Happy Reading Guys🤗🤗💙
.
.
.
.
.
.'Cemburu itu maklum bagi manusia, tapi jangan sampai cemburu buta.'
~RAN~
Hari sabtu adalah hari dimana mayoritas penduduk sekolah ini liburan, terkecuali anak Pramuka yang harus merelakan waktu mereka untuk melaksanakan latihan rutin seperti biasanya.
"Huh, panas banget hari ini." gerutu Sara sesaat setelah latihan rutin berakhir.
"Kayak nggak biasa sih, Sar." sahut Ranya yang duduk di sebelahnya.
"Gue tahu, kok. Kalau lo kegerahan nggak karena kepanasan, pasti karena itu, kan?" sorot mata Anis mengarah pada segerombolan cewek alay yang menggilai sang Tirani.
Saat melihat itu, Sara semakin tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Ia pun beranjak dari duduknya menuju kearah gerombolan cewek itu dan marah-marah tidak jelas.
Sedangkan Ranya hanya tersenyum sembari menyangga dagunya dan sesekali melirik ke arah Aril.
Namun saat sang Tirani balik memandangnya, ia langsung memalingkan wajahnya dan mencari objek bagus untuk ia pandang.
"Hahaha... Kak Sara itu ngapain pakek ikut-ikuttan segala. Padahal kak Aril kan punya_" segera Ranya membungkam mulut Fara dengan erat,
"Punya siapa, Far?" tanya Anis penasaran.
"Eee... Nggak kok. Dia kalau ngomong syukur njeplak." sahut Ranya gugup.
"Ohw... By the way selamat buat kemenangan lo, ya!"
"I-iya makasih,"
Ranya mendekatkan telinga Fara pada mulutnya dan membisikinya agar ia merahasiakan hubungannya dengan Aril, karena ia tidak ingin terlalu mengumbar-ngumbar masalah ini. Jika tidak maka akan timbul hal yang tidak di inginkan.
Sayangnya Ranya terlanjur emosi berdiri dari duduknya dengan alasan ingin mengembalikan absensi anggota ke rongsi.
Saking emosinya, ia sampai lupa membawa sesuatu yang menjadi alasannya naik ke rongsi.
Yups, ia meninggalkan absensi ditempat ia duduk bercanda dengan Fara dan Anis. Dengan terpaksa ia kembali lagi ke bawah untuk mengambil absensi dengan konsekuan di tertawakan oleh kedua orang yang nggak ada AKHLAK!
Belum lagi lemari yang akan menjadi tantangan tersendiri baginya. Untuk menaruh berkas absensi Ranya harus super hati-hati, jika sedikit saja komplikasi maka akibatnya akan buruk.
Usahanya tidak lebih dari sia-sia karena tangannya tidak mampu menggapainya.
Tapi di tengah permasalahan yang dihadapi oleh Ranya, ia mendengar ada seseorang selain dirinya di rongsi ini dan hembusan napas kasar seakan habis lari maraton 6 km.
Namun usahanya tidak goyah hanya karena sebuah prasangka yang belum tentu kebenarannya, ia lebih memilih melanjutkan masalahnya dengan lemari.
"Kalau lo nggak bisa, minta tolong orang lain, napa?!" seru seseorang yang berdiri di belakangnya dan membantunya menaruh berkas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANARIL ||✔️
Novela Juvenil[⚠!️WARNING!⚠️] [CERITA MENGANDUNG UNSUR CANDU DAN BIKIN KAKU, AWAS ENTAR BAPER![ [MENURUT IMAJINASI AUTHOR, BUKAN "MENURUT ATURAN KELUARGA," KALAU ITU NAMANYA DWISATYA.] [MAAF BILA ADA KESALAHAN DALAM KEPENULISAN, MAKLUM LAH KARYA PERTAMA😆😆] Aril...