29. Virus Cinta

2K 319 132
                                    

Hyunjin itu anak yang manis dan ramah sekali di sekolahnya.

Kelakuan lucunya selalu sukses menjadi perhatian guru-guru di sekolahnya. Dia selalu menyapa semua orang, baik itu teman sekelasnya maupun para guru. Bahkan kadang si trio abang harus menunggu beberapa menit lebih lama saat menjemput anak itu karena Hyunjin selalu sibuk mengucapkan selamat tinggal kepada teman-temannya satu-persatu sebelum pulang.

Tapi nampaknya, hari ini berbeda.

Changbin yang hari ini ditugaskan oleh si sulung untuk menjemput si abang mini beserta si kembar hanya bisa menyerngit bingung begitu menemukan Hyunjin berlari dengan cepat lalu langsung memeluk kakinya begitu ia keluar dari kelasnya. Aneh, pikirnya. Biasanya Hyunjin akan berjalan santai dari kelasnya sambil berteriak mengucapkan selamat tinggal kepada teman-temannya sebelum menghampiri kakaknya.

"Kak Abin, gendong," rengek makhluk kecil itu sambil berusaha menyembunyikan wajahnya pada kaki Changbin—membuat rambut panjangnya menjadi berantakan.

Changbin jadi heran, "Tumben? Kenapa tiba-tiba minta digendong?"

Hyunjin malah semakin rewel mendengar itu. Akhirnya Changbin pun angkat si kecil ke dekapannya, dan Hyunjin kembali menyembunyikan wajahnya pada leher sang kakak.

"Kenapa, Hyun? Sakit? Atau ada yang nakal pada Hyunjinnie?" Yang lebih tua elus pelan surai adiknya sambil memeriksanya. Tapi yang ditanya langsung menggelengkan kepalanya sambil merengek lagi, "Tidak apa-apa, kok. Ayo pulaaang,"

"Sebentar, dong. Masa mau pulang tanpa Jisungie dan Lixie?" Changbin tepuk-tepuk punggung adiknya untuk menenangkannya. Untungnya, setelah itu si kembar langsung keluar dari kelasnya untuk menghampiri keduanya. Felix lalu memandang bingung pada si abang kecil di gendongan Changbin, "Hyunjinnie kenapa?"

Changbin menaikkan bahunya untuk menjawab Felix—memberi kode kalau dia juga tidak tahu apa yang terjadi pada buntalan di dekapannya. Sebelah tangannya yang tidak digunakan untuk menahan Hyunjin lalu beralih untuk meraih tangan kecil Felix. Changbin juga menitah Jisung untuk menggandeng tangan Felix dan mereka lalu berjalan menuju mobil setelahnya.

Jisung dan Felix saling pandang. Lalu si kembar yang lebih tua berkata, "Hyunjinnie sedang pubertas, ya?"

Changbin berusaha untuk menahan tawanya, "Memangnya Jisungie tahu apa itu pubertas?"

"Tahu. Pubertas itu temannya PMS," Jisung tersenyum bangga, "Jisungie itu lebih pintar dari Kak Abin, lho."

Terserah, Changbin mendengus menahan tawanya. Tapi hal yang membuatnya kembali khawatir adalah Hyunjin yang terus diam saat dia menurunkannya untuk duduk di mobil. Bahkan dalam perjalanan pulang pun, dia hanya diam setiap Jisung atau Felix bertanya padanya.

Kak Chan dan Kak Ino harus tahu ini, batinnya. Dibandingkan Jisung, Hyunjin memang sedikit lebih pendiam, namun hari ini jelas berbeda. Ada yang aneh dengan anak itu.

Sesampainya di rumah, si kakak langsung menurunkan ketiga adiknya dari mobil. Dia lalu hendak membawa ketiganya ke dalam rumah kalau saja Jisung tidak tiba-tiba menghampiri Felix, lalu menyahut, "Lixie, kode merah! Kumpulkan Ovenger di tenda halaman belakang! Darurat! Cepat!"

"Siap, komandan!" Felix langsung memekik dan berlari ke dalam rumah—bahkan tidak segan-segan untuk langsung mendorong pintu depan dengan sekuat tenaga.

Bahkan sebelum Changbin sempat bertanya apa yang akan dilakukan adik-adiknya, tahu-tahu Jisung sudah ikut berlari sambil menarik paksa lengan Hyunjin—tidak peduli meskipun anak itu sempat protes tidak mau.

Kenapa, sih? Kepala Changbin jadi pusing. Mendadak penasaran dengan misi baru para Ovenger, apakah ini berhubungan dengan keadaan si abang kecil yang mendadak jadi pendiam itu?

Skijeu FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang