[25]

130K 13.7K 456
                                    

Udah pada follow belum lu pada?

Follow dulu, ndess..

Happy reading!

Kenard menghembuskan nafas melalui mulut dengan keras. Gagang pintu telah berada digenggaman, tetapi ia masih bergeming.

Kilasan kejadian tidak terduga beberapa saat lalu mampu merenggut akal pikirnya. Ingatan itu terus berputar-putar di kepalanya sampai terasa berdenyut, pening. Sensasi yang ditawarkan membuatnya ingin berbalik badan lalu mengetuk.. hmm.. mendobrak pintu kamar mandi. Benar, ia ingin melakukannya lagi.

Kenard memijit pangkal hidungnya. Mensugesti bahwa Leo tidak bersalah. Ia tidak seharusnya kesal karena kedatangan laki-laki itu yang terasa tidak tepat.

Saat ia berhasil memutar gagang pintu lalu menariknya secara perlahan, Leo masih berdiri di sana. Menunggunya keluar dengan begitu patuh.

Sudah tujuh tahun berlalu sejak kali pertama Leo datang padanya, Kenard tidak tahu bahwa akan datang masa di mana melihat wajah Leo bisa semengesalkan ini.

"Saya mendengar dari Lina kalau Tuan mencari saya. Ada yang bisa saya bantu?"

"Tidak ada."

Leo mengernyitkan keningnya. Nada suara sang jenderal yang biasanya terdengar tenang cenderung datar, entah kenapa kini terdengar ketus di telinganya. Apakah ia melakukan kesalahan?

Leo mencoba memutar balik ingatannya, tetapi tetap saja, ia merasa tidak melakukan sesuatu yang salah.

"Benar-benar tidak ada?" tanya Leo memastikan.

"Tidak, Leo, kau jangan banyak bicara."

Leo mengerjapkan matanya. Jadi, ia benar-benar melakukan kesalahan, ya? Mendapati suara Kenard yang seperti geraman, juga wajahnya yang terlihat tidak senang membuat Leo menutup mulutnya rapat-rapat.

Kenard menghela nafas pelan. Melihat raut kebingungan di wajah Leo yang begitu kentara, membuatnya sedikit merasa bersalah, "Kau tidak bisa membantuku dalam hal ini, Leo," ujar Kenard dengan nada suara yang jauh lebih tenang. "Tidak perlu dipikirkan lagi."

"Katakan saja Tuan, dalam hal apapun, aku akan tetap berusaha membantumu," sahut Leo dengan polosnya.

Kenard membelakakkan matanya, menghunus tajam ke arah Leo, "Sudah ku bilang dalam hal ini kau tidak bisa membantu. Kenapa kau sangat bersikeras?"

Yang benar saja..

Kenard menggelengkan kepala tak habis pikir, "Kau boleh kembali. Aku akan memanggilmu lagi nanti."

"Baik, Tuan."

Setelah Leo berlalu dari hadapannya, Kenard masih memandangi punggung laki-laki itu dengan tatapan kesal.

Suara pintu terbuka dari belakangnya terdengar. Meski tahu siapa sosok yang berada di sana, Kenard tidak berbalik. Ia hanya berdiri diam di tempatnya.

"Ken.."

"Ya?"

Kenard membalikkan badannya. Saat manik matanya bertubrukan dengan bola mata milik Catrionna, wajahnya kontan memerah. Rona merah terus menjalar sampai kedua telinganya.

"Kau sakit?" Tanya Catrionna saat melihat wajah Kenard yang sedikit aneh.

"Tidak," jawab Kenard singkat.

Catrionna menganggukkan kepalanya, "Bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar? Melihat kuda atau taman bunga?"

"Kau tidak lelah?"

Ken & Cat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang