04. Hantu

4.8K 616 95
                                    

Kelima sosok buntalan kecil itu bersembunyi dibelakang kedua kakaknya. Hyunjin menutupi dirinya dengan selimut, Jisung mencengkram ujung baju Minho, Felix memeluk Changbin erat dari belakang, Seungmin berlindung diantara kedua kakak paling tuanya itu sambil sesekali mengintip, dan yang terakhir—Jeongin ikut memeluk lengan Changbin erat. Sebenarnya si bungsu itu tidak terlalu mengerti, namun melihat keempat saudaranya ketakutan sambil memeluk kedua kakaknya yang lebih tua, Innie jadi ikut-ikutan.

Sudah diperingati oleh Minho dan Changbin untuk tidak ikut serta menonton film horror. Padahal memang rencana awalnya Minho dan Changbin ingin menonton berdua di kamar dengan tenang, tetapi para pengganggu setia itu memaksa ikut. Mau tidak mau, dan karena memang sekarang masih siang hari, (setidaknya tidak seseram di malam hari) mereka berdua pun akhirnya membiarkan kelima anak itu ikut menonton.

Ujung-ujungnya, kelima buntalan mini itu malah berlindung dibelakang kedua kakaknya sambil berteriak-teriak tidak jelas sejak awal film dimulai. Apalagi Minho berkali-kali sengaja menggelitiki kaki Hyunjin diam-diam, membuat anak itu semakin histeris dan keempat bocah yang lain ikut panik.

"Sudah beres filmnya," ujar Changbin sambil mematikan laptop, lalu menengok kebelakang, melihat kelima adiknya saling menghembuskan nafas lega dengan muka yang memprihatinkan. Kasihan, tapi siapa suruh ikut menonton film horror kalau takut?

Minho ikut menengok ke belakang sambil tertawa geli, "Takut, ya?"

Jisung dan Seungmin menggelengkan kepalanya berbohong, Hyunjin juga ikut membela diri, "Tidak, kok. Kak Ino jangan sok tahu deh."

Minho menyerngitkan dahi, "Oh, berani? Yasudah kalau malam-malam mau pipis jangan minta antar, ya?"

Hyunjin melotot panik, "Kak Ino ingat lho, harus setia saudara. Harus tetap antar Hyunjinnie," ujarnya sambil nyengir manis.

Kelima bocah itu kemudian melesat keluar kamar dan langsung meniru beberapa adegan di film tadi. Hyunjin menutupi dirinya dengan selimut putih dan berlari-lari mengejar adik-adiknya layaknya hantu sementara Seungmin berperan menjadi pengusir hantu dan dengan susah payah berlari mengejar Hyunjin.

Syukurlah kalau tidak ada yang takut, batin Changbin. Paling nanti tengah malam ada yang tiba-tiba terbangun dan menangis karena mimpi buruk, dan Chan akan memarahi Minho dan Changbin karena keduanya membiarkan kelima anak itu menonton film yang menakutkan, itu saja, sudah biasa.

"Jisungie, nanti kita tidur bagaimana?" itu Felix yang bertanya. Kelimanya sudah beres bermain dan sedang merebahkan diri di atas karpet putih besar di ruang tengah.

Jisung menaikkan satu alisnya bingung, "Tidur di kamar? Memangnya kenapa?"

"Di kamar berdua seperti biasa? Jisungie tidak takut diculik hantu?"

Jisung pun terdiam. Benar juga, sih. Terbayang di kepalanya hantu berambut panjang tadi yang terus mengejar dan menghantui orang-orang, bagaimana kalau korban selanjutnya adalah dia? Apalagi Minho sering berkata kalau hantu itu gemar pada anak nakal dan tidak penurut.

Meskipun sebenarnya Jisungie yakin kalau ia bukan anak nakal. Makan selalu habis, tidak pernah telat ke sekolah, selalu mengerjakan pekerjaan rumah, selalu berbagi mainan dan camilan kepada saudaranya yang lain, tidak nakal 'kan? Namun siapa tahu, bisa saja si hantu salah membidik target dan memutuskan untuk menculiknya.

Jadi malam itu—sebelum tidur, si kembar datang menghampiri Chan yang sedang sibuk mengurusi berkas-berkas dari klinik di ruang tengah, "Kak Chan, Lixie dan Jisungie tidur bersama yang lainnya di kamar Hyunjinnie, ya?"

"Ada apa tiba-tiba mau menginap?"

"Tidak apa-apa, ingin saja kok." Jisung tersenyum manis.

Changbin dan Minho yang tidak sengaja mendengar percakapan itu langsung saling menoleh dan menahan tawanya. Berusaha untuk tidak membuat si sulung curiga dengan keduanya. Mereka sudah bisa menebak kalau si kembar itu takut untuk tidur sendiri.

Skijeu FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang