~*~*~*~*~
'Ada kalanya saat kita tidak punya pilihan, selain terdiam dan mencoba menerima segalanya.'
~RAN~Kini Ranya tengah duduk di kursi lorong yang sepi, tugasnya mengatakan 'tidak' pada setiap perawat ataupun dokter yang berniat mengobati luka di tubuh serta kepalanya.
Meski darahnya mulai mengering ditiup angin, serasa setiap goresan luka di tubuhnya ini tak sebanding dengan sakit hati serta rasa lelahnya saat ini.
Jika saja ada tempat sepi dimana ia bisa berteriak sekencang mungkin hingga suaranya hilang dilebur angin.
Namun sekarang Ranya hanya terdiam, mulut seakan terkunci oleh deru hati yang tak bisa di dengar orang lain. Dadanya terasa sesak hingga air mata tak lagi keluar.
Anang sendiri di rundung gelisa akibat melihat kondisi adiknya setelah diguncang badai cobaan bertubi-tubi. Meski berat, tapi ia harus menjalankan tugasnya sebagai polisi.
Tujuannya hanya ingin memberikan kotak kecil bertuliskan 'for Ranya♡' yang ia temuka di tas korban.
"Dek ..." panggil Anang penuh keraguan.
Namun Ranya hanya menggeser kornea matanya ke arah Anang. Melihat tatapan mata itu semakin membuat dada polisi ini terasa sesak, seakan-akan ia juga merasakannya.
"Gue temuin kotak ini di tas korban, mungkin ini buat lo," lanjutnya lalu menyodorkan kotak tersebut.
Sekali lagi Ranya hanya diam, menunduk seraya mengambil kotak biru itu dari tangan Abangnya tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Anang sendiri langsung berpaling tanpa berpamitan, karena ia sudah tidak sanggup lagi melihat segala keterpurukkan adiknya.
Kini tinggal kesunyian, hanya terdengar suara adzan subuh dari masjid terdekat. Perlahan Ranya mencoba membuka kotak kecil yang berisikan kertas usang dan sebuah kalung liontin berbentuk butiran salju biru.
Air matanya kembali mengalir dari pipi yang penuh dengan bercak darah saat membuka secarik kertas usang yang tergores tinta hitam.
♡Dear kak Ranya♡
HBD KAKK!! Semoga di umur yang ke 17 ini bisa menjadi sweet seventeen terbaik. Aku nggak banyak doa buat kakak, cuma semoga makin pinter, rajin, jadi anak yang berbakti sama kedua orang tua dan yang terakhir makin cantik ... ASEEKKK!!
Itu hadiah dari Almarhuma Nenek, sebenarnya udah lama tapi aku lupa jadi sekalian menyelam sambil makan ikan, kayak di papua, CANDA!! Kak, aku terus di mimpiin nenek sama bunda, mungkin mereka negur soal hadiah itu deh, hehehe ... jadi kangen♡♡
Thank's kak, kakak udah mau anggap aku kayak adik sendiri. Maafin sikapku yang kekanak-kanakan, suka bikin susah kakak dan bobroknya berkelanjutan. Kayaknya aku bakal kangen kalau kita pisahan nanti, huahaha ... Ngakak!!
Oh iya, kak aku dengar DKC lagi open recuitmen loh. Kalau kakak mau daftar bilang sama aku yakk!! Biar bareng-bareng ke sananya. Jangan lupa ya!! Biasanya kakak suka pikun sama banyak hal.
All is the best for You. Your my perfect sister.
♡♡Love FARA♡♡
"Dasar bod*hh ..." lirih suara Ranya yang hampir habis.
Dengan sisa tenaga yang ia punya, Ranya mencoba bangkit dan melangkahkan kakinya ke depan.Setiap langkahnya terasa berat, seakan ia telah jatuh ke dalam jurang kegelapan hingga tiada seorang pun yang bisa menyelamatkannya.
"Sial! Sial! GUE GAGAL!! GUE JAHAT!!" makinya sembari menghantamkan kepalanya di dinding yang kokoh.
"AAAGGRRRHHH!!!"
Ranya menghantamkan kepalanya di dinding beberapa kali hingga membekas bercak darah di sana.
Saat ia mulai puas atas apa yang telah ia lakukan, perlahan pandangannya mulai kabur dan tubuhnya tersungkur di lantai. Hanya bisa melihat banyangan orang yang berlari ke arahnya. Kini ia bisa merasakan sakitnya harga dari sebuah kematian.
⚜️⚜️⚜️⚜️⚜️
Tuttt... tutt... tuuttt...
Gema suara alat hemodinamik mengiringi tangis keluarga besar dari seseorang yang kini terbaring tak berdaya di dalam ruang ICU. Berjuang diantara hidup dan mati.
Terlebih lagi Mayang yang terus meraung tangis, tak tega melihat kondisi putrinya yang kritis. Arya dan Anang berusaha untuk tegar agar menjadi panutan bagi Mayang dan Rangga.
Keluarga besar Ranya berlari ke arah dokter yang baru saja keluar dari ruang ICU.
"Dokter, bagaimana keadaan putri saya?!" tanya Mayang penuh harapan.
Dokter itu menghela napas panjang, "Pendarahan pada kepala pasien sangat parah, tapi sekarang sudah berhenti."
Semua berucap syukur atas kabar tersebut, tapi satu lagi laporan yang harus dokter itu sampaikan, mungkin ini akan menjadi mala petaka bagi sekeluarga.
"Meskipun pendarahan telah berhenti, tapi sampai sekarang pasien dalam keadaan koma," ucap dokter itu membuat tubuh Mayang semakin goyah hingga jatuh ke lantai.
"Ya Allah ... Ranyaa ..." teriak Mayang tak karuan.
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin, satu hal yang bisa kita lakukan hanya memohon kesembuhan dari putri anda. Permisi," pinta dokter itu lalu kembali masuk ke ruang ICU.
Semua orang berdo'a meminta kesembuhan bagi putri kesayangan mereka, terkecuali Arya yang sedari tadi berdiri dari balik pintu ruang ICU, menatap putrinya yang terbaring tak berdaya dari jendela transparan.
Meski kecil kemungkinan, diam-diam pria setengah baya ini berharap putrinya bangun dan mengukir senyum manis di bibirnya.
Di sana Arya juga di temani Prince yang bersih keras untuk menunggu kehadiran tuannya dari balik pintu silver itu. Sesekali ia mengusap-usap pintu itu, seakan bola bulu kecil ini juga merasakan kesedian yang sama seperti manusia.
⚜️⚜️⚜️⚜️⚜️
KAMU SEDANG MEMBACA
RANARIL ||✔️
Fiksi Remaja[⚠!️WARNING!⚠️] [CERITA MENGANDUNG UNSUR CANDU DAN BIKIN KAKU, AWAS ENTAR BAPER![ [MENURUT IMAJINASI AUTHOR, BUKAN "MENURUT ATURAN KELUARGA," KALAU ITU NAMANYA DWISATYA.] [MAAF BILA ADA KESALAHAN DALAM KEPENULISAN, MAKLUM LAH KARYA PERTAMA😆😆] Aril...