~*~*~*~*~
'Hidup dalam bayang-bayang kegelapan membuat mataku tertutup, tidak bisa melihat di luar sana masih banyak orang yang sangat menyayangi ku.'
~RAN~2 minggu telah berlalu. Kondisi Ranya sekarang dalam pemulihan, hanya saja raga itu tak sama seperti dahulu. Senyum serta keceriaan seakan lenyap dari wajahnya. Menyisahkan tatapan kosong yang menghiasi wajahnya, bicara pun tidak. Seakan mulutnya membisu atas segala yang terjadi.
Beberapa kali petugas polisi memasuki bangsal Ranya dan keluar dengan rasa kecewa. Kalau di teruskan seperti ini, polisi tidak akan bisa melakukan apa-apa.
Arya, Mayang dan Rangga telah berusaha dengan keras untuk mengembalikan senyum itu. Tapi semua usaha mereka tidak lebih dari sia-sia, seakan mereka tengah bicara dengan mayat hidup.
Kini giliran Anang, setelah beberapa waktu ia butuhkan untuk meneguhkan hati ketika melihat kondisi adiknya. Ia membuka pintu bangsal dengan penuh keyakinan. Namun jiwanya kembali rapuh tatkala melihat Ranya tengah duduk seraya merenung. Tatapan mata itu masih sama, sangat kosong.
Anang memegang tangan Ranya yang dingin, "Dekk ..." panggilnya namun tidak ada respon sedikit pun.
"Lo inget nggak? Lo sering marah-marah kalau gue berantem sama Ranggateli? Apa lagi pas kejadian di toilet, lo inget, kan?" Anang terus menceritakan suka duka yang pernah Ranya rasakan bersama keluarga besarnya.
"Gue tahu, lo pasti lelah sama keadaan. Tapi gue yakin, adek gue nggk selemah itu, lo pasti bisa bangkit." Anang berdiri lalu memeluk kepala Ranya yang terbungkus kassa.
"Meski jatuh ke dalam kegelapan, gue yakin lo masih denger apa yang gue omongin. Kita semua butuh lo, lihat Ayah sama Ibu, Rangga, bahkan Prince, mereka semua sayang sama lo," lirih Anang yang sudah tidak kuat lagi membendung air matanya.
Tiba-tiba bulir bening mengalir dari sudut matanya. Ya, Ranya mendengar segalanya. Telah banyak kejadian yang membuatnya berfikir, jika ia sendirian. Sisi gelapnya selalu mengatakan itu. Tapi saat ia membuka mata, masih banyak orang yang sangat menyayangi nya.
Isak tangis mulai terdengar, semua orang yang berdiri di balik pintu segera masuk ke dalam dan memmeluk putri mereka.
"Ma-maaff ..."
Arya segera menghapus air mata Ranya dan mencium puncak kepalanya.
Ranya menghela napas, setelah sekian lama ia terus menangis dan merasa diteror setiap malam. Ia menyadari sebesar apa pun kebencian, pasti di sana ada secarik cahaya kebahagiaan.
Ia tak lagi sendirian, masih banyak orang yang menyayangi nya meski ia memiliki sesuatu yang bisa membuatnya di benci banyak orang.
'Tuhan memiliki naskah cerita yang tidak bisa ditebak ataupun di pahami awam. Aku bersyukur bisa terlahir diantara orang yang tulus menyayangi ku.'
⚜️⚜️⚜️⚜️
KAMU SEDANG MEMBACA
RANARIL ||✔️
Novela Juvenil[⚠!️WARNING!⚠️] [CERITA MENGANDUNG UNSUR CANDU DAN BIKIN KAKU, AWAS ENTAR BAPER![ [MENURUT IMAJINASI AUTHOR, BUKAN "MENURUT ATURAN KELUARGA," KALAU ITU NAMANYA DWISATYA.] [MAAF BILA ADA KESALAHAN DALAM KEPENULISAN, MAKLUM LAH KARYA PERTAMA😆😆] Aril...