[9]

203K 21.1K 223
                                    

Happy reading!

Catrionna masih termenung mendengar pernyataan Kenard tentang kepergiannya ke perbatasan. Separuh hatinya mengatakan bahwa tempat itu bukanlah tempat yang bagus untuk dikunjungi. Selalu ada kerusuhan yang terjadi. Apalagi jika ada perhelatan penting yang akan diselenggarakan di istana. Tetapi, di sisi lain, memang itulah tanggung jawab Kenard.

Dulu, Catrionna tidak terlalu peduli dengan nasib para pasukan militer di kerajaannya. Entah mereka akan kembali atau tidak jika sudah berangkat bertugas. Tetapi, kini.. Entahlah. Sudut hati Catrionna merasa tak nyaman. Ada rasa tidak rela Kenard akan pergi dari sisinya dan dalam jangka waktu yang tidak ditentukan.

Ia khawatir. Khawatir kalau-kalau Kenard tidak akan kembali. Dan.. Ia akan benar-benar berakhir menjadi janda muda yang tentu saja sangat cantik.

Catrionna menggelengkan kepala ketika pikiran-pikiran tak jelas sempat menguasai kepalanya.

Meski sudah tahu, Catrionna tetap keras kepala. Menanyakan apa yang memang sudah jelas jawabannya. "Apakah itu harus?"

"Harus."

Dengan wajah lesunya, Catrionna masih saja memaksakan untuk mendengar kalimat yang ingin ia dengar dari Kenard. "Harus kau yang pergi?"

"Iya."

Catrionna menundukkan kepala. Bukan itu jawaban yang ingin ia dengar.

Kenard menghela nafas panjang. Sudah ia duga akan seperti ini. Ia jelas tahu kerisauan yang sedang Catrionna rasakan. Sangat tahu. Dan.. Sejak awal memang ini yang ia takutkan ketika ia menikah. Wanita itu harus siap menanggung segala kemungkinan ketika ia menjadi istri orang yang berkecimpung dengan senjata.

Dulu, Kenard tidak mengkhawatirkan apapun. Tidak ada yang benar-benar mengkhawatirkan dirinya, apalagi menunggu kepulangannya. Tetapi sekarang, ada Catrionna. Istrinya itu hanya punya dirinya di garis keturunan Gilson. Dan apapun yang terjadi, ia tidak mungkin kembali lagi ke keluarga Arches. Catrionna akan tertahan di kediaman Gilson sendirian jika ia tak kembali dengan selamat.

Ah.. Kalau saja bukan karena amanat ayahnya.. Mungkin.. Catrionna akan memiliki nasib yang lebih baik dan menikah dengan orang yang hebat. Orang yang bisa selalu di sisi wanita itu. Orang yang tidak menantang bahaya sepetinya.

Ketika waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi, Kenard telah bersiap berangkat ke perbatasan. Hanya ke salah satu perbatasan tepatnya, yaitu perbatasan Utara. Hanya saja, perbatasan itu memang yang paling rawan dari perbatasan lain di kerjaannya. Orang-orang Utara sangatlah keras dan sulit untuk diatur. Kenard bahkan bisa beberapa kali dalam sebulan pergi ke sana.

Kali ini, perbatasan Utara kembali berulah. Tentu saja pemicunya adalah ajang penobatan putra mahkota yang sebentar lagi akan segera diselenggarakan di istana.

Orang-orang Utara memang tidak pernah merasa puas dengan keputusan-keputusan yang dibuat oleh Raja. Mereka akan selalu bersebrangan dan kembali membuat kerusuhan. Tetapi, Raja tidak bisa berbuat banyak. Ia tidak mungkin memusnahkan orang-orang di perbatasan Utara. Wilayah itu adalah pemasok rempah-rempah terbesar di kerajaan. Tentu saja Raja tidak akan mengabaikan fakta itu. Sebagai gantinya, ia akan selalu mengirimkan Kenard dan pasukannya untuk bernegosiasi kalau berhasil. Kalau tidak, mereka akan berakhir beradu senjata.

Dari hasil pengamatannya, Kenard jelas tahu bahwa bukan itu alasan sebenarnya orang-orang Utara selalu bertingkah. Mereka ingin meloloskan diri dari teritorial Kerajaan Artanta. Dan sebagai panglima militer, Kenard tidak akan membiarkan itu terjadi. Karena baginya, tanah air adalah harga mati!

Catrionna bersikeras mengantarkan Kenard sampai ke halaman kediaman Gilson. Awalnya Kenard melarangnya. Karena ia tahu, Catrionna akan menghalang-halangi kepergiannya.

"Jaga dirimu Ken."

Kenard mengangguk.

"Pastikan kau kembali lagi."

Lagi, Kenard mengangguk.

"Apakah.. Harus kau yang berangkat? Kau bisa kan, menyuruh bawahanmu saja? Atau tidak berangkat sama sekali."

Sudah Kernad duga. Catrionna sangat mudah ditebak.

Catrionna menundukkan kepalanya ketika tidak mendapati tanggapan yang berarti dari Kenard. Sudut-sudut bibirnya melengkung ke bawah. Matanya sudah berkaca-kaca, sehingga panggilan Kenard terus saja ia abaikan. Anggap saja Catrionna sedang mengulur waktu. Meski hal itu akan berakhir sia-sia.

"Cat.."

"Catrionna.." panggil Kenard lagi.

"Catrionna Gilson, lihat aku."

Mendengar nama belakang itu, sontak membuat Catrionna menengadahkan kepalanya. Kini mata sepasang suami istri itu beradu pandang. Dengan sedikit kaku dan perasaan gugup yang melingkupi, Kenard membawa Catrionna ke dalam pelukannya. Dalam dekapan itu, Catrionna tidak bisa menahan tangisannya lagi. Ia masih saja menangis meski Kenard sudah menepuk-nepuk dengan lembut punggungnya.

Dengan dekapan yang kian mengerat, Catrionna berbisik di samping telinga Kenard.

"Pastikan kau kembali dengan selamat Ken. Aku menunggumu."

Desiran darah terasa mengumpul di wajah Kenard hingga membuat pipi hingga telinganya berubah merah. Kenard menganggukkan kepala sebagai respon.

"Awas kalau kau kembali dengan luka-luka yang mengerikan! Aku tidak akan segan-segan untuk menghukummu!"

Tangan Kenard yang awalnya menepuk, kini mengelus punggung Catrionna pelan. "Iya." ujarnya dengan sungguh-sungguh.

Tbc.

Anjirr.. Drama bat dah yang mau pisah. Geli sendiri nulisnya hahaa

Bonuss.. Update cepet sebagai permintaan maap ceritanya 😁

Ken & Cat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang