DETAK KE 8 - FESTIVAL RINNE

689 114 0
                                    

AUTHOR'S Point Of View

"Buntaicho, ada cahaya disana,"

Suara samar yang tampaknya dari seorang wanita, tidak kurang dari satu kilometer arah selatan, menggetarkan tubuh Airi yang hanya beberapa langkah lagi dari qinnya. 

Langkah Airi terhenti, tangannya terserang tremor saat pikiran tenang dan euforia yang ia ciptakan hancur, runtuh seketika.

Siapa? Bun... taicho? Tanya Airi yang tak terucap dari bibirnya. 

Pikiran Airi langsung tertuju pada tujuh orang yang belakangan ini mengejarnya, tak lama suasana hati Airi benar-benar jatuh saat super hearing-nya mengkonfirmasi tujuh detak jantung dan langkah yang kian mendekat menuju rumahnya.

Sial... sial.. sialan! Apa mereka sudah gila? 

Semua umpatan langsung mengucur dalam hati Airi, giginya gemeretak menahan sumpah serapah agar tak lolos dari bibirnya dan menodai Festival Rinne. 

Padahal, Airi sudah bersusah payah membuat tiga diantara mereka mengalami retak tulang. Airi berfikir itu akan menghambat mereka, paling tidak setengah bulan, untuk memberi waktu bagi Airi berfikir ulang, bernegosiasi, sekaligus tidak mengacaukan Festival Rinne.

Dan ketujuh orang itu nekat menerobos hutan beku dengan tiga orang cedera. Gila.

Hal lainnya yang membuat tangan Airi tidak berhenti bergetar adalah fakta bahwa ketujuh orang itu adalah prajurit. 

Bagus sekali, aku akan mati.

Airi mengira bahwa ketujuhnya hanya saingan bisnis Vassago, karena setelah dua pertemuan mereka, meski Airi tau mereka terlatih, mereka tak pernah menampakkan senjata api atau perlengkapan prajurit lainnya. Mereka hanya melawannya dengan pisau.

Ukh, Sialan! Aku tidak bisa berhenti ditengah Festival, apa yang harus aku lakukan?

Airi terus menggemakan itu dalam otaknya.

Menyadari bahwa ia tidak bisa kehilangan kendali disaat riskan seperti ini, Airi mulai menata ulang nafasnya. Langkahnya ia lanjutkan, menyalakan dua lilin lentera yang tersisa.

Keberadaannya pasti akan ditemukan oleh tujuh orang itu cepat atau lambat, dan mungkin dirinya tidak lagi bisa membantah kecurigaan mereka tentang Klan yang dipersekusi Kerajaan seratus tahun silam.

Duduk dibelakang qinnya, Airi menghela nafas berkali-kali sebelum meletakkan jarinya diatas qin. Yang harus gadis itu prioritaskan saat ini adalah menjaga Festival Rinne-nya, upacara ini tidak boleh sampai terhenti. 

Airi hanya bisa berharap satu hal, terutama pada sipirang, semoga saja otak cerdasnya mampu membaca situasi dengan tepat.

"Buntaicho, lentera itu seperti penunjuk jalan"

Dentingan qin jelas terdengar kaku, tangan Airi benar-benar tremor dan mengejang acapkali super hearingnya mendengar detail pergerakan dari tujuh prajurit itu dirumahnya.

Baiklah, jika kalian tidak mengacaukan Festival Rinneku, aku akan sopan.

---

Erwin tidak menyangka pencariannya akan seberuntung ini.

Mereka baru satu jam menjelajahi area hutan yang belum tersentuh untuk menemukan rumah wanita yang dicarinya, dan lentera yang tampak dari kejauhan itu menuntun mereka menuju sebuah gua tertutup tanaman rambat yang memancarkan cahaya samar-samar dari dalam.

Erwin memberikan isyarat pada yang lainnya untuk diam, jelas sipirang itu merasa ada yang aneh dengan situasi ini. Bahkan setelah beberapa saat, masih tidak ada gerakan dari dalam gua. Meski merasa waspada dengan jebakan, Erwin memberi perintah untuk masuk.

MELLIFLUOUS BEAT I [LEVI X OC] I SHINGEKI NO KYOJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang