria dewasa, tubuh mereka memiliki suhu yang sangat tinggi. 

Aku hampir tak berkedip selama Hanji menjelaskan. Uhm, keluargaku memang tak banyak bercerita tentang musuh umat manusia yang satu ini dan setelah aku sendiri, mana ada waktu untuk memikirkannya? 

MELLIFLUOUS BEAT I [LEVI X OC] I SHINGEKI NO KYOJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang