[3]

284K 29.6K 1.3K
                                    

Happy reading!

Catrionna merasa ayahnya benar-benar gila karena tega menikahkan dirinya yang baru saja berusia 22 tahun. Meski sudah memasuki usia legal, tetap saja menikahkan putri semata wayangnya dengan seseorang yang bahkan tidak ia kenal itu sangat kejam.

Dan, seseorang itu merupakan jenderal militer yang bertugas menjaga keamanan dan kestabilan kerajaan. Apalagi, pekerjaannya itu tidak bisa berjauhan dengan yang namanya bahaya.

Oh... Memikirkan itu saja, rasanya Catrionna ingin membenturkan kepalanya berkali-kali ke dinding kamarnya.

Apakah ayahnya tidak takut kalau putri cantiknya ini bisa saja berakhir menjadi janda muda!? Astaga.

Tapi, Catrionna sudah berdiri di sini. Berdiri di aula pernikahannya. Berdiri di samping suaminya. Rencananya untuk kabur hari ini gagal total. Itu karena pasukan yang dibawahi suaminya turut berjaga di sekitar gedung.

Suasana di dalam aula tampak meriah. Meski digelar secara privat, jumlah tamu yang datang begitu membludak memenuhi segala penjuru aula pernikahan itu. Jelas saja, status kedua mempelai tidak perlu dipertanyakan lagi. Putri Catrionna Arches merupakan keturunan bangsawan dari keluarga Arches. Sedangkan Kenard Gilson, meskipun sekarang ia yatim piatu, Kenard merupakan satu-satunya keturunan bangsawan dari keluarga Gilson yang masih tersisa. Apalagi posisinya sekarang adalah seorang jendral militer kerajaan.

Banyak tamu kehormatan yang hadir. Seperti di antaranya, Pangeran Alberto dan Pangeran Albern. Beberapa perdana menteri dari kerajaan tetangga juga turut hadir. Begitu juga para anggota militer berpangkat tinggi.

Sedari tadi, lebih tepatnya setelah peresmian pernikahannya, Catrionna belum mengetahui rupa sang jenderal secara pasti. Itu karena sejak ia memasuki aula, ia hanya sempat melirik sedikit. Sampai saat ini, ia masih meyakini bahwa wajah suaminya itu sangat buruk rupa. Tetapi, Catrionna harus mengakui bentuk tubuh suami buruk rupanya itu begitu mempesona.

"Kau tidak lelah?" tanya suara maskulin di sebelahnya.

Waw. Bahkan suaranya begitu menggoda. Rasanya, Catrionna ingin segera menengadahkan wajahnya ke arah samping. Menatap suaminya yang memang jauh lebih tinggi darinya. Tetapi ia urungkan.

Sebagai tanggapan, Catrionna hanya berdehem pelan.

"Kau bisa duduk kalau kau merasa lelah." ucap suara maskulin itu lagi.

Catrionna merasa bulu kuduknya merinding. Ia kembali berdehem sebagai jawabannya.

Kenard diam-diam menghela nafas. Adegan tadi, ia hanya berusaha untuk mencairkan suasana. Suasana super canggung ini benar-benar membuat dirinya tak nyaman. Ia bahkan berusaha menekan sifat aslinya yang kaku dan dingin. Dengan sifatnya itu, ia tak pernah merepotkan dirinya untuk bertanya basa-basi seperti itu.

"Aku akan mengambil minuman, apakah kau mau aku ambilkan sekalian?" Kenard lagi-lagi berusaha membuat Catrionna bersuara.

Kenard tidak tahu saja bahwa sesungguhnya Catrionna sangat-sangat berisik dan cerewet. Tetapi tidak berlaku pada momen canggung seperti ini, dan juga pada orang asing. Sepertinya Catrionna lupa bahwa orang yang sejak tadi berdiri di sampingnya dan berusaha mengajaknya berbicara bukan orang asing lagi baginya. Sosok yang dulunya asing itu, sejak beberapa jam lalu telah menjadi suaminya.

Sejak pertanyaan kedua itu terlontar, kini, Catrionna berusaha menekan egonya yang masih kekeh tidak menerima pernikahan ini. Secara perlahan, Catrionna mendongakkan kepalanya. Menatap suaminya yang juga tengah menatapnya.

Oh Tuhan... Siapa lelaki ini? Apakah ini benar suamiku? Astagaa.. Batin Catrionna menjerit.

Catrionna begitu terkejut ketika mendapati wajah rupawan yang terpampang jelas di depannya. Ia mulai mengamati komposisi dari wajah lelaki itu. Rahang yang tegas dengan Alis tebal, hidung mancung, bibir penuh dan kulit yang putih. Ada bekas luka berupa goresan di samping pelipis kanan. Tidak terlalu panjang, hanya sekitar tiga senti saja.

Catrionna masih terdiam dengan wajah yang konyol untuk ukuran seorang Putri bangsawan.

Putri bangsawan?

Oh, baiklah. Catrionna segera memperbaiki raut wajahnya. Ia memasang senyuman lebar. Tidak, itu kelewat lebar. "Kau.. Ah maksudku Tuan Jenderal bertanya apa tadi?" tanyanya dengan suara khas seorang putri.

Kenard merasa terkejut dengan perubahan Catrionna yang begitu tiba-tiba. Namun, dengan segera ia menormalkan raut wajahnya.

"Hmm.. Kau tidak perlu memanggilku terlalu kaku seperti itu. Kau bisa memanggil dengan namaku saja."

Kepala Catrionna menggeleng dramatis. "Tidak Tuan, aku hanya khawatir kalau aku bersikap lancang padamu."

Kenard tersenyum kecil. "Bersikap santailah padaku. Sekarang kau adalah istriku."

Pipi Catrionna memerah malu.

"Kau.. Mau minum?" tawar Kenard lagi.

Kepalanya mengangguk mengiyakan. Lantas, kaki Kenard melangkah menjauhinya ke arah meja yang menyediakan berbagai minuman.

"Ayah.. Aku sungguh mencintaimu." pekik Catrionna tertahan.

Sepertinya Catrionna sudah lupa akan pemikirannya beberapa saat lalu tentang janda muda.

Tbc.

Mari ramaikan part ini dengan vote dan komen untuk CATRIONNA si calon janda muda haha

Ken & Cat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang