16. Teman atau Musuh

65 6 0
                                    

Happy Reading guys🤗🤗💙
.
.
.
.
.
.

'Jika ingin memiliki banyak orang disampingmu, maka lupakan egomu dan mulai lah menjalin hubungan. Entah itu disengaja atau pun tidak.'

~RAN~

Semester genap adalah saat-saat dimana setiap siswa harus belajar dengan keras agar bisa naik ke kelas berikutnya. Namun berbeda halnya dengan kelas 11. 9 IPS yang menghabiskan waktu jamkos untuk rebahan dan nggibah (bergosip).

Istilah geng-gengan memang tak asing di telingah remaja putih abu-abu ini. Meskipun kelas IPS disebut orang sosial, namun realita tak sesuai angan-angan. Masih banyak di kelas ini yang mewarisi tradisi buruk itu.

Seperti biasa cewek berbaju putih abu-abu ini selalu kencan dadakan dengan laptob. Saking fokusnya ia tak menyadari kalau tukang gosip berjalan ke arahnya. Namun ia tak menggubris hal itu.

"Ran, gimana kaki lo?" tanya Arga.

"Udah mendingan." jawabnya yang masih sibuk dengan laptob dan permen dimulutnya.

"Dari zaman nenek moyang, sampek sekarang lo masih aja kencan sama laptob. Nggak sakit apa mata lo?!"

"Nggak!"

"By the way, dana drama Queen kita?"

"Sara? Dia nggak masuk katanya, sih, sakit."

"Ohw... Ran, gelang lo kayaknya bagus. Minta donk?"

"Beli sendiri sana! Jangan ganggu aku, Ga!" usir Ranya.

Mendengar itu Arga langsung kembali ke bangkunya meninggalkan Ranya sendirian.

Tak lama kemudian terlihat sepasang kaki berdiri di ambang pintu yang perlahan membuka pintu kelas ini.

Seluruh warga kelas yang tertidur atau yang bermain hp langsung lari terbirit-birit menuju bangkunya masing-masing karena mereka menduga bencana akan datang secara tiba-tiba.

Alhasil semuanya menghela napas panjang saat melihat orang yang berdiri di ambang pintu bukanlah Bu Hanna sang guru Ekonomi super Killer melainkan Bu Faiq guru seni tercantik di sekolah.

"Ya ampun bu! Kita kira ikan buntal yang mau masuk." sahut Daniel sembari menggosok dadnya sendiri.

"Tauk nih! Si Bu cantik ngagetin kita aja."

Sorakan dari warga +62 ini memecahkan suasana tegang yang baru saja terjadi.

Memang dasar kaum Adam, lirik yang cantik langsung terpesona. Namun seorang Bu Faiq sudah biasa menghadapi murid seperti mereka.

"Lagi cari saya ya bu?" ucap Farel kepedean.

"Hmm... Disini ada yang namanya Aranya Sekar G. Nggak?" tanya Bu Faiq.

Ranya yang merasa namanya dipanggil sontak mengankat tangannya,

"Saya Bu!"

"Sekarang ikut saya!"

"Tapi kalau bu Hanna datang gimana bu?"

RANARIL ||✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang