[11]

183K 18.8K 124
                                    

Happy reading!

Setelah beberapa saat kakinya terpaku, Catrionna berhasil mengembalikan kesadarannya. Karena tidak mungkin mengambil jalan mundur, ia kini melangkah dengan anggun ke arah gerombolan para putri bangsawan yang masih saja menatap dirinya penasaran.

Catrionna mendengus pelan, lalu buru-buru memasang senyum paling manis ketika matanya menangkap kehadiran sahabatnya, Celine Heroes. Sejalan dengan kakinya melangkah maju, tahapan-tahapan itu masih saja mengikuti lengkap dengan senyum sinis yang kian tersungging di bibir-bibir merah itu.

"Cat.." panggil Celine sambil tersenyum lebar. Lengannya membuka lebar, bergerak saling memeluk untuk meredakan rindu di relung hati masing-masing. "Kau ke mana saja? Kenapa tidak pernah berkumpul dengan kami sejak kau menikah?"

Melepaskan pelukannya, Catrionna tetap memasang senyum di bibirnya. "Celine! Ayolah.. Aku punya lelaki tampan di rumah. Kenapa aku harus keluar?" canda Catrionna.

Siapa sangka, perkataannya itu menimbulkan senyum sinis yang kian meninggi. Beberapa putri bangsawan yang tidak terlalu akrab padanya mengerutkan kening mendengar ucapannya.

Kenapa sih? Pikir Catrionna bingung.

"Ah.. Begitu. Apakah Tuan Jenderal setampan itu?" Celine bertanya, menggoda Catrionna yang kini tersipu malu.

"Sangat." balas Catrionna. Senyum malu-malunya belum juga surut. "Tapi.. Dia agak sedikit kaku sih." keluh Catrionna tanpa sadar.

Celine terkekeh. Senang mendapati sahabatnya berbahagia dengan pasangannya. "Benarkah? Aku jadi tidak sabar ingin melihat seberapa tampannya suamimu itu."

Para putri bangsawan memang tidak tahu-menahu mengenai wajah Kenard. Selain hari pernikahannya yang digelar secara privat, Kenard juga jarang memunculkan diri ke muka umum. Ia lebih sering menghabiskan waktunya di medan pertempuran atau menjalankan tugasnya yang lain, seperti memantau perbatasan. Kenard pergi ke pusat kota jika akan mengunjungi istana saja. Itupun hanya sekedar melaporkan kondisi di lapangan kepada raja.

Perbincangan hangat antar sahabat itu harus terhenti ketika putri dari keluarga bangsawan Qores, Inessa Qores, tiba-tiba datang menyela.

"Putri Catrionna.. Selamat atas pernikahanmu. Sangat disayangkan aku tidak diundang untuk hadir. Padahal aku ingin memberikan ucapan selamat di hari bahagiamu."

Inessa memang mengatakannya dengan nada suara yang sangat lembut, tetapi Catrionna tahu ada maksud terselubung dari perkataannya. Inessa secara tersirat menyindirnya karena menggelar pernikahan dengan pesta kecil. Inessa juga menyinggung persoalan tentang tidak diundangnya para putri bangsawan di hari pernikahannya. Apa Inessa berpikir bahwa secara finansial ia tidak mampu? Hell.. Ayahnya jelas seorang perdana menteri dan suaminya adalah pewaris tunggal keluarga bangsawan Gilson. Jangan lupakan profesinya yang seorang jenderal militer kerajaan.

"Ah.. Kau baik sekali Putri Inessa. Untung saja.. tanpa ucapan selamat darimu, hari pernikahanku berjalan dengan lancar."

Catrionna berucap dengan nada riang, seolah-olah ucapannya itu tidak akan menyindir lawan bicaranya.

"Apa kabarmu baik setelah menikah, Putri Catrionna?" tanya Putri dari keluarga bangsawan Jovick, Keynes Jovick.

Catrionna sudah menduga bahwa perkataan Inessa pasti akan menarik perhatian putri lain untuk mencecarnya.

Pertanyaan Keynes memang terdengar begitu perhatian padanya. Tetapi yang jelas bukan untuk menanyakan perihal keadaannya, pertanyaan Keynes lebih merujuk kepada kondisi hidupnya setelah menikah dengan seorang jenderal militer si buruk rupa! Jangan lupakan fakta itu.

Sejak awal Catrionna tahu bahwa mereka akan mengejeknya karena berhasil dinikahi oleh jenderal militer kerajaan yang terkenal buruk rupa. Di antara putri bangsawan itu, Catrionna juga tahu bahwa mereka juga salah satu putri yang ditawarkan untuk menikah dengan Kenard oleh Edward Gilson. Tetapi seperti perkataan ayahnya tempo lalu, hanya ayahnyalah yang bersedia menyetujui ide gila itu. Ide yang dianggap Catrionna gila sebelum melihat Kenard di hari pernikahan mereka. Kini, Catrionna sungguh tidak merasa menyesal menikah dengan lelaki itu. Selain wajah rupawan suaminya itu, sejauh ini Kenard memperlakukannya dengan baik.

Catrionna menghembuskan nafas kasar, lalu perlahan tapi pasti, ia kembali memasang senyum kelewat lebarnya. Berusaha menujukkan keadaannya yang baik-baik saja pada segerombolan putri berhati rubah itu. Bahwa menikah dengan Kenard tidak seburuk itu.

"Aku merasa semakin baik setelah menikah. Tetapi.. kapanpun itu, aku memang selalu baik." ucap Catrionna sambil tersenyum sinis yang diam-diam ia sembunyikan dari balik telapak tangannya.

"Oh iya.. Aku telah menerima undangan pernikahanmu dengan Tuan Jacob Gress. Selamat untukmu, semoga kau berbahagia Putri Keynes. Sebaiknya aku mengucapkannya sekarang, siapa tahu saja aku tidak bisa datang hari itu." ucap Catrionna dengan wajah polosnya. Perlahan, ia tersenyum simpul setelah melihat wajah Putri Keynes mengeruh.

Catrionna jelas tahu bahwa pernikahan mereka berdua batal. Maka dari itu, dia mengatakan tidak bisa datang, karena hari itu tidak akan pernah terjadi. Berita itu telah menyebar ke seluruh penjuru kota. Tuan Jacob Gress ternyata mengkhianatinya dan melarikan diri dengan wanita yang diyakini kekasihnya itu. Catrionna hanya bersikap pura-pura bodoh dan tidak tahu saja. Sejak awal, Catrionna tidak ingin memancing keributan di acara jamuan makan sahabatnya. Tetapi ia tidak bisa diam saja ketika diprovokasi seperti itu.

"Sepertinya kau belum tahu kabar bahwa pernikahan kami dibatalkan. Tetapi, aku sangat bersyukur tidak jadi menikah dengan lelaki berengsek itu." balas Putri Keynes dengan nada datar. Perlahan senyum sinis dibibirnya tersungging. "Aku turut berbahagia atas pernikahanmu, Putri Catrionna. Kau memang terlihat baik-baik saja sekarang. Ah.. Aku jadi tidak sabar menantikan kehadiran putra-putrimu. Pasti akan secantik wajahmu."

Catrionna memejamkan matanya sejenak. Sepertinya Putri Keynes belum juga menyerah untuk merendahkannya. Putri Keynes tidak hanya berkata bahwa ia merasa beruntung tidak menikah dengan lelaki berengsek, tetapi juga bersikeras untuk menyadarkan bahwa Catrionna telah menikahi orang berwajah buruk rupa. Itu sebabnya, ia berkata bahwa sebaiknya anak-anaknya nanti mirip dengannya, bukan dengan Kenard yang ia anggap berwajah buruk rupa.

"Apakah kau akan datang ke acara penobatan putra mahkota, Putri Catrionna? Mungkin kita bisa mengobrol lebih banyak di sana. Terutama dengan Tuan Jenderal, suamimu itu." tanya Putri Inessa lagi dengan senyum kemenangannya.

Alis Catrionna berkerut, mereka masih belum mau berhenti memprovokasinya? Baiklah.

"Acara itu? Tentu saja aku datang. Suamiku sudah memberitahuku beberapa hari yang lalu untuk datang bersama. Syukurlah.. Aku jadi tidak keluar dan menghadiri acara penting itu sendirian." balas Catrionna telak. Catrionna tahu, kedua putri itu akan datang sendirian. Putri Inessa, walaupun usianya lebih tua darinya memang belum menikah. Sedangkan Putri Keynes, pernikahannya dibatalkan karena mempelai pria melarikan diri.

"Hei.. Kalian. Apakah obrolan kalian seseru itu? Aku tahu Putri Inessa dan Putri Keynes pasti merindukan Catrionna untuk saling berbincang. Tetapi, bisakah kita tunda dulu? Acara jamuanku akan segera dimulai. Sebaiknya kita segera bergabung dengan yang lainnya." ajak Putri Celine ramah. Tangannya dengan cekatan menarik pelan lengan Catrionna untuk berjalan beriringan dengannya. "Lain kali, abaikan saja mereka Cat. Aku membiarkanmu tadi, karena aku rasa mulut rubah mereka perlu diberi pelajaran dengan mulut pedasmu itu." gerutu Putri Celine.

Catrionna terkekeh. Sahabatnya itu memang pandai menguping.

Tbc.

Catrionna dilawan 😎

Catrionna ini tipe istri yang menjaga martabak, eh.. martabat suami gak sih? Hihii

Bang Kenard, absen lagi di part ini. Tetapi tenang aja, besok doi pulang kok wkwk

Next?

Ken & Cat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang