01. Tempat Latihan

7.7K 876 140
                                    

Sambil memasukkan barang-barangnya ke dalam tas, Minho melirik pada dua adiknya yang sedang duduk manis memperhatikannya.

"Ayo, pakai sepatunya, kita pergi sekarang." perintahnya.

Jisung dan Jeongin pun menurut dan masing-masing langsung memakai sepatunya sendiri, meskipun pada akhirnya Minho membantu memakaikan sepatu pada si bungsu karena ia kesulitan memakai sepatunya sendiri.

Dengan satu tangan memegang Jisung, dan satu tangan lagi memegang Jeongin, mereka bertiga pun berjalan menuju tempat latihan menari sang kakak. Beberapa kali Minho harus melambatkan jalannya karena harus menyamakan langkah dengan kedua bocah di samping kiri kanannya.

Ia tidak pernah membawa adiknya ke tempat latihan sebelumnya, kalau saja Chan tidak ada jadwal sampai sore, maka ia pun tidak mau membawa adik-adiknya ke tempat latihan. Merepotkan, pikirnya. Belum lagi kalau ada yang membuat ulah nanti di tempat latihannya.

Setelah berdebat dengan Changbin untuk memutuskan siapa harus membawa adik yang mana, akhirnya Changbin setuju untuk membawa Hyunjin, Felix dan Seungmin ke studionya dan dua bocah sisanya pun ikut bersama Minho.

Jeongin dan Jisung hanya bernyanyi-nyanyi sepanjang jalan, kadang membuat orang-orang yang lewat jadi memperhatikan mereka dan merasa gemas. Bahkan ada ibu-ibu yang menghampiri mereka dan memberikan roti untuk kedua makhluk kecil itu.

Minho heran, kenapa orang-orang bisa gemas setiap melihat adiknya? Benar, sih, mereka memang menggemaskan. Tapi kadang kelakuan mereka dirumah bisa membuat para kakaknya stres berat, apalagi kalau sudah berkumpul bersama sambil bermain. Kacau sudah.

"Ingat apa yang kakak bilang tadi? Harus apa nanti disana?" Minho membuka pembicaraan sambil terus berjalan.

"Tidak boleh mengganggu yang sedang latihan." jawab Jeongin.

"Bagus. Lalu? Apalagi?"

"Tidak boleh berisik, tidak boleh rewel, tidak boleh berjalan-jalan sendiri terlalu jauh." tambah Jisung.

"Pintar, ada lagi?"

"Tidak boleh nakal!" jawab keduanya bersamaan.

"Good boy." Minho tersenyum sambil mengusak gemas rambut keduanya.

Sesampainya di tempat latihan, Minho pun segera menyimpan tasnya di loker. Dia lalu menuntun kedua adiknya untuk duduk di satu sudut—dekat dengan tempat dia akan latihan menari. "Nah, sekarang Kak Ino mau latihan dulu. Kalian tunggu di sini saja menonton kakak menari, oke? Jangan berjalan-jalan terlalu jauh. Jangan nakal, ya?" titah si kakak.

"Oke!" Jawab keduanya bersamaan sambil mengacungkan jempol.

Entah mengapa Minho merasa sedikit lega, ia percaya adiknya akan baik-baik saja meskipun ia tidak sepenuhnya yakin.

Siapa tahu, 'kan? Anak kecil memang penuh sekali dengan kejutan.

Minho fokus menari setelahnya. Sesekali ia menengok ke belakang dan melihat kedua buntalan kecil tersebut duduk manis bersebelahan. Menyadari kakaknya menengok ke arah mereka, keduanya pun lantas mengacungkan jempol kepada Minho. Seolah berkata, "kerja bagus Kak Ino!" dan dibalas kekehan kecil oleh Minho. Rasa lelahnya seolah hilang setelah melihat kedua adiknya. Gemas sekali, gumamnya.

"Kak Ino keren, ya." komentar Jeongin, mereka berdua fokus memperhatikan Minho yang sedang menari sambil memakan biskuit yang tadi dibeli saat dalam perjalanan ke tempat latihan.

"Iya, berbeda sekali dengan Kak Ino yang dirumah." balas Jisung.

"Nanti kalau sudah besar, Innie mau seperti Kak Ino," ucap Jeongin dengan yakin. "Bisa menari dan menyanyi juga, keren sekali!" tambahnya.

Skijeu FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang