Happy Reading guys🤗🤗💙
.
.
.
.
.
.'Sering kali kamu merasa paling tersakiti, padahal kamu tidak pernah sadar kalau secara tidak sengaja kamu juga menyakiti.'
~RAN~
Semenjak kegagalan kencan di malam itu, Ranya jarang sekali bertemu ataupun melihat Aril mengganggu kehidupannya, seperti ada yang hilang dari dirinya.
Biasanya ia akan menemui atau mengajaknya ke kantin bersama, tapi beberapa hari ini ia seakan hilang di telan bumi. Namun Ranya mencoba berfikir positif saja, mungkin Aril sekarang sibuk mempersiapkan dirinya untuk memasuki dunia perkuliahan.
"Ran, gue lihat beberapa hari ini lo sekolah bawa sandal, enak banget ya," cibir Anis saat berjalan bersama Ranya menuju Perpustakaan untuk menyiapkan toga wisuda.
"Kaki gue sakit Anis!" geram Ranya dengan pertanyaan sejuta umat itu.
"Ooo ... iya-iya, maap gue lupa."
Sesaat Anis mencoba menanyakan hal yang mungkin akan menyinggung hati sahabatnya ini, "Ran, gue kok jarang banget lihat kak Aril ngusik lo, sih?" adu Anis.
"Hmm, aku juga nggak tahu, mungkin dia lagi nyiapin kejutan." dusta Ranya, padahal dirinya tidak memahami hal itu.
Anis menipung kepala dengan buku yang ia bawa, "Oh, iya ..."
"Dua hari lagi, kan, lo mau ulta!" girang Anis bahagia sekaligus mencium bau-bau PU (pajak ulta).
"Syukur masih ingat, jangan lupa beli kado buat gue!" cibir Ranya mulai ngadi-ngadi.
"Iya-iya, tapi lo harus ngasih gue PU, gimana?"
"It's okey."
Belum lama mereka menginjakkan kaki di lantai 1, Aril dkk berpapasan dengan Ranya dan Anis, sayangnya Aril tidak menyapa atau menatap ke arah Ranya, entah sengaja atau tidak tapi yang pasti Ranya tidak tahu.
Hal itu membuat Galang, Dava dan Anis di rundung kebingungan, apa yang terjadi kepada mereka?
"Lo sama kak Aril nggak lagi berantem, kan?" tanya Anis sesaat setelah Aril dkk berlalu melewatinya.
Namun sebelum Ranya menjawab, Faisal malah menarik tangan kedua sahabatnya agar segera membantu pekerjaan mereka yang menumpuk.
'Gue juga nggak tahu, Nis ...'
⚜️⚜️⚜️⚜️⚜️
Suara lolongan serigala berhasil membuat kacau seisi orang yang ada di perpustakaan ini. Tapi mereka sudah tahu dari mana sumber suara itu. Ya, itu adalah nada dering dari teman mereka, Ranya.
Awalnya Ranya mengira chat masuk itu dari Anang yang selalu membuatnya jengkel, tapi ...
TIRANIKU♡: Ran, gue mau nitip buket buatan temen lo
Besok bawa ke lapangan belakangUntaian kata singkat itu terasa bagaikan bait puisi bagi Ranya, meski ia belum tahu alasannya selalu menghindar.
TIRANIKU♡: Ran, gue mau nitip buket buatan temen lo
TIRANIKU♡: Besok bawa ke lapangan belakang
Me: Iya, kak
Kakak kemarin kenapa nggak dateng?
Lama banget aku nunggu tauk!Waithing itu sakit!TIRANIKU♡: Maaf gue sakit
Me: Kakak sakit?
Tapi tadi kayak gpp, apa kakak marah sama aq?
Apa Ranya buat salah?TIRANIKU♡: read✅
Melihat pesan terkirim hanya menyisakan dua centang biru membuat Ranya ingin berteriak, apa yang terjadi? Apa Ranya berbuat salah? Sungguh ia tidak mengerti dengan semua ini.
Bagaimana Ranya harus bersikap? Sabar, sudah. Rasa percaya, bahkan itu sampai sekarang. Semua telah ia lakukan, tapi apa balasannya? Ghosting berkelanjutan, hilang tanpa ada kabar, sungguh menyakitkan!
Sering kali orang merasa dialah yang paling tersakiti, tapi apa ia menyadari secara tidak langsung ia juga menyakiti.
Meski dada terasa sesak, Ranya tetap mengambil sisi positifnya, yang terpenting ia sudah mengetahui alasan ketidakpastian kencan kemarin.
Mungkin ia harus mengalah dan memberikan waktu untuk Tirani memikirkan masa depannya. Namun di sisi lain ia merasa sesuatu yang ganjal akan terjadi, tapi sekali lagi ia mencoba untuk tenang dan melakukan apa yang menjadi kewajibannya sekarang."Nis, aku pesen buket mawar yang bagus," pinta Ranya membuat Anis sedikit heran.
"Buat apa lo beli buket?" tanya Anis menghentikan pekerjaannya.
"Bener, tuh," timpal Fara ikut-ikutan.
"Hmm, ada deh. Besok ready, kan? Tolong bawa ya," pinta Ranya.
"Terserah,"
Di balik senyum penuh kedustaan itu, tersirat berbagai pertanyaan yang membuat Ranya goyah akan pendiriannya. Mungkin ini yang di rasakan Aril saat ia menggantungkan jawaban atas sebuah kepastian.
"Kak besok mau anterin aku ketemu nenek ya?" sahut Fara bersemangat.
Ranya menetralkan mimik wajahnya, "Iya, aku juga kangen sama nek Endang."
⚜️⚜️⚜️⚜️⚜️
KAMU SEDANG MEMBACA
RANARIL ||✔️
Fiksi Remaja[⚠!️WARNING!⚠️] [CERITA MENGANDUNG UNSUR CANDU DAN BIKIN KAKU, AWAS ENTAR BAPER![ [MENURUT IMAJINASI AUTHOR, BUKAN "MENURUT ATURAN KELUARGA," KALAU ITU NAMANYA DWISATYA.] [MAAF BILA ADA KESALAHAN DALAM KEPENULISAN, MAKLUM LAH KARYA PERTAMA😆😆] Aril...