Scene 39 || Paradoks

1.7K 142 2
                                    

Alhamdulillah sudah sampai di part ini. Terima kasih atas segala bentuk dukungannya. Jangan lupa untuk meninggalkan jejak. Semoga cerita ini lancar sampai ending. Terima kasih.

Selamat membaca!

Selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎬🎬🎬

Diamond Real Estate
No. 25
Atmaja's Family.

Nevada, lelaki itu berdiri tepat di depan kaca besar yang menyuguhkan suasana kota Jakarta yang ia rindukan selama 2 bulan lebih. Lelaki itu baru saja pulang dari Los Angeles untuk menenangkan pikiran dan hatinya. Lelaki dengan secangkir kopi di tangannya, tengah meratapi sesuatu. Pikirannya kembali, luka hati yang tertutup rapat, kini harus terbuka kembali. Harusnya, lelaki itu tak pergi ke danau kemarin.

Nevada membalikkan tubuhnya. Lelaki itu melihat sebuah botol kaca yang di dalamnya berisi surat yang diwujudkan seperti kapal kecil. Lelaki itu berjalan ke arahnya, ia sudah membaca surat itu. Hatinya meneduh dan merasa iba ketika membaca setiap bait surat itu. Asyilla benar-benar menuliskannya dengan tulus. Bahkan, dia sudah merubah panggilan 'Lo-gue' menjadi 'Aku-kamu' karena tak sadar.

"Kenapa harus sekarang Asyilla? Kenapa? Kenapa kamu tidak mengatakannya saat lampion tempo itu?" geram Nevada. Lelaki itu merasa kesal karena kebodohan Asyilla. Dan ia menyesal telah benar-benar ingin melupakan gadis itu.

Di tengah frustrasinya, pintu kamarnya terbuka. Di sana menampilkan wanita paruh baya yang tengah merapikan tatanan rambutnya.

"Yon, malam ini loh. Kamu jangan lupa," ujar Avril yang baru saja masuk ke kamar Nevada. Lelaki itu pindah ke apartemennya untuk sementara waktu sebelum memutuskan untuk pulang ke rumahnya sendiri.

Nevada tak menjawab. Lelaki itu benar-benar bimbang. Pikiran dan hatinya tengah bersitegang hebat. Lelaki itu mengambil jaketnya dan kunci mobil yang ada di atas nakasnya. Nevada sama sekali tak menggubris teriakan Avril. Lelaki itu pergi begitu saja.

Lelaki itu sudah sampai di basement. Ia bukanlah lelaki bodoh yang akan menghabiskan waktunya untuk meneguk bahkan memijakkan kaki di tempat haram. Ia mengambil earphone miliknya, lalu memasangnya di telinga. Lelaki itu menelfon seseorang untuk diajak bertemu.

"Bisa kita ketemu?" tanya Nevada tanpa basa-basi, sedangkan di seberang sana dibuat bingung karena tak mengenal Nevada.

"Halo? Ini siapa, sih?" tanya seseorang di sana.

"Nevada, saya ingin bertemu kamu. Temui saya di Expresso Coffee Shop, saya ingin mengobrol penting dengan kamu," ujar Nevada. Lelaki di sana menjawab iya. Nevada mengakhiri panggilannya.

SHOOT ON ME [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang