29. First Date

29 4 0
                                    

Happy Reading guys🤗🤗💙
.
.
.
.
.
.

'Bisakah kamu mendengar ketika seseorang menyatakan perasaan dari dalam hatinya?'
~ARIL~

Siang menjelang sore, sekarang waktunya Ranya bersikap sebagaimana halnya cewek mau nge-date. Bagaimana tidak? Kamar yang biasanya rapi dan teratur malah berubah menjadi kapal pecah dalam hitungan menit.

Berbagai model baju berserakan di mana-mana dan orang yang menjadi dalangnya hanya bisa tidur terlentang seraya menatap langit kamar itu.

"Repot banget, sih, jadi cewek!" maki Ranya pada dirinya sendiri, "Padahal cuma milih baju doang." lanjutnya.

Dan seseorang yang berdacak di ambang pintu hanya menahan tawa ketika melihat wajah frustrasi adik kesayangannya.

"Kalau ibu tahu, lo nggak bakal bisa keluar ntar malam, loh." cibir Anang membuat Ranya menatap sinis kedatangannya.

"Berisik!"

Untuk melengkapi ke usilannya, Anang beranjak menuju Ranya dan ikut tidur terlentang di sampingnya, "Mau nge-date ya..." goda Anang membuat adiknya semakin badmood.

Namun tujuan Anang kemari bukan sekedar mengusili adinya, tapi juga akan membuat sebuah kesepakatan dengannya. Anang ingin mengajak Ranya colaborasi, karena berdasarkan informasi yang ia kumpulan, adik semata wayangnya ini akan pergi berkencan.

"Gimana, mau nggak?" tanya Anang.

"Kalau mau kencan, pergi sendiri sana! Ntar gue jadi obat nyamuk! Ihh, ogah!" celetuk Ranya.

"Kalau lo nolak, gue jamin ayah kagak bakal ngebolehin lo keluar malam-malam." ancam Anang.

Aduh, karena bingung memilih baju sampai membuat Ranya melupakan hal segawat itu. Ya, bagaimana cara ia meminta izin pada Arya dan Mayang Lalu Ranya mencoba memikirkan kembali tawaran tersebut, agar ia dengan mudah mendapat izin. Lagi pula cafe yang akan datangi sama, hanya saja meja yang di pesan berbeda.

"Iya, iya, gue mau."

"Gitu dong," ucap Anang sembari mengadu tos dengan adiknya.

⚜️⚜️⚜️⚜️⚜️

"Dek, udah siap belum?" tanya Anang untuk kesekian kalinya kepada cewek yang sibuk berdandan di dalam kamarnya itu.

"Bentar, bawel!" cibir Ranya dari dalam kamarnya.

Belum semenit Anang mengoceh bak emak-emak, pintu kamar perlahan terbuka dan memunculkan cewek bergamis putih dengan rompi pink serta hijab yang serasi dengan hijabnya.

"Hmm, gamis nih," canda Anang melihat penampilan baru adiknya.

"Terserah Abang mau komen apa, ini itu namanya islami! Orang kayak lo nggak bakal ngerti," ledek Ranya namun tak berefek pada Anang.

Anang mencubit pipi adiknya yang cubby, "Iya, bawel!"

Keduanya segera turun untuk meminta izin kepada Arya dan Mayang, lalu memulai perjalanan menuju ke suatu tempat di mana biasanya pasangan remaja malam mingguan.

Kedatangan mereka di sambut indahnya gemerlap cahaya lampu yang tergantung di pepohonan serta tiangnya.

Sebuah miniatur berbentuk love dari kresek merah menjadi pusat foto yang indah, di sanalah nanti Ranya akan berdiri bersama Tirani.

Karena Ranya belum melihat tanda-tanda kedatangan atmosfer, jadi ia beralih kepada Anang yang dirundung gelisah seraya melihat koncak kecil berisi cincin untuk Zelin.

"Ciiee ... Grogi ya?" goda Ranya sebagai balasan karena mengganggunya siang tadi.

"Lo nggak pernah ngerasain apa yang sekarang gue rasain, tauk!" protes Anang membuat Ranya teringat raut wajah Aril saat mengutarakan perasaan padanya.

"Malah cengengesan, bantu cari solusi dong!" celetuk Anang membubarkan hayalan adiknya.

"Latihan dulu, napa."

"Nah, lo yang jadi Zelin!" sela Anang girang bukan main.

"Kenapa gue yang jadi tumbal?" protes Ranya.

"Lo bersikap kayak_"

"Kan, gue belum bilang setuju?" sela Ranya semakin esmosi.

"Gue mohon ..." bujuk Anang dengan jurus mata kucing.

Dengan ini mau tidak mau Ranya harus membantu Anang merangkai kata-kata yang tepat, meskipun itu akan memakan banyak waktu.

15 menit kemudian ...

"Ze-zelin, apa kamu mau jadi istri gue di dunia hingga ke Jannah_Nya?" ucap Anang penuh kepercayaan di matanya.

Bukannya senang, Ranya malah berniat mempersulit hal itu, "Nggak!"

"Kok lo gitu!" ketus Anang, tidak terima jika usahanya tidak di hargai.

"Kalau abang masih grogi, gimana mau meyakinkan perasaan kak Zelin?" lanjut Ranya.

"Halah, gue yakin Aril pasti juga grogi pas ngomong suka sama lo!" cibir Anang tidak mau kalah.

'Iya mirip kayak mau makan orang ketimbang ngelamar anak orang.' batin Ranya.

"Nggak, kok," dusta nya.

"Ngaku aja, dah!"

'Iya ...'

"Kagak!" dusta Ranya.

Kegembiraan kakak beradik ini mirip pasangan serasi, tapi tidak bagi dia yang bersembunyi di balik semak-semak.

'Kak Aril kok belum datang?' batin Ranya sembari clingak-clinguk melihat persekitaran.

"Sial!"

⚜️⚜️⚜️⚜️⚜️

RANARIL ||✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang