Beberapa mata pelajaran sudah terlewati. Sekarang sudah saatnya untuk makan siang di kantin sekolah favorit se-London ini. Suasananya tidak beda dengan cafe populer yang baru saja dibuka. Sangat ramai akan orang. Banyak anak murid yang membawa bekal dan juga membeli makanan di kantin.
Serra dan kawan-kawan lebih sering membeli makanan di kantin daripada membawa bekal dari rumah. Karena sangat ramai, hanya Serra dan Edmund yang baru saja selesai mengantre dan mendapatkan tempat duduk yang biasa mereka tempati. Travis masih terjebak di dalam antrean. Namun itu sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka dan murid-murid yang lain.
Sebelum mereka pergi ke kantin, Yvette sudah menghilang terlebih dahulu sampai Serra dan Edmund telah duduk. "Yvette kok belum kelihatan juga ya? Menghilang begitu saja," ucap Serra sambil melihat sekitar, mencari Yvette.
"Biasanya setelah dia menghilang, tiba-tiba datang membawa sebuah kejutan," jelas Edmund.
"Kejutan seperti apa?" tanya Serra lagi sambil mengambil muffin cokelat kesukaannya.
"Kau akan lihat nanti."
Tak lama kemudian, akhirnya Travis berhasil melewati antrean yang panjang itu. Ia datang ke meja sambil membawa makanan yang ia beli. Selain itu, ia juga menyadari kalau Yvette belum datang menghampiri mereka.
"Yvette belum datang juga?" tanya Travis sambil duduk di kursi yang berseberangan dengan Serra dan Edmund.
"Entah. Kalau aku percaya dengan Edmund, Yvette akan datang sebentar lagi sambil membawa sebuah kejutan," ejek Serra.
"Kalau kau tidak percaya denganku, belikan soda untukku kalau ternyata aku berbohong denganmu," balas Edmund.
"Oh ya? Kalau aku benar, kau harus menemaniku di Osteria Cafe sampai tutup!" kata Serra yang tak mau kalah.
"Yang benar saja! Aku bersedia menemanimu tapi tidak sampai cafe itu tutup juga, Serra," ujar Edmund terkejut dengan perkataan Serra.
"Memangnya salah? Aku sudah sering seperti itu dan itu rasanya seru sekali! Kau saja yang belum pernah merasakannya," balas Serra.
"Daripada menunggu Yvette, bagaimana kalau sekalian saja lempar koin? Aku sudah haus ingin soda," usul Edmund.
"Aku tidak mau kejadian koin yang berdiri itu terulang lagi." Membahas lempar koin, mereka jadi sedikit flashback dengan kejadian lempar koin saat di Narnia. Merebutkan tempat duduk saja sampai harus lempar koin.
Melihat kelakuan mereka berdua, Travis hanya tersenyum canggung sambil membuka bungkus makanannya. Rasanya ingin sekali membuka bicara juga. Tapi ya apa boleh buat.
Untungnya, kecanggungan Travis hancur karena Yvette tiba-tiba datang menghampiri mereka sambil berlarian. "Kenapa kau harus sampai berlarian seperti ini?" tanya Travis kepada Yvette.
"Kalian harus lihat ini! Ikuti aku!" Yvette kembali berjalan cepat menuju ke tempat yang ia maksud. Mereka bertiga yang sedang menyantap makanannya bingung ingin membawa makanannya atau ditinggal dan ikhlas tempatnya diambil oleh murid lain.
"Yvette! Bagaimana dengan makanan kita!?" teriak Edmund. Yvette tidak menjawab karena sudah mulai jauh.
Tanpa banyak basa-basi, mereka bertiga terpaksa membawa makanannya sambil mengikuti Yvette dari belakang. Sebenarnya ada apa sih sampai mereka harus cepat-cepat seperti ini? Sampai sampai mereka harus makan sambil berjalan.
"Swudwah akwu bwilwang pwercwaywa lwah dwengwankwu," ucap Edmund sambil mengunyah makanannya.
"Setidaknya telan dulu makananmu, Ed!"
Akhirnya mereka sampai di lokasi yang Yvette maksud. Namun di sini, Yvette malah duduk bersandar di sebuah rumput, seperti sedang bersembunyi. Yvette melihat mereka bertiga dan memberikan kode untuk bersembunyi juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐢𝐫𝐢𝐝𝐞𝐬𝐜𝐞𝐧𝐭 [edmund pevensie]
Teen Fiction[ON GOING] [SLOW UPDATE] "I always wondered to myself, how do I have a queen like the kings in other stories? Then, I found it and it was you". • written in indonesian • semua karakter milik C. S. Lewis kecuali Serra dan beberapa karakter tambahan d...