DETAK KE 26 - REFORMASI PASUKAN PENGINTAI

270 28 5
                                    

AUTHOR'S Point Of View

"Kalian akhirnya kembali."

Kilatan riak mengguncang dua pasang netra 'prajurit rekrutan khusus' yang baru saja tiba dimarkas. Keduanya mengerutkan alis karena tersangka terburuk yang paling tidak ingin mereka curigai justru menjadi yang pertama menyambut mereka di gerbang.

Tak sampai dua detik, sebuah kedipan ringan dengan cepat mengembalikan rasionalitas keduanya, usai turun dari tuggangan kuda masing-masing keduanya langsung memberikan salam khas seorang prajurit.

"Sungguh kehormatan bagiku untuk mendapat sambutan Anda, Shadis Danchou." Balas Airi sambil mempertahankan senyum diantara nyeri yang menusuk disikunya.

Kilatan kekesalan dengan cepat membanjiri manik hitam Levi, mendorongnya untuk mengalihkan atensi Danchou dengan mengambil tempat tepat didepan Airi.

"Apa ada yang bisa kami bantu, Danchou?"

Menanggapi pertanyaan frontal yang dilayangkan salah satu prajurit kebanggaannya, Danchou tak menjawab apapun kecuali menatap sebentar lalu berjalan balik menuju lapangan pelatihan.

"Ini waktu yang sangat tepat, aku ingin bertanya padamu tentang kemajuan Prajurit Aneeska."

Khawatir Levi akan bertindak gegabah, Airi menarik lengan baju Levi-memberi isyarat sambil menuntun kuda mereka dibelakang Danchou.

"Jika hanya itu, Anda tidak perlu begitu khawatir Danchou. Prajurit Aneeska sangat siap untuk menghadapi ekspedisi mendatang." Jawab Levi dengan nada tegasnya.

"Sejauh mana kesiapannya? Apa kau yakin dia benar-benar siap, Rivaille?" balas Danchou tak kalah tegasnya. Kemudian berucap lagi.

"Saat berada diluar dinding, kita bertarung tepat didepan pintu kematian. Tekad yang begitu besar diperlukan untuk menjaga raga kita pulang hidup-hidup. Dititik tertentu, kita harus mengerahkan segala yang ada meski sudah babak belur. Dititik tertentu, kita harus siap untuk mengorbankan yang tersisa untuk harapan yang lebih besar. Dan dititik itu juga, secuil keraguan mampu mengacaukan segalanya."

Jemari Levi mengepal, bukannya ia tak mau mengajarkan ketahanan mental Airi perihal ekspedisi, tapi apa lagi yang harus Levi kuatkan dari gadis yang telah sempoyongan menguatkan jiwa dan raganya sendirian sejak belia?

"Anda telah meremehkan potensi prajurit Airi Aneeska, Danchou." Balas Levi lagi dengan nada tinggi.

"Aku memang meragukannya, dia tak memiliki latar belakang seperti dirimu Levi, ditambah lagi dia tak memiliki banyak waktu untuk mempelajari manuver gear. Apa yang harus kuandalkan darinya?"

Sindiran yang terakhir diucapkan Shadis Danchou tepat didepan mata Airi langsung. Tapi Airi tak benar-benar fokus pada sindiran itu karena super hearing nya telah menangkap sesuatu yang lain.

Sejak mereka berjalan masuk, suara-suara "Prajurit Aneeska sudah kembali" terus menerus terucap dari suara dan jarak yang berbeda seperti estafet. Tak lama, Airi mendengar belasan langkah sepatu yang mendekat dengan terburu-buru, dan suara-suara itu membawanya pada satu kejanggalan.

Jika hanya ingin mengetahui perkembangaku, dengan posisi yang Danchou miliki, ia dapat melakukannya dengan mudah. Tapi mengapa Danchou memilih membuat keributan?  Batin Airi.

Tak sampai semenit kemudian, fokus Airi teralihkan oleh tarikan Levi yang menempatkan dirinya tepat dibelakang punggungnya begitu segerombolan demi segerombolan prajurit mulai berdatangan. Sangat ramai hingga rasanya seluruh isi markas sedang mengelilingi dua prajurit rekrutan khusus yang kembali lebih pagi dari biasanya.

MELLIFLUOUS BEAT I [LEVI X OC] I SHINGEKI NO KYOJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang