Tok tok tok
Edmund mengetuk pintu rumah Serra dari luar, dengan penampilannya yang sederhana layaknya anak-anak remaja lainnya. Tak hanya itu dia juga pandai dalam memilih baju untuk ke sebuah festival.
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, namun Serra belum keluar dari rumahnya. Edmund mencoba untuk mengetuk pintunya kembali agar Serra keluar.
Ternyata baru ia sadari kalau di samping pintu rumah Serra terdapat bel. "Oh Tuhan, kenapa aku tidak menyadarinya."
Ditekanlah bel tersebut dan di dalam rumah, Serra langsung beranjak ke pintu depan untuk membukanya. Ia yakin sangat kalau itu adalah Edmund.
"Hai, Ed!" sapa Serra sambil membuka pintunya.
"Aku sudah mengetuk pintumu berkali-kali dan kau tidak keluar-keluar," ujar Edmund tak membalas sapaannya.
"Benarkah!? Kalau gitu aku minta maaf! Aku tadi sedang sibuk merapikan rambutku!" balas Serra meminta maaf.
"Tidak apa-apa, kau sudah terlihat bagus," puji Edmund.
"Ayolah, Ed. Kita akan pergi ke festival! Mana mungkin aku akan pergi dengan gaya rambut seperti ini!" celetuk Serra.
"Dirimu yang berpakaian tomboi itu kemana?" tanya Edmund. Serra terdiam, dia sendiri tidak tahu kenapa sekarang ingin terlihat berbeda.
"Entah. Aku juga tidak tahu. Aku juga tidak merasa jadi anak yang feminim," jawab Serra. Edmund hanya menaikkan satu alisnya.
"Orang terus berubah, Ed. Jangan menghancurkan kepedeanku!" lanjut Serra.
"Tidak! Aku tidak bermaksud begitu! Siapa yang bilang?" balas Edmund.
"Kalian belum berangkat?" Tiba-tiba, Aidan datang dari belakang Serra sambil membawa secangkir kopinya.
"Kau tak lihat kalau kita masih disini?" cibir Serra.
"Aku hanya bertanya, jangan menjawab seperti itu. Aku tak mau mendengarmu marah-marah denganku," balas Aidan.
"Kau seharusnya tahu kan kalau aku ini orangnya sedikit pemarah?" ujar Serra.
"Aku senang mendengarnya karena kau sudah mengakuinya," kata Aidan, lalu menyeruput kopinya, "walau hanya sedikit," lanjut Aidan.
Serra dan Edmund saling menatap. Edmund menghela napasnya dan mengajaknya untuk segera berangkat. "Ayo, jangan membuat diriku seperti orang bodoh yang sedang menunggu temannya disini," ajak Edmund.
"Ah iya! Aku masih belum selesai menata rambutku," kata Serra sambil berjalan masuk ke rumahnya lagi.
"Serra..." panggil Edmund dengan lembut.
Serra terkekeh. "Aku hanya bercanda. Sebentar, aku ingin mengambil uang saku dulu." Sekarang yang berada di luar tersisa Aidan dan Edmund saja.
"Kau suka dengan adikku?" tanya Aidan dengan frontal. Edmund terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐢𝐫𝐢𝐝𝐞𝐬𝐜𝐞𝐧𝐭 [edmund pevensie]
Novela Juvenil[ON GOING] [SLOW UPDATE] "I always wondered to myself, how do I have a queen like the kings in other stories? Then, I found it and it was you". • written in indonesian • semua karakter milik C. S. Lewis kecuali Serra dan beberapa karakter tambahan d...