23. Kakak Paling Keren

2.9K 392 121
                                    

Lebih enak menjadi kakak, atau menjadi adik?

Pertanyaan itu sering Changbin tanyakan kepada teman-temannya. Katanya, menjadi adik itu enak sebab kau akan lebih dimanja. Minta ini, minta itu, pasti diberikan. Changbin setuju sih, tapi selain dari itu, baginya menjadi adik itu justru tidak enak.

Lee Changbin, si bungsu dari tiga bersaudara. Punya dua kakak yang super duper menyebalkan. Apalagi si kakak nomor dua.

Minho namanya. Orang terjahil dan teraneh yang Changbin pernah temui semasa hidupnya. Rasanya seperti kurang kalau satu hari saja Minho tidak membuat kesal adiknya. Bahkan seringkali Changbin berkata jika sudah besar nanti, dia akan pergi dari rumah supaya tidak akan bertemu dengan Minho lagi.

Setiap mendengar itu, Minho hanya membalas meledek, "Tidur sendirian saja masih takut. Setiap malam minta ditemani Mama, masa mau pergi dari rumah?"

"Biar saja! Kalau sudah besar Changbin pasti berani!"

"Lee Changbin payah!"

"Berisik!"

"Ssshhh— jangan bertengkar! Kalau Papa tahu kalian bertengkar lagi bisa dimarahi, tahu rasa." Nah, kalau ini suara si kakak nomor satu—Chan. Si penengah kalau perdebatan antara Changbin dan Minho sudah melewati batas aman.

Tapi ada saat dimana Chan berubah menjadi sama jahilnya seperti Minho. Si kakak sulung memang netral, dia tidak memihak pada Minho ataupun dirinya. Tapi Changbin merasa kakaknya itu mudah sekali terhasut oleh Minho. Seperti sekarang, ketiganya sedang berada di ruang tengah. Papa ada di ruang makan sambil berbincang dengan Mama yang sedang memasak di dapur, dan Changbin sedang asyik sendiri menonton TV disaat ia samar-samar mendengar bisikan-bisikan kecil dari ujung sofa.

"Kak Chan, ayo!"

"Ih, kamu saja! Kakak tidak tanggung jawab kalau Changbin sampai menangis, lho, ya,"

Apa? Changbin? Kenapa bawa-bawa Changbin? Dia mengerutkan dahinya bingung. Kemudian tepat saat ia menengok ke arah kedua kakaknya, Changbin mendadak merasakan ada satu benda kecil melesat tepat mengenai dahinya dengan keras. Sakit.

Ttuk!

"Headshot!" Minho dan Chan langsung terpingkal sambil saling memberi tos.

"Argh! Sakit, tahu!" Changbin meringis sambil memegangi dahinya. Nampaknya Minho baru saja mencoba mainan tembakan yang baru saja dibelikan Papa kemarin untuknya. Kurang ajar, tanpa pikir panjang Changbin pun langsung mengadu, "Mamaaaa! Kak Minho dan Kak Chan terus mengganggu Changbin!"

Terdengar sahutan dari arah dapur setelahnya, "Kenapa, Changbinnie? Kemari saja, Mama sedang memasak,"

"Ha, siap-siap dimarahi Mama, ya!" Changbin menjulurkan lidahnya ke arah kedua kakaknya sambil berlari ke dapur—siap untuk mengadukan ulah kakaknya. Namun kedua orang yang ditinggalkan di ruang tengah tersebut tidak terlihat ketakutan sama sekali setelah diancam begitu.

"Ah, dasar bocah tukang mengadu," cibir Minho.

Chan tertawa geli, "Biar saja. Kasihan daritadi sudah kita jahili terus."

Keduanya sama-sama tertawa setelah itu—sampai akhirnya terdengar suara Changbin dari arah dapur sedang mengadu kepada Mama dan Papa, "Changbin ingin punya adik! Supaya tidak akan dijahili oleh Kak Minho dan Kak Chan lagi!"

Apa katanya? Punya adik?!







Jika diingat-ingat beberapa tahun yang lalu, kelihatannya Changbin memang tidak bermaksud serius ketika dia berkata kalau dia ingin punya adik lagi. Kala itu, dia hanya kesal karena kedua kakaknya terus menjahilinya. Dia pikir dengan punya adik lagi, maka reputasinya sebagai yang termuda dan selalu dijahili akan tergeser nantinya.

Skijeu FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang