Tengkyuu buat vote dan komennya..
Tapi ini updatenya kecepetan gak sih? Wkwkwk
Happy reading!
Apa yang lebih menyebalkan dari melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin kita lakukan? Tetapi mau bagaimana pun, kita harus melakukan itu.
Seperti halnya Catrionna yang tengah duduk di bangku paling ujung dari meja memanjang dalam jamuan teh calon Putri Mahkota, Putri Celine. Catrionna tahu bahwa sekarang ia tidak bisa menolak dengan sembarangan ajakan dari Putri Celine. Tidak dengan posisi yang disandang sahabatnya sekarang.
Wanita penyandang gelar Nyonya Gilson itu menghela nafasnya jengah. Sedari tadi, meski para putri bangsawan lainnya tampak membicarakan banyak hal dan menertawakan sesuatu yang lucu, menurut mereka tentu saja, Catrionna masih saja bergeming. Wanita itu tidak tertarik masuk ke dalam pembicaraan mereka. Tidak ada yang menarik menurutnya. Atau dirinya saja yang tidak melakukan apa yang mereka lakukan, hingga tidak mengerti apapun yang mereka katakan?
"Kudengar kau baru saja dari perbatasan utara, Putri Keynes?" tanya Putri Inessa antusias.
Putri Keynes tersenyum lebar, "Itu benar, Putri Inessa. Aku mengikuti sebuah komunitas berkuda, dan kita baru saja mengadakan acara di sana selama tiga hari."
Kening sang calon Putri Mahkota mengerut, "Kau bisa berkuda?"
"Tentu saja, Yang Mulia. Syarat mengikuti komunitas itu memang harus bisa berkuda," jawabnya dengan nada terdengar jumawa.
Mendengar itu, Putri Celine hanya mengangguk malas. Sebenarnya ia tidak ingin mengadakan acara jamuan teh ini, apalagi ia belum sepenuhnya menerima takdir yang mengharuskannya menjadi Putri Mahkota. Tetapi dibanding menerima tekanan dari berbagai pihak, ia lebih memilih menurut saja. Saat sedang mengedarkan pandangannya, manik matanya tidak sengaja menangkap sosok sang sahabat, Catrionna, yang entah mengapa mengambil duduk di ujung sana. Apakah wanita itu masih marah padanya?
Putri Celine menarik nafas dalam-dalam sebelum mengukir senyum lembutnya, "Bukankah Nyonya Gilson juga pernah berkuda di sana?" tanyanya dengan binar mata penuh harap. Ia sangat ingin membicarakan apapun dengan Catrionna, seperti biasanya.
Catrionna terkesiap. Sejak tadi ia sedang asyik merenungkan banyak hal, termasuk perasaan bersalah karena mengabaikan Kenard selama ini, juga menutup akses bertemu saat laki-laki itu hendak pergi ke perbatasan utara. Sudah tiga hari sejak kepergian Kenard, dan ia tidak menerima kabar apapun dari laki-laki itu. Apakah ia baik-baik saja?
Saat Catrionna baru saja membuka mulutnya hendak menjawab, Putri Keynes tiba-tiba menyela, "Benarkah itu, Nyonya Gilson?"
"Benar," sahut Catrionna singkat. Kedua tangannya kontan mengepal erat. Ingatan akan panah beracun yang hampir membunuhnya saat itu membuat tubuhnya meremang seketika.
"Kau betul bisa berkuda, Nyonya Gilson?" tanya Putri Inessa sangsi.
"Tidak juga, aku sempat terjatuh dari kuda," aku Catrionna berusaha tetap tenang.
Senyum miring tersungging di bibirnya Putri Keynes, "Sudah kuduga," ujarnya dengan tertawa kecil, penuh dengan ejekan yang kentara. Putri Inessa bahkan tertawa lebih kencang hingga mengangkat tangannya yang memegang sapu tangan untuk sedikit merendamnya. Lagi, Catrionna tidak tahu apa yang membuat mereka tertawa begitu senang.
Melihat Catrionna yang memilih diam meski telah diprovokasi membuat Putri Celine kembali merasa bersalah. Seharusnya ia tidak sembarangan berbicara tadi.
"Tetapi dari pada berkuda di tengah terik matahari, aku lebih memilih kegiatan merajut. Tidak lama ini, hasil rajutanku diminta langsung oleh Tuan William Jovick," celetuk Putri Inessa tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ken & Cat (END)
Historical FictionCatrionna Arches dipaksa menikah dengan jenderal militer kerajaan, Kenard Gilson. Perjodohan yang telah dirancang sejak lama oleh kedua ayah mereka membuat Catrionna tak bisa menolaknya. Tetapi, rumor yang beredar luas di seluruh negeri bahwa sang...