Sudah beberapa jam Serra dan Edmund mengobrol ria di balkon mereka masing-masing hingga langit sudah gelap. Serra merasa melepaskan penat dengan mengobrol dan bercanda tawa dengan teman dekatnya sungguh sangat efektif.
Pikiran Serra sudah tidak lagi kacau seperti tadi. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk kembali ke dalam kamarnya. "Sepertinya kita sudah lama disini," ucap Serra.
"Tampaknya kau sudah mulai lelah," kata Edmund menebak.
"Justru aku merasa lebih rileks. Sekarang aku tidak merasa pusing lagi seperti tadi," ujar Serra.
"Baiklah, aku juga ingin makan malam," kata Edmund sambil merapikan kursinya untuk dibawa masuk ke dalam kamarnya. "Sampai jumpa."
"Good bye, Duke of Lantern Waste!" Mereka pun akhirnya masuk ke dalam kamar masing-masing.
Pikiran Serra sudah mulai jernih kembali. Suasana hatinya pun juga sudah berubah dari sebelumnya. Untuk pelengkapnya, ini saatnya untuk makan malam.
Serra beranjak ke dapur untuk mengambil makanan yang ditinggalkan oleh ibunya di meja makan. Namun, apa yang pertama kali ia lihat? Bukannya malah makanan, melainkan Alistair yang sedang menyeruput tehnya di dapur sendirian.
"Kenapa kau di sini, sendirian?" tanya Serra sambil mengernyitkan dahinya.
"Mereka memintaku untuk tetap berada di sini, melanjutkan proyek sambil menunggu mereka mengambil sesuatu di rumah Peter," jawab Alistair. Serra semakin bingung lagi. Kenapa tiba-tiba Alistair menjadi tenang seperti ini?
"Selain itu, ada beberapa hal yang ingin aku bahas denganmu." Serra semakin dibalut dengan beberapa pertanyaan lagi. Dan tentu saja Serra tidak terima begitu saja untuk berbicara.
"Buat apa? Itu tidak akan mengubah gambarku yang kau rusaki itu," balas Serra menahan kesal.
"Dengar, aku begini bukan berarti ingin berbaikan denganmu," kata Alistair, lalu ia meletakkan cangkirnya di meja makan. Serra hanya mengangkat sebelah alisnya.
"First, I hate you," lanjut Alistair. Serra semakin bingung dengan pria berambut pirang yang berada di depannya.
Seketika hening, Alistair tidak melanjutkan kata-katanya. "Hanya itu? Aku bahkan juga tahu sendiri."
"Kau tahu? Kau sudah membuang waktu dengan hanya memberitahu apa yang sudah aku ketahui—"
"Karena itu kau selalu berada di pikiranku sampai aku muak! Kemana-mana, kau selalu berada di pikiran ku. Bahkan saat aku istirahat, kau muncul di pikiran ku!" jelas Alistair sambil menahan kesal padahal tadinya ia sangat tenang.
"What is wrong with you!? Kenapa kau malah menyalahkanku? Aku tidak melakukan apa-apa bahkan ketika kau sedang istirahat sekalipun!" Serra mulai kehabisan kesabarannya. Sebelumnya kepalanya sudah mulai tidak pusing, sekarang malah kembali pusing.
Alistair diam sejenak sambil memegang kepalanya. Ia merasa ada sesuatu yang sangat mengganjal yang tidak bisa hilang dalam dirinya. Ternyata menjelaskan apa yang ada di pikirannya kepada Serra saja tidak membuatnya kunjung reda. Apa lagi yang harus ia ungkapkan?
"Beri tahu aku caranya agar aku tidak membencimu lagi—"
BRUK
Tiba-tiba, Serra terjatuh sambil menahan perutnya yang tiba-tiba sakit. Alistair mengangkat kepalanya dan langsung beranjak menghampiri Serra yang sedang kesakitan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐢𝐫𝐢𝐝𝐞𝐬𝐜𝐞𝐧𝐭 [edmund pevensie]
Novela Juvenil[ON GOING] [SLOW UPDATE] "I always wondered to myself, how do I have a queen like the kings in other stories? Then, I found it and it was you". • written in indonesian • semua karakter milik C. S. Lewis kecuali Serra dan beberapa karakter tambahan d...