[38]

96.3K 12.2K 500
                                    

Yok follow dulu ndess..

Vote lebih awal biar gk lupa.. ☆☆☆

Happy reading!

Dua hari telah berlalu dari hari berakhirnya penyeleksian calon Putri Mahkota dengan terpilihnya Putri Celine, tetapi Kenard tidak pernah menjumpai Catrionna datang tiba-tiba ke ruang kerjanya. Tidak hanya itu, Wanita itu bahkan tidak pernah memunculkan diri ketika ia tengah merenung di gazebo taman belakang dekat kolam ikannya.

Meski ia merasa lebih leluasa untuk memikirkan banyak hal, tetapi tetap terasa ada yang kurang. Sudah dua hari terkahir Catrionna tidak membuat dunianya seberisik biasanya. Ada apa dengannya?

Hari sudah semakin sore saat ia melihat Catrionna memasuki gerbang kediamannya dengan Lina dan Leo yang membuntutinya dari belakang. Terlihat beberapa jinjingan di kedua tangan Lina dan Leo. Apakah Catrionna baru saja keluar rumah tanpa meminta izin padanya?

Didorong oleh rasa penasaran yang membumbung tinggi, Kenard melangkahkan kakinya ke arah dapur, tempat di mana Catrionna sekarang berada.

"Cat," panggil Kenard saat Catrionna tengah merapihkan hasil belanjaannya dibantu oleh Lina.

"Ya?" sahut wanita itu tanpa meliriknya sama sekali. Kedua tangannya tengah sibuk menuangkan bungkusan baru berisi garam ke dalam toples yang sudah beberapa kali kehabisan stok itu. Refleks, Kenard tersenyum tipis kala melihat buliran-buliran garam terjatuh ke dalam wadahnya. Pikirannya kontan teringat akan kue buatan istrinya yang selalu terasa asin.

"Kau dari mana?" tanyanya setelah mengambil duduk di ruang makan yang terletak di dapur.

Catrionna melirik Kenard sekilas karena harus membuang bungkusan garam ke tempat sampah, "Jalan-jalan dan berbelanja beberapa keperluanku untuk belajar membuat kue dengan Tuan Andreas hari ini."

Dengan alis terangkat sebelah, Kenard menatap Catrionna penuh perhatian, "Kau tidak meminta izin dariku?"

Wanita itu spontan menghentikan gerak tangannya, lalu membalas tatapan Kenard tak gentar, "Maafkan aku, Ken. Karena terlalu terburu-buru, aku jadi melupakan keberadaanmu," balasnya tenang.

Catrionna melupakan keberadaannya? Kenard berdehem dengan canggung, "Tidak apa-apa, Cat."

"Nyonya, apakah sudah siap?" tanya Tuan Andreas yang tiba-tiba memasuki dapur. Pria paruh baya itu telah mengganti kostumnya dengan seragam koki kebanggaannya.

Manik mata Catrionna berbinar senang. Tanpa sadar kedua tangannya bertepuk tangan, "Apakah aku juga mendapatkan seragamku sendiri?"

Tuan Andreas tersenyum simpul. Mengapresiasi semangat yang ditunjukkan oleh tuannya, "Tentu saja, Nyonya. Anda bisa mengikuti Lina untuk mendapatkan seragam anda sendiri." Saat matanya menangkap keberadaan Kenard, ia kontan membungkukkan badannya untuk memberi salam, "Tuan Kenard, ada yang bisa saya bantu?"

"Tidak ada," ujarnya dengan tatapan mata ke arah punggung Catrionna yang telah menjauh, mengikuti Lina untuk mengganti pakaiannya.

"Baiklah," sahut Tuan Andreas.

Setelah beberapa menit berlalu, Catrionna kembali memasuki dapur dengan seragam miliknya. Ukuran baju yang memang sedikit lebih besar di badan rampingnya membuat tubuhnya terlihat semakin mungil. Kenard mendengus geli saat Catrionna yang telah berdiri di samping Tuan Andreas masih sibuk membenarkan letak topi koki di kepalanya. Saat ia akan beranjak untuk membantu memasangkannya, wanita itu sudah lebih dulu melepaskannya dengan raut wajah terlihat kesal.

"Apakah aku boleh tidak menggunakannya, Tuan Andreas?" tanya Catrionna.

"Tentu saja, Nyonya. Berpenampilanlah senyaman anda saja."

Kenard masih nyaman mematrikan tatapannya pada Catrionna yang mulai sibuk meracik adonan kue dengan intruksi dari Tuan Andreas. Meski beberapa kali tampak kebingungan, wanita itu jelas terlihat sangat menikmatinya.

"Tuan Kenard," panggil Leo yang baru saja memasuki dapur. Lelaki itu membungkukkan badannya untuk membisikkan sesuatu pada tuannya. "Ada kunjungan dari Pangeran Albern."

"Dia datang ke sini?" tanya Kenard sepelan mungkin.

Leo menganggukkan kepalanya, "Pangeran Albern menunggu anda di ruang kerja."

Kenard beralih menatap Catrionna yang tengah tersenyum menatap adonan kuenya yang telah jadi. Wanita itu kini mulai menuangkannya dengan gerak hati-hati ke dalam cetakan kue. Menghela nafas pelan, Kenard menganggukkan kepalanya, "Aku akan menyusulmu."

Paham dengan keinginan tuannya, Leo segera kembali ke ruang kerja untuk menemani Pangeran Albern sebelum kedatangan Kenard.

"Cat.." panggilnya berhasil mengalihkan perhatian istrinya. Saat matanya menangkap Tuan Andreas yang tengah berjalan ke halaman belakang untuk membuang sampah, Kenard kembali melanjutkan ucapannya, "Sepertinya aku tidak bisa menemanimu sampai kue buatanmu matang."

Sudut bibir Catrionna tertarik ke atas, "Apakah aku terlihat peduli?"

Kenard tampak tertegun. Untuk beberapa saat, waktu di antara mereka terasa berhenti. Ada binar ketidakpercayaan di matanya saat melihat Catrionna kembali mengabaikannya dan memilih sibuk memasukkan kue buatannya ke dalam oven. Laki-laki itu berdehem pelan untuk melegakan tenggorokannya yang terasa tercekat. Dengan dada yang entah kenapa terasa nyeri, Kenard memandang Catrionna dengan tatapan sulit diartikan.

"Aku pergi dulu, Cat," pamitnya sebelum berlalu pergi. Ia tidak mungkin membuat Pangeran Albern menunggu lebih lama lagi.

Membuka ruang kerjanya, Kenard melihat Pangeran Albern dan Leo yang tengah duduk sambil berbincang ringan.

"Leo, kau bisa tinggalkan kami sekarang," titah Kenard.

Setelah kepergian Leo, Pangeran Albern terkekeh geli, "Ada apa dengan wajahmu?"

Kenard terdiam dengan wajah yang terlihat semakin menekuk. Pikirannya benar-benar terganggu dengan sikap Catrionna beberapa saat lalu. Kenard bahkan sampai lupa untuk memberi salam pada Pangeran Albern.

"Apakah Catrionna baru saja memaksamu memakan kue asinnya?" dengus Pangeran Albern dengan tersenyum geli.

"Tidak," sahut Kenard dengan singkat.

"Baiklah," ujar Pangeran Albern ringan. Meski tahu bahwa suasana hati Kenard sedang tidak baik, tetapi ia berusaha tetap tenang karena ada yang perlu ia beritahukan. "Ken, untuk tiga hari ke depan, kita harus mengunjungi para petinggi perbatasan utara untuk pembahasan lebih lanjut," terang Pangeran Albern.

"Baik, Yang Mulia."

Pangeran Albern menghela nafas panjang. Menyadari perbincangan mereka akan berakhir sia-sia, ia memutuskan untuk bangkit dari duduknya, "Sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan sesuatu yang penting. Aku pergi dulu." Sebelum pergi, Pangeran Albern menyempatkan diri untuk menepuk bahu Kenard.

Setelah termenung beberapa saat, Kenard kembali menghampiri Catrionna di dapur. Dari kejauhan wanita itu tengah memandang piring-piring kecil yang terlihat kotor dengan tersenyum manis. Paham dengan gelagat itu, Kenard melirik oven yang telah dalam keadaan mati. "Apakah kuenya sudah matang?"

"Sudah," jawab Catrionna singkat.

"Untukku?" tanyanya dengan ekspresi berharap yang kentara.

"Aku tidak menyisakannya untukmu," sahut Catrionna sebelum berlalu pergi. Meninggalkan Kenard yang menatapnya dengan ekspresi datar, namun matanya menyorot dengan sendu.

Tbc.

Si Cat ngambeknya udah naik level.. Gak mewek lagi wkwkkwkw

Catrionna: Ngambek lagi gak ya??? (Senyum smirk)

Spoiler next part: Catrionna dan keputusasaan

Ken & Cat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang