[46]

105K 11.7K 548
                                    

Semingguan hatic bgt sampe pas kelar pengennya rebahan aja wkwk

Happy reading!

Catrionna menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya dengan perlahan. Sesusainya, seulas senyum tipis tercipta di bibirnya. Kedua matanya menerawang jauh dari balik jendela. Langit malam terlihat begitu cerah dengan bantuan bulan purnama.

Wanita itu mengusap kedua lengannya pelan. Udara malam ini.. entah kenapa terasa begitu dingin. Usapannya kontan terhenti kala sebuah mantel dengan bulu-bulu halus nan tebal tiba-tiba saja tersampir di seseliling pundaknya, disusul pelukan hangat dari arah samping.

Catrionna menyandarkan kepalanya di pundak kekar itu. Terasa sangat nyaman hingga bibirnya tidak bisa berhenti tersenyum, "Apakah sudah waktunya?"

"Ya," jawab Kenard.

"Ken," panggil Catrionna setelah melepaskan diri. Wanita itu mendongak, menatap suaminya dengan ekspresi wajah penuh keraguan, "Dia.. benar-benar sudah----"

"Sudah, kau tidak perlu khawatir. Aku sudah memastikannya sendiri," sela Kenard cepat. Ia sangat paham, Catrionna pasti ingin memastikan nasib pengincar nyawanya itu. Laki-laki itu sudah mati. Bahkan berita kematiannya telah sampai di telinganya saat mereka berdua saja belum sampai kediaman Gilson. Adalah Leo, sang pembawa berita bahwa tahanan itu langsung dibunuh atas perintah Pangeran Albern.

"Kita harus segera berangkat, Cat."

Catrionna mengangguk. Tangannya lantas melingkari lengan Kenard. Berjalan selaras menuju kereta kuda yang telah tersedia di depan gerbang.

Malam ini, acara pernikahan Putra Mahkota dan Putri Celine akan digelar. Perhelatan ini diselenggarakan secara besar-besaran. Hampir seluruh tokoh-tokoh penting kerajaan turut menghadirinya. Bahkan para petinggi kerajaan tetangga juga dikabarkan akan datang.

Sesampainya di aula pernikahan, Catrionna menarik Kenard untuk segera mencari keberadaan Pangeran Albern. Wanita itu ingin memastikan kondisi laki-laki itu.

"Apakah Yang Mulia datang, Ken?" tanya Catrionna dengan pandangan mata mengedar.

Kenard menggerakan dagunya pelan. Rupanya laki-laki itu lebih dulu menemukan presensi Pangeran Albern yang tengah berdiri di pojok ruangan dengan segelas minuman di genggaman tangannya.

"Ayo kita temani," ajak Catrionna.

"Anda baik-baik saja, Yang Mulia?"

Pangeran Albern mengangguk patah-patah. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Tampak berusaha terlihat tegar.

Melihat itu, Catrionna membalasnya dengan senyuman sendu. Ia melirik ke arah panggung di mana Putra Mahkota tengah berdiri dengan gagahnya. Melepaskan senyum manis saat tamu-tamu datang mengucapkan selamat. Ah.. sumpah pernikahan bahkan belum dilakukan, tetapi lelaki itu tampak sangat bahagia.

"Hanya tinggal beberapa menit saja, dan semua.. selesai," gumam Pangeran Albern.

"Tepuk pundaknya," bisik Catrionna pada Kenard. Meski kebingungan, Kenard tetap melakukannya. Laki-laki itu menepuk bahu Pangeran Albern dengan sedikit keras hingga membuat putra sulung raja itu terlonjak kaget.

"Ken! Ada apa denganmu!?" seru Pangeran Albern tertahan.

Catrionna hampir memekik setelah melihat bagaimana cara Kenard menepuk bahu Pangeran Albern. Ia menoleh pada Kenard, melototkan matanya karena kesal.

"Apa?" tanya Kenard polos.

"Tepuklah dengan pelan. Itu sebagai bentuk penghiburan. Seperti ini," ujar Catrionna. Tangannya sudah akan terangkat, tetapi lantas ditahan oleh Kenard.

Ken & Cat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang