Jeongin tiba-tiba terbangun dari tidur siangnya karena dikejutkan oleh suara hujan deras. Ia mengusap matanya sambil sesekali menguap. Masih mengantuk, tapi tidak bisa tertidur kembali. Menggeliat malas di kasur sambil melihat ke sekitar ruangan, ada Felix disebelahnya masih tertidur pulas, Hyunjin juga, begitu pula dengan Jisung dan Seungmin di kasurnya.
Seingat Innie, tadi sehabis makan siang mereka berlima memutuskan untuk menonton film bersama di TV. Lantas mengapa sekarang ada di kamar, ya? Ah, mungkin Kak Ino dan Kak Abin yang memindahkan mereka semua ke kamar.
Jeongin merosot turun dari kasurnya, memutuskan untuk keluar kamar. Ia tidak tahu jam berapa sekarang, yang pasti sekarang belum terlalu sore karena belum ada aba-aba ataupun teriakan membahana dari Kak Ino yang mengajak mereka untuk mandi sore.
Diambilnya boneka rubah kesayangannya yang tergeletak di atas karpet sesampainya di lantai bawah, lalu bocah itu duduk di lantai menghadap pintu kaca—menatap ke halaman belakang. Hujan deras, tidak bisa main diluar, keluhnya dalam hati.
"Innie sedang apa?" bocah itu tersadar dari lamunannya dan menengok kearah sumber suara, ternyata itu Jisung. Rambutnya acak-acakan, pipinya menggembung lucu. Jeongin hanya menggeleng lalu kembali menatap keluar, "Bosan." ujarnya.
Jisung berjalan menghampiri Jeongin, lalu ikut menatap keluar, "Kak Abin dan Kak Ino dimana?"
Jeongin mengangkat bahunya, "Tidak tahu, mungkin di kamar."
"Jisungie juga bosan, ayo bermain!"
"Bermain apa?"
Pertanyaan Innie membuat Jisung terdiam, bermain apa, ya? Petak umpet? Sudah tadi siang. Balap mobil? Juga sudah kemarin malam. Perang-perangan? Sudah terlalu sering!
"..Hujan-hujanan?"
Iris mata Innie membulat, usul Jisung terdengar seru. Ia tidak pernah bermain hujan-hujanan sebelumnya, seringkali ia mendengar Hyunjin dan Jisung merengek minta bermain hujan-hujanan kepada Chan, namun tidak pernah diperbolehkan. Bagaimana, ya, rasanya hujan-hujanan? Mungkin seperti bermain air saat mandi? Tapi airnya turun dari langit. Woah, keren!
"Tapi Kak Chan tidak memperbolehkan, bukan?" tanya Jeongin ragu. Jisung lantas menggelengkan kepalanya cepat, "Kak Chan 'kan masih bekerja, kalau tidak ada Kak Chan pasti boleh!"
Jeongin pun mengangguk, "Kalau begitu, ayo bilang ke Kak Ino terlebih dahulu!" ujarnya sambil berlari ke kamar si kakak. Dibelakangnya Jisung mengekor.
"Kak Minho!" panggil Jeongin sambil membuka pintu kamar kakak paling tua keduanya, tidak ada jawaban. Keduanya masuk, mendapati Minho sedang tertidur pulas, Kak Ino ikut tidur siang rupanya.
Jisung dan Jeongin mengguncang tubuh Minho pelan, "Kak Ino!" panggilnya sekali lagi, namun pemuda itu masih terus menjelajahi alam mimpi.
"Ish, Kak Ino budeg." gerutu Jeongin, untung saja tidak didengar oleh Minho, kalau tidak mungkin si bungsu sudah diusir dari rumah.
Jisung pun akhirnya berseru, "Kak Ino, Jisungie bersama yang lainnya mau bermain hujan-hujanan, ya! Oke? Boleh 'kan?" kakaknya itu sudah jelas tidak mendengarnya, namun Jisung tidak peduli, yang penting ia sudah izin kepada kakaknya itu. Jisung segera menarik tangan Jeongin dan membangunkan ketiga saudaranya yang lain.
"Jisungie jangan macam-macam, deh." ujar Felix sambil berjalan keluar. Sekarang mereka berempat sudah berdiri di teras belakang sambil menatap Jisung yang sudah basah kuyup dan sedang berlari-lari girang ditengah hujan deras. Bahkan anak itu melepas pakaiannya, hanya berbalut celana dalam bermotif batman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skijeu Family
FanfictionMenjadi kakak itu luar biasa berat. Namun bahkan sebelum Chan, Minho, ataupun Changbin yakin kalau mereka akan menjadi kakak yang baik, Tuhan tahu-tahu sudah mengirimkan lima malaikat kecil untuk mereka. Ah, tunggu- malaikat... atau malah sebaliknya...