14. Welcome to Home

59 9 2
                                    

Happy Reading Guys🤗🤗💙
.
.
.
.
.

'Masa lalu telah mengajariku arti sebuah hubungan dan mengerti penderitaan yang ada di dalam perasaan.'

~RAN~

Pagi yang cerah mememani saat-saat terakhir di Bumi perkemahan.

Semua peserta dan panitia mengemasi barang-barangnya dan satu persatu istana mega yang mereka singgahi selama empat hari tiga malam dirubuhkan, meninggalkan jejak kenangan tersendiri.

Upacara penutupan berjalan dengan hikmad, semua peserta tidak sabar untuk menginjakkan kaki di kampung halamannya masing-masing.

Namun sebelum itu, semuanya di bagi menjadi beberapa kelompok seperti pada saat pemberangkatan.

Meninggalkan indahnya pesona pantai Mangrove, menyisahkan kenangan bagi setiap orang.

Di sini Ranya dalam dilema besar, sebab ia bingung harus ikut naik kendaraan bintang tuju atau bersama salah satu orang yang membawa sepeda sendiri.

Jika ia memilih ikut naik kendaraan bintang tuju bagaimana nasib kakinya nanti, tapi jika ia tidak ikut naik, mana jiwa korsa anda! Maju kena mundur amblas, itulah yang dirasakan Ranya saat ini.

"Ranya, kamu pulang bareng senior aja ya!" ujar Budi selaku pembina Satuan.

"Tapi_"

"Bareng saya saja pak!" ucap seseorang yang datang tiba-tiba dengan mengendarai motor ninjanya.

"Nah, kebetulan. Aril tolong bawa dan jagain adik kelasmu ini ya?!" pinta Budi pada Aril.

"Siap kak!" sahutnya sembari mengayunkan tangannya tanda hormat pada Budi.

Aril segera memberikan helm warna hitam pada adik kelasnya. Namun Ranya tak kunjung menjemput helm di tangan Aril, sampai-sampai membuat tangannya terasa kesengutan memengang helm itu.

"Kenapa? Nggak suka warnanya?" tanya Aril bingung.

"Nggak gitu!"

"Kebesaran?" tanya Aril yang belum menyadari kondisini Ranya saat ini.

"Ya Allah kak! Nggak lihat tanganku penuh apa?! Gimana mau ngambilnya?!" gerutu Ranya sembari menunjukkan barang-barang administrasi yang ia bawa.

"Yaelah, taruk di truk sana! Ntar di urusin sama yang lain!" perintah Aril dengan mudahnya.

"Iya, iya!"

Setelah Ranya menaruh barang bawaannya di samping supir, ia segera beranjak menaiki boncengan motor ninja milik Aril.

Namun Ranya enggan memeluk pinggang Aril seperti wajarnya orang di bonceng motor ninja, melainkan ia memengang erat pudak Aril agar tidak terjadi salah paham diantara mereka.

"Aww... Lo gila ya?!" gerutu Aril meringis kesakitan.

"Apaan?" katanya pura-pura bego.

"Lo lupa atau pikun sih! Pundak gue masih sakit! Main pegang-pegang aja!"

Segera Ranya melepas pegangannya, "Ahh... Ya mangap! Nggak sengaja."

RANARIL ||✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang