[49]

106K 11K 419
                                    

Happy reading!

Pasca penangkapan Pangeran Alberto----mantan Putra Mahkota----huru-hara di istana semakin tak terkendali. Fraksi pendukung Pangeran Alberto yang posisinya disokong oleh Ratu Patricia mulai terpecah-belah. Mereka berlomba-lomba menyelamatkan diri agar posisinya di pemerintahan aman.

Selang sepuluh hari setelah Putra Mahkota ditangkap, dukungan kepada Pangeran Albern untuk mengambil alih tonggak kepemimpinan mulai bermunculan. Banyak kepala keluarga bangsawan yang datang menemuinya secara langsung untuk berbagai alasan. Menjalin hubungan baik, memberikan selamat, bahkan dengan senang hati menawarkan putrinya untuk dinikahi. Tentu saja ada niat di setiap tindakan, dan Pangeran Albern sangat tahu itu.

Menanggapi euforia itu secara mendadak, langsung saja membuat Pangeran Albern mengeluh. Laki-laki itu merasa bahwa hidupnya tidak lagi tentang dirinya, tubuhnya tidak lagi atas kuasanya, dan perjalan hidupnya sudah pasti dipenuhi keruwetan.

Penasihat Raja, Tuan Ashton Heroes, baru saja mendatanginya secara pribadi. Pertemuan yang diadakan secara rahasia itu membahas terkait kenaikan Pangeran Albern ke tahta---Raja--- juga calon Ratu yang akan datang. Menurut Tuan Asthon, untuk menyelamatkan kerajaan yang kondisinya sedang cukup genting ini, Pangeran Albern harus segera mengambil tindakan pertama. Dimulai dari pelantikan dirinya sebagai raja, lantas menikah.

Jika ini persoalan kenaikan dirinya menjadi raja, Pangeran Albern memang tidak punya pilihan. Kepentingan rakyat harus di atas segalanya, terlepas dari keengganan yang sejak awal ia tunjukan. Tetapi, untuk menikah ... dengan siapa?

.. Putri Celine?

Wanita itu memang telah terpilih secara resmi menjadi Putri Mahkota, sayangnya bukan dirinya yang menjadi calon raja kala itu. Pangeran Alberto memang gagal menjadi raja, tetapi bukan berarti ikatan di antara mereka terputus begitu saja. Putri Celine masihlah pasangan dari saudaranya. Kecuali ... jika salah satu dari mereka menginginkan berpisah. Tetapi sampai detik ini, berita itu belum juga terdengar.

Pangeran Albern menghela nafas berat. Memandang hidangan makan siangnya tak minat. Sejak digadang-gadang akan menggantikan saudaranya itu, jumlah makanan yang disajikan padanya bertambah banyak, sampai membuatnya menggeleng tak habis pikir.

Di depannya, Kenard mendengus geli. Laki-laki itu terlihat menikmati keadaan yang tengah menimpanya. Apalagi sejak kedatangannya, tatapan laki-laki itu sering kali terarah pada setumpuk hadiah yang berada di pojok ruangan.

Sejak pagi tadi, Kenard memang mengunjungi kediamannya di istana utara. Laki-laki itu datang untuk menuntut kejelasan soal keberadaan Leo yang kini tengah dalam masa pelariannya.

"Kau sudah mengirim pasukan untuk mengejarnya?" Pangeran Albern bertanya karena sudah jengah dengan pandangan meremehkan yang Kenard layangkan padanya.

"Belum," jawabnya, terlalu tenang. Bahkan setelahnya, laki-laki itu kembali menyuap makanannya, tampak sangat menikmati. "Sebenarnya tidak perlu."

Sontak saja kedua manik mata Pangeran Albern melotot, "Kau membiarkannya kabur begitu saja?"

"Tidak." Kenard menggelengkan kepalanya. "Perbatasan utara adalah wilayah yang sejak awal dijaga dengan ketat. Itu sebabnya saat ia menyusup datang ke sini, rombongannya sudah terpecah-belah, termasuk kekasihnya ... mungkin." Raut wajahnya terlihat tak terbaca.

Pangeran Albern mengibaskan tangan, ingin segera mengalihkan topik pembicaraan, "Bagaimana keadaan Nyonya Gilson saat ini?"

Mendengar itu, ekspresi wajah Kenard melembut. Laki-laki itu bahkan menyunggingkan senyum tipis. "Baik, mereka baik."

Pangeran Albern berdecak. Kenard ini, sudah seperti remaja yang sedang kasmaran saja di matanya. "Bayi kalian kapan keluar?"

"Bocah itu?" Kenard menyahut antusias. Rona wajahnya terlihat lebih cerah, begitu juga dengan binar di matanya. "Masih lama, Catrionna bilang begitu," jawabnya polos.

Ken & Cat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang