DETAK KE 27 - RESOLUSI

190 17 3
                                    

LEVI Point Of View

Ini gila. Gadis bodoh itu bahkan lebih gila lagi.

Perasan tidak nyaman yang luar biasa menjengkelkan naik menggerogoti dadaku. Bukannya aku meragukannya, aku justru sangat yakin ketika ia berkata 'percayalah padaku' maka gadis bodoh itu harus memiliki kartu as nya sendiri untuk mengatasi ini. Squad Erwin tentu tidak tau, tapi sebagai mentor yang melihat bagaimana 'gilanya' Airi Aneeska sampai memecahkan rekor pelatihan manuver tercepat, otakku dibuat kalang kabut mengingat sifat nekatnya yang tak main-main.

Ditambah lagi, gadis bodoh itu hanya berkata 'aku bisa melakukannya' tapi tidak pernah mengatakan 'aku akan baik-baik saja'.

"Kau benar-benar gila!!!"

Perasaan tak berdaya yang membuncah itu menggerakkan tanganku untuk menahannya. Lalu, entah darimana gadis bodoh itu mendapat keberanian, tapi urat dipelipisku rasanya hampir meledak ketika mendengar balasannya.

"Lepaskan tanganku... dan kekhawatiranmu. Percayalah padaku."

Lepaskan tanganmu dan kekhawatiranku? Airi Aneeska, jadi kamu tahu aku juga peduli! Bagus kalau kamu tahu! Karena aku memiliki kepedulian, bagaimana aku bisa berhenti khawatir?

"Levi, kapan aku pernah berbohong padamu? Atau membuatmu kecewa?"

Melalui iris peraknya yang bergelombang dengan keyakinan, semua umpatan menjadi tersangkut ditenggorokanku.

Aku tidak bisa menyangkalnya. Tak pernah sekalipun gadis bodoh ini membuat kami kecewa. Sungguh, dia selalu melakukannya dengan baik setiap saat, entah itu untuk Squad Erwin atau dirinya sendiri. Ketika aku akhirnya melepaskan tangannya, itu karena kepercayaan diri, tekad, dan harga dirinya sebagai Airi Aneeska.

"Erwin, kau harus tegas kepada Danchou. Tidak akan ada waktu berikutnya. Jika tidak, aku tidak akan sopan."

"Hm. Setelah ini selesai, bawa dia kembali ke ruanganku lebih dulu, aku sudah mengirim seseorang untuk mengundang dokter ortropedi. Sisanya serahkan padaku."

Aku mengangguk, keputusan Erwin selalu cepat dan tepat. Kuambil nafas panjang setelahnya, berusaha meredam kekacauan didadaku sekaligus memusatkan atensi pada gadis bersurai salju yang kini membuat kegemparan dengan manuvernya. Beberapa saat kemudian, aku tidak bisa tidak mengerutkan alis karena kecepatan dan kekuatan tebasan ini tidak pernah ditunjukkan padaku sebelumnya.

Sulit untuk menjelaskannya, tapi instingku mengatakan bahwa gadis bodoh itu sedang 'bermain-main' untuk menemukan variasi tebasan yang cocok dengan kondisi lengannya. Setelah tebasan kedua belas, ditengah keraguan yang naik diantara prajurit, aku justru melihat bahwa gerakannya telah mantap melakukan tebasan yang lebih cepat dan efektif.

Ini kartu-as nya bukan? Tapi karena gadis bodoh itu tidak pernah mencobanya saat latihan, maka hanya tersisa satu alasan dibaliknya.

Ada resiko yang tak mungkin dihindari.

"Levi, apa ini benar-benar kekuatan Airi? Hanya dalam sebulan, dia sudah menguasainya sebaik ini?" Komentar Erwin yang penuh dengan kejutan dari nada suaranya membuatku menaikkan alis, memikirkan penjelasan yang paling cocok dengan situasi.

"Saat ini, dia sedang dalam pengaruh semangat yang tinggi. Saat semuanya selesai, tubuhnya tidak akan tahan."

Iris biru Erwin melirikku dengan kerumitan yang tak terbendung, aku tak mengelak dan aku benar-benar tidak bisa berfikir positif sedikitpun tentang cederanya.

Ck, sialan! Persetan dengan semua orang.

Setelah ujiannya berakhir, aku segera menyeretnya masuk sesuai pesan Erwin. Diam dan menunggu satu detik lebih lama hanya untuk menunggu orang lain bertepuk tangan dan memujinya adalah hal yang konyol. Karena kami sudah sepakat untuk menyembunyikan insiden ini, maka tidak ada yang bisa melihatnya jatuh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MELLIFLUOUS BEAT I [LEVI X OC] I SHINGEKI NO KYOJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang