Felix mengetuk-ngetuk pintu studio Changbin tidak sabar. Satu tangannya lagi yang menganggur menggandeng Innie di sebelahnya. Ia berteriak memanggil sang kakak dengan suara melengking khas anak kecilnya, "Kak Abin, ayo cepat!"
"Ssshhh— jangan berisik," Changbin menggeleng tak habis pikir sambil berjalan menghampiri keduanya. Untung saja ruangan studio lain sekarang sepi, kalau tidak mungkin Changbin akan diomeli karena tingkah kedua adiknya yang tidak bisa diam sejak tadi. Sedetik setelah sang abang membuka pintu, si kecil dengan freckles di wajahnya itu pun langsung menarik lengan adiknya sambil berlari masuk ke dalam ruangan.
Berkunjung ke studio Changbin merupakan hal yang menyenangkan bagi si lima buntalan—apalagi si kembar. Jisung yang selalu ingin melihat sang kakak membuat dan merekam lagu sering ikut Changbin ke studionya. Sementara Felix, ia hobi mengikuti kakaknya itu kemanapun ia pergi. Bocah itu akan merengek untuk ikut bagaimanapun caranya.
Saking seringnya membawa adik-adiknya ke studionya, di sudut ruangan bahkan ada satu kotak berisi mainan-mainan si lima buntalan yang sengaja disimpan disini. Sengaja agar bocah-bocah tersebut tidak menganggu Changbin saat sedang bekerja. Kadang sang kakak merasa seperti sedang bekerja di tempat penitipan anak jika melihat adik-adiknya asyik bermain di dalam studionya.
Hari ini, Changbin membawa Innie bersama Felix dengannya. Berhubung hari ini hari Sabtu, si trio kakak yang hari ini sibuk pun mau tidak mau harus membawa si lima buntalan dalam kegiatannya masing-masing. Jisung dan Seungmin memutuskan untuk ikut dengan Chan yang akan berbelanja perlengkapan rumah, sementara Hyunjin merengek ingin ikut bersama Minho menuju studio dance.
Dalam hati Changbin bersyukur karena yang merengek untuk ikut bersamanya hari ini adalah Felix dan Innie, sebab keduanya paling penurut—meskipun sebenarnya tidak ada bedanya dengan yang lainnya ketika sudah bermain bersama atau melayangkan ulah aneh dan usilnya. Namun si trio kakak setuju kalau kedua bocah ini paling gampang diatur dibandingkan buntalan lainnya.
Seperti sekarang, Felix terlihat sedang mengeluarkan beberapa kertas dan spidol berwarna yang ia bawa dari rumah dari dalam tas kecilnya. Di sampingnya Innie duduk manis sambil memperhatikan kakak kecilnya itu, benar-benar diam dan tenang. Changbin bahkan tidak bisa membayangkan apabila Jisung yang sekarang ada di posisi itu. Mustahil ia akan duduk diam dan tenang.
"Kalian berdua, dengar sini," Changbin mulai membuka suara. Dua pasang netra bulat menggemaskan itu pun langsung menengok ke arah Changbin, "Ingat, ya. Jangan nakal, jangan menganggu kakak selagi sedang bekerja. Diam di sana dan bermain dengan akur, oke?"
Keduanya mengangguk patuh, kemudian Felix menyahut, "Tapi kalau Kak Abin sudah beres, belikan Lixie es krim, ya?" ujarnya sambil menampilkan cengiran manisnya.
"Es krim!" Innie membeo sambil memekik. "Innie juga mau! Boleh, ya, Kak Abin?"
Dasar, Changbin pun tersenyum getir. Selain paling mudah diatur, kedua bocah ini juga paling jago merayu—atau barangkali Changbinnya saja yang terlalu mudah luluh. Tapi siapa juga yang bisa menolak permintaan dua buntalan gemas seperti Felix dan Innie?
"Iya, deh, boleh. Asal kalian tidak mengganggu Kak Abin sampai beres bekerja, nanti akan kakak belikan es krim."
"Janji?" Felix bertanya lagi.
"Janji."
"Oke."
Oke? Itu saja? Changbin menyerngit bingung. Padahal biasanya adik-adiknya selalu protes setiap disuruh untuk diam. Jadi tak heran, ketika baru saja beberapa detik berlalu, pemuda itu pun merasakan ada tangan kecil milik Innie menepuk-nepuk pahanya, "Kak Abin, sudah beres?"
"Belum."
"Kalau sekarang?"
"Belum juga, Kak Abin 'kan baru mulai,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Skijeu Family
FanfictionMenjadi kakak itu luar biasa berat. Namun bahkan sebelum Chan, Minho, ataupun Changbin yakin kalau mereka akan menjadi kakak yang baik, Tuhan tahu-tahu sudah mengirimkan lima malaikat kecil untuk mereka. Ah, tunggu- malaikat... atau malah sebaliknya...