Happy reading!
Suasana perkemahan di lapangan yang terletak di depan hutan Hagen tampak dipenuhi oleh tenda-tenda keluarga bangsawan. Mereka datang berbondong-bondong untuk berpartisipasi dalam perburuan yang menjadi salah satu rangkaian acara penobatan Putra Mahkota sebagai Raja baru Kerajaan Artanta.
Matahari sudah akan kembali ke perpaduan saat para pria telah berganti kostum dengan baju berburunya masing-masing. Mereka terlihat sibuk meneliti senjata yang akan digunakan sebagai penakluk para hewan di dalam hutan sana.
Catrionna keluar dari dalam tenda menghampiri Kenard yang tengah mengemas anak panah ke dalam wadahnya, "Ken," panggilnya sambil menepuk pundak Kenard yang tengah berjongkok.
"Hm?"
"Kau tahu? Sejak tiba di sini perasaanku tidak enak." Catrionna meremas kedua tangannya gelisah. "Aku seperti diawasi dari jauh."
Kenard mendongakkan kepalanya dengan kening berkerut dalam, "Mungkin itu salah satu pasukanku. Mereka memang aku tugaskan mengawasi setiap tenda, Cat."
"Kepalaku pusing, Ken," ujar Catrionna lesu. Meski berada di dalam tenda, ia masih merasa diawasi. Seperti ada seseorang yang memperhatikan segala gerak-geriknya. Karena terlalu khawatir, ia jadi merasa sedikit pusing. Rasa was-was memang sangat tidak mengenakkan.
Kenard berdiri lalu mengusap pucuk kepala Catrionna lembut, "Apakah kepalamu terbentur sesuatu?"
"Tidak," jawabnya sambil menggeleng.
"Sungguh?"
"Kepalaku baik-baik saja. Bentuknya masih sama sejak aku lahir."
Kenard menghela nafasnya mendengar jawaban asal Catrionna, "Jangan terlalu khawatir, ada banyak orang di sini."
"Nyonya Gilson?" sapa Pangeran Albern yang sedang berjalan menghampiri tenda keluarga Gislon. Kedatangannya berhasil mengalihkan perhatian Catrionna.
"Salam hormat, Yang Mulia.." sapa Catrionna sambil membungkukkan badannya. "Ada perlu apa Yang Mulia memanggil saya?"
"Apakah sapu tanganmu menganggur?" tanya Pangeran Albern jahil. Laki-laki itu bahkan masih sempat mengerlingkan matanya tanpa sepengetahuan Kenard.
"Hah?" Catrionna ternganga. Tetapi saat menangkap kode yang dilemparkan oleh putra sulung Raja itu, wanita itu terkekeh ringan sambil melirik Kenard sekilas, "Sejauh ini belum ada peminatnya."
"Khem!" Keduanya kontan menatap Kenard yang tiba-tiba berdehem dengan keras. Tetapi hanya sesaat karena mereka kembali meneruskan perbincangannya.
"Apakah kau sudah memikirkan akan memberikannya pada siapa?"
Sudut-sudut bibir Catrionna berkedut, "Belum, Yang Mulia."
"Bolehkah aku yang memili----"
"Khem!" Deheman Kenard kembali menginterupsi mereka. "Catrionna istri saya, Yang Mulia."
Pangeran Albern memasang wajah polosnya, "Aku tahu, lalu kenapa?"
Belum sempat Kenard menjawabnya, Catrionna lebih dulu menghampiri Pangeran Albern untuk mengikatkan sapu tangan berwarna putih dengan ukiran sebuah nama di lengan laki-laki itu, "Ini milik Putri Celine, dia menitipkannya padaku," bisik Catrionna pelan.
Pangeran Albern tersenyum geli, "Aku tahu, karena itu aku menghampirimu. Terima kasih, Cat," ujarnya dengan tulus.
Catrionna memundurkan langkahnya dan membalas ucapan Pangeran Albern dengan memasang senyum manisnya. Mereka berdua tidak menyadari bahwa sejak tadi ada seseorang yang memasang raut wajah kaku lengkap dengan tatapan tajamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ken & Cat (END)
Historical FictionCatrionna Arches dipaksa menikah dengan jenderal militer kerajaan, Kenard Gilson. Perjodohan yang telah dirancang sejak lama oleh kedua ayah mereka membuat Catrionna tak bisa menolaknya. Tetapi, rumor yang beredar luas di seluruh negeri bahwa sang...