Setelah mendengar bahwa Serra harus berurusan lagi dengan Alistair, ia langsung merasa sangat malas dibandingkan ketika ia harus melawan Silver. Ia berpikir, Alistair ini susah dibuat jera tidak seperti Silver. Dia sudah terlalu sering terkena detensi dan omelan guru-guru disini.
"Sialll!!!" Serra terus mengumpat di dalam hatinya dan menahan tangannya untuk menggebrak meja.
"Gallagher, ayo." Mr. Keys sudah menyuruh Serra untuk melakukan detensinya, yakni membersihkan bagian depan sekolah. Ia semakin malas karena di luar sana juga sedang hujan.
Tiba-tiba Silver mengangkat tangannya. Ia seperti ingin berbicara sesuatu.
"Ya, kenapa Ms. Silver?" tanya Mr. Keys.
"Hari ini kita jadi mengumpulkan sketsanya?" Serra yang berjalan menuju ke depan kelas langsung terhenti dan menatap tajam kepada Silver. Serra benar-benar terkena masalah besar.
"Oh iya terima kasih sudah mengingatkan! Iya hari ini kalian akan mengumpulkan sketsanya," jawab Mr. Keys. Detak jantung Serra berdetak semakin cepat seakan-akan ia memiliki firasat buruk.
"Sebelum kau melaksanakan detensi, tolong kumpulkan tugasmu terlebih dahulu," ucap Mr. Keys kepada Serra. Alistair yang masih berdiri disana sambil bersender di dinding langsung tersenyum miring.
"Tidak ada," jawab Serra dengan singkat.
Mr. Keys mengangkat satu alisnya. "Maksudmu tidak ada?" tanya Mr. Keys kembali.
"Dia yang menjatuhkannya dengan sengaja hingga basah," jawab Serra sambil menatap Alistair dengan ekor matanya.
"Dia juga merobek-robeknya dan membuangnya," tambah Alistair.
"Aku melakukannya karena untuk apa aku mengumpulkannya dalam kondisi basah dan sudah mau hancur gara-gara kau?" balas Serra.
"Kau sendiri juga kenapa tidak memasukkannya ke dalam tas?" Alistair terus membalas perkataannya.
"Kalau tidak tahu apa-apa tolong tutup mulutmu dengan rapat."
"Hei! Sudahlah kalian berdua! Kalian ada masalah apa sebenarnya? Ayo ikut saya sekarang!" Mr. Keys sudah terlanjur kesal melihat mereka berdua yang terus berdebat. Akhirnya Serra dan Alistair keluar dari kelas dan berjalan menuju ke halaman depan sekolah.
Serra menolehkan kepalanya ke arah Edmund yang sedari tadi menatapnya kasihan. Edmund tidak bisa membantu apa-apa sekarang.
"Kalian semua! Kumpulkan sketsanya ke meja saya dan pergi ke ruang musik! Saya tidak mau melihat satupun orang yang masih di dalam kelas setelah saya mengantar mereka berdua," titah Mr. Keys. Semua murid mulai berdiri dan berjalan menuju ke ruang musik sedangkan Edmund dan kedua temannya masih duduk memikirkan nasib Serra.
Tiba-tiba Yvette memanggil satu gadis yang terakhir keluar dari kelas untuk memberitahunya sesuatu. "Hei!" panggil Yvette kepada anak itu. Gadis itu berhenti dan menoleh.
"Kalau Mr. Keys mencari kita, bilang saja kami sedang membantu guru lain," ucap Yvette.
Gadis itu dengan gampangnya mengangguk dan lanjut berjalan menuju ke ruang musik.
"Beruntung sekali dia mau-mau disuruh," ejek Edmund.
"Kalau saja Serra tidak bersama Whiteburn, aku sudah mengajaknya untuk bolos," ucap Yvette membuka pembicaraan.
"Entah kenapa melihat wajah Whiteburn membuat tanganku ingin memukulnya dengan keras," kata Edmund.
"Pakai pedangmu." Edmund menatap Travis dengan aneh, begitu juga dengan Yvette yang tidak tahu apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐢𝐫𝐢𝐝𝐞𝐬𝐜𝐞𝐧𝐭 [edmund pevensie]
Novela Juvenil[ON GOING] [SLOW UPDATE] "I always wondered to myself, how do I have a queen like the kings in other stories? Then, I found it and it was you". • written in indonesian • semua karakter milik C. S. Lewis kecuali Serra dan beberapa karakter tambahan d...