Dalam sebuah kamar yang tak terlalu besar, dua perempuan tengah melakukan aktivitas yang berbeda.
"Ra lo beneran gak mau ikut kemah?" Tanya Sisi,perempuan berambut pendek sambil memandang sahabatnya yang tengah membaca buku pelajaran.
"Hm"
"Oh come on rain. Kita hampir lulus dan sudah tentu kita akan berpisah dengan semua teman-teman seangkatan kita. Ini bisa kita jadikan sebagai momen yang akan di kenang seumur hidup." Rain hanya memutar bola matanya.
"Sisi yang cantik tapi sayangnya cerewet. Gw mau ikut tapi lo tau sendiri kan seberapa susahnya masuk perguruan tinggi." Jelas rain.
Sisi berdecak kesal." Ck, Rain lo itu terlahir dengan otak pinter beda sama gw. Jadi lo gak usah terlalu mikirin soal perguruan tinggi dulu. Gw aja santai-santai, ayolah kita cuma tiga hari di sana"
"Huh okay gw ikut" balas rain pasrah. Sudah seminggu ini sisi terus membujuknya untuk ikut berkemah di atas tebing.
"Nah gitu kek dari kemarin. Bentar gw bilang sama anak yang lain." sisi beranjak mengambil handphone dan melangkah keluar dari kamar rain.
"Entah kenapa perasaan gw gak enak" Rain menatap langit malam yang diselimuti awan hitam.
Tiga hari berlalu dan sekarang Rain dan teman-temannya telah berada di pinggir tebing. Mereka mendirikan tenda agak jauh dari tebing, menghindari terjadinya kecelakaan.
Sisi selonjoran di bawah pohon setelah mendirikan tenda."hufft angga minta air dikit" tangannya terjulur ke depan meminta air pada laki-laki yang tak jauh dari nya.
Angga melempar satu air gelas pada sisi dan hup."thanks"
"Ya" balas angga.
Sisi membuka air gelas itu dengan kuku lalu meminumnya." Huh lega..eh? Itu si rain kenapa jalan ke pinggir tebing? Jangan-jangan dia mau bunuh diri? Wah gak bisa di biarin nih" sisi beranjak dan berlari ke arah rain.
Di sisi lain, rain tengah mengikuti suara yang sejak tadi memanggilnya.
"Rain...Rain..Rain" suara panggilan itu terus menuntunnya menuju pinggir tebing. Satu langkah lagi kakinya melangkah gadis itu akan terjatuh ke bawah. Beruntung tangannya di tarik paksa mundur.
"Hei! Rain lo mau bunuh diri hah?!!" Teriak sisi dihadapan rain.
"Hah? Ngapain gw bunuh diri?" Tanya rain bingung.
"Terus ngapain lo jalan ke sini hah? Kalo gw gak narik lo tadi, mungkin sekarang lo udah tinggal nama"
rain melihat ke arah depan dan benar saja ia telah berada di pinggir tebing.
"Gw cuma ngikutin suara yang manggil gw tadi" jelas rain berbalik menatap sahabatnya.
"Suara?" Tanya sisi bingung. Sejak tadi gadis itu sama sekali tidak mendengar suara yang memanggil rain.
"Iya. Suara itu manggil gw"
"Suara itu bilang apa?" Tanya sisi sekali lagi.
"Dia cuma manggil nama gw berulang kali" jawab rain kembali menatap ke arah depan.
"Mungkin itu halusinasi gw" lanjutnya. Sisi hanya mengangguk paham tak ingin memperpanjang masalah ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist Or Protagonist (END)
FantasíaTerjebak di dunia novel hanya dengan mengandalkan ingatan yang samar. mampukah rain bertahan?