[22]

141K 14.9K 59
                                    

Happy 100k ndess.. Makasih banyak yg udah pd mampir baca, vote dan komen.. Yeyyy!

Dari kemaren sibuk (tpi gk pake banget) mantengin om-omku yg baru kambek, Yep.. 2PM! Wkwkwk



HAPPY READING!

Suasana di dapur kediaman keluarga bangsawan Gilson tampak berbeda. Keberadaan Nyonya Gilson yang kini tengah berdiri di depan jajaran koki membuat ruangan itu diliputi keheningan.

"Nyonya, anda tidak perlu repot-repot berada di sini. Kami akan berusaha menyediakan makanan-makanan lezat sesuai permintaan dan selera anda." ujar sang kepala koki sambil menundukkan kepala.

Catrionna mendengus pelan. Raut wajahnya tampak menahan kesal.

"Aku hanya ingin belajar membuat kueku sendiri, Tuan Andreas."

"Nyonya ingin kue seperti apa? Akan segera kami buatkan." tutur Andreas lagi, sang kepala koki.

Catrionna memutar bola matanya. "Sudah ku bilang aku akan membuatnya sendiri, kenapa kau masih bersikeras, Tuan Andreas?" tanya Catrionna dengan jengah. "Apakah aku perlu meminta izin kepada Ken--, ah.. maksudku, suamiku dulu?"

Andreas bergeming. Keraguan masih terlihat di wajahnya. Dengan helaan nafas pelan, ia kemudian menganggukan kepala dengan enggan. "Baiklah, Nyonya. Tetapi anda ha--"

"Iya, aku mengerti kekhawatiranmu. Aku tidak akan terluka," selanya cepat. Dengan senyum kelewat lebarnya, ia mengayuhkan kakinya ke depan meja besar nan panjang yang akan menjadi tempat eksekusinya, "kalian juga tidak akan terkena teguran suamiku."

Catrionna memperintahkan kepada para koki untuk menyediakan bahan-bahannya. Akhirnya.. setelah sekian lama resolusinya akan segera terwujud. Tak apa tak bisa merawat tanaman bunga mawar di taman belakang. Siapa tahu bakatnya memang berada di dapur, kan? Catrionna tersenyum, membayangkan sajian kue buatannya dengan tampilan yang menggiurkan.

Dengan bantuan Lina, Catrionna mulai meracik adonannya sendiri. Selang beberapa menit, peluh sudah membanjiri kening dan lehernya. Taburan tepung juga tidak luput dari wajahnya. Bagaimana tidak? Ketika tengah mengaduk adonan, wajahnya terasa sedikit gatal. Alhasil, ia terpaksa menggaruknya.

"Jangan terlalu banyak, Nyonya." cegah Lina saat Catrionna hampir saja memasukkan setoples kecil gula ke dalam mangkuk adonan.

"Huh, apa yang sebenarnya bisa ku lakukan!?" gerutunya kesal.

Saat mendengar langkah kaki mendekat dari arah pintu dapur, Catrionna dan Lina lantas menolehkan kepala. Di sana, Leonard-si tangan kanan Kenard- tengah berdiri dengan wajah datarnya.

Catrionna mengernyitkan kening. Tetapi hanya sesaat karena ia kembali menyibukkan diri dengan mengaduk adonan di tahapan terakhir. Menambahkan sedikit bubuk berwarna putih, dan selesai!

Catrionna tersenyum bangga. Setelah menuangkan adonan ke dalam wadah cetakan, ia lalu memasukannya ke dalam oven.

Sembari menunggu kuenya matang, ia memilih menghampiri Leo yang masih bergeming.

"Duduklah.."

Leo menuruti titah Catrionna untuk duduk di meja makan yang berada di dapur. Mereka duduk saling berhadapan. Seperti telah tersetting, para pelayan dengan cekatan menyajikan secangkir teh hangat untuk mereka. Cukup lama mereka berbagi keheningan. Catrionna tampak ragu saat ingin menanyakan sesuatu, sedangkan Leo masih terdiam dengan ekspresi datar.

"Kenapa kau berada di sini? Di mana Kenard?" tanya Catrionna setelah meyakinkan diri. Wajar saja, ia memang terbilang jarang berkomunikasi dengan Leo.

Ken & Cat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang