7. Sebuah Ikatan

103 13 1
                                    

Happy Reading guys🤗🤗
.
.
.
.
.
.

'Di dunia ini nggak selalu sengsara, ada kalanya kita harus berbahagia atas apa yang kita miliki saat ini.'
~RAN~

Liburan tengah semester yang di nanti-nanti akhirnya tiba. Kebanyakan para siswa akan menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan atau kencan dengan kekasih hatinya.

Namun bagi anak Pramuka tidak ada kata libur dalam kamus mereka, karena di setiap liburan tengah semester mereka habiskan di sekolah untuk persiapan perkemahan.

Sering latihan, pacarku di ambil orang. Kata-kata yang sudah tidak asing bagi generasi muda Tunas Kelapa.

Minggu ini Ranya sangat sibuk, karena ia harus mengatur waktu saat latihan. Setengah untuk latihan petugas Apel dan setengahnya lagi untuk membantu seksi perlengkapan menyatat kedatangan barang peserta.

Modar-mandir bak pak Haji mencari sandal di musolah, itulah hobi baru Kerani kita ini.

Gruduk... Klontang... Meongg!!

Di ambang pintu terlihat Sara seperti habis maraton, "Angel ws angel! Main tabrak kucing orang," cibir Ranya.

"Ran, Ran lo. Lo di cari orang banyak udah waktunya AAU... Hahh, capek gue lari-lari tadi," ucap Sara terbatah-batah.

"Apaan aauuu? Kayak serigala aja," cibir Ranya.

"AAU tuh, Apel Api Unggun ter-pinter!" maki Sara. Ingin rasanya ia menjitak indah kepala temannya itu, kalau saja Ranya tahu perjuangan Sara hanya untuk memanggil manungsa kagak ada akhlak ini.

Seketika Ranya memukul jidatnya sendiri, ia lupa kalau jadi petugas Apel, "Ohh, ASTAGHFIRLLAHH..."

"Cepetan, itu lo tinggalin aja, biar mereka yang urus."

Ranya dan Sara segera tancap gas alami alias melarikan diri dari kenyataan untuk menuju lapangan utama. Untungnya Apel belum di mulai masih dalam proses penempatan petugas, Ranya segera menempati posisinya sebagai pemimpin dan memulai latihan.

Selang beberapa jam, akhirnya latihan Apel telah usai begitu pun penderitaan anak Pramuka. Namun Ranya dkk masih saja sibuk dengan laptop serta buku catatan, mengerjakan apa yang sudah menjadi tugas seorang Kerani.

"Kak," sapa Fara yang tiba-tiba muncul di samping Ranya.

"Hm,"

"Kakak sibuk ya?" Iyak, Fara masih dalam proses pendekatan.

"Hm,"

"Kakak," uji coba gagalnya minta ampun.

"Hmm,"

"Kak Ranya dari tadi cuma hamm-hemm mulu, nggak ada jawaban lainnya apa?" cibir Fara mulai lelah.

"Iya. "

Pikiran Fara sudah buntu, ia tidak tahu bagaimana harus berbicara dengan kakak kelasnya ini,

"Kak, apa aku boleh bantu?" tanya Fara sedikit ragu.

Perkataan yang sedari tadi ditunggu oleh Ranya akhirnya muncul, tanpa menjawab ia langsung memberikan laptop dan catatannya pada Fara.

"Nahh, bilang dong dari tadi kalau mau bantu dan tenang aku nggak akan lepas tangan kok, aku bakal tetap ikut ngerjain, kok,"

"Hehehe... Iya." jawab Fara menyengir.

Fara sedikit menyesal mengatakan 'Aku bantu'. Tapi kalau ia tidak mengatakan itu, mungkin Ranya tidak akan mau bicara padanya.

Setelah beberapa menit, Fara akhirnya memberanikan diri untuk mengungkapkan tujuannya bertemu dengan kakak kelasnya, "Kak, aku boleh curhat nggak?"

"Mau curhat apaan? Tapi aku nggak umi Dedeh Indosiar, loh!" seru Ranya yang masih fokus pada catatannya.

RANARIL ||✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang