Malam ini sama saja seperti malam di hari-hari biasa. Setelah makan malam, semuanya sibuk dengan tugas masing-masing. Tidak ada yang spesial, kecuali saat Jumat malam atau Sabtu malam dimana mereka semua akan begadang menonton film bersama, atau si lima termuda yang akan diperbolehkan bermain nonstop hingga larut.
Namun, karena hari ini masih hari Rabu, maka setelah makan malam, semuanya pun sibuk dengan tugas masing-masing. Minho dan Changbin mengerjakan tugas sekolahnya, begitupun dengan Hyunjin dan si kembar, yang sekarang sedang sibuk mengerjakan pekerjaan rumahnya di ruang tengah dibantu oleh Chan.
Seungmin dan Jeongin yang biasanya paling jarang mendapat tugas (karena masih TK, jadi gaada beban hidup), juga ikut sibuk, sibuk bermain tentunya. Malam ini mereka menyibukkan diri dengan menyusun menara lego bersama atas dasar ide Seungmin. Biasanya selain menyusun lego atau puzzle, kadang juga mereka berdua akan diam dikamar dan membuka sesi ghibah berdua.
"Hyunjinnie rambutnya sudah panjang, ya? Tidak gerah?" Chan memecah keheningan di ruang tengah setelah memperhatikan Hyunjin yang sibuk dengan rambutnya yang terus menghalangi pandangannya saat sedang menulis. Sang adik pun balas dengan mengangguk pelan.
"Kakak potong rambutnya, ya?"
Hyunjin terkesiap, "Tidak mau! Ingin tetap gondrong!" ujarnya sambil memegangi rambutnya.
"Memangnya kenapa ingib rambutnya gondrong terus begitu?"
"Mau seperti Paman Ibum!"
Chan kebingungan, "Paman Ibum itu siapa?" dan dibalas oleh si kembar bersamaan "Paman Jaebum!"
"Oh..." jawab si kakak sambil tertawa geli.
"Paman Jaebum 'kan sudah besar, sudah bisa merawat diri sendiri, Hyunjinnie 'kan-""Hyunjinnie sudah besar, kok!" Hyunjin langsung memotong pembicaraan, mengerucutkan bibirnya.
"Sudah besar darimana? Malam-malam mau ke toilet saja masih minta ditemani," Changbin menimpal, dan hanya dibalas dengan tatapan sinis oleh Hyunjin.
Chan hanya bisa menahan tawa, "Kalau Hyunjin sudah besar nanti boleh kok punya rambut gondrong, sekarang Kakak potong sedikit saja, ya?"
"Tidak mau!"
"Hanya sedikit, sedikit sekali kok,"
Hyunjin menggelengkan kepalanya.
"Poninya saja,"
"TIDAK MAU!"
"Hei, kenapa harus berteriak?" balas Chan, nada bicaranya mendadak berubah menjadi tegas. Bahkan Jisung dan Felix pun ikut tegang mendengarnya. Sebenarnya ia tidak bermaksud untuk memarahi adiknya dengan nada bicaranya tersebut, namun sudah terlambat. Apalagi sekarang Hyunjin sudah mengerutkan dahinya, menyipitkan matanya, siap untuk menangis.
Hyunjin pun menutup bukunya, membalikkan badan dan berlari ke kamarnya, tidak lupa untuk membanting pintunya.
"Cih, dasar dramatis," cibir Jisung yang langsung dibalas dengan cubitan pelan oleh Felix.
Chan pun menghela napas, kalau sudah begini, ya harus dibujuk terus agar tidak merajuk. "Kalian kerjakan tugasnya ya, kakak akan menghampiri Hyunjinnie dahulu," perintahnya kepada si kembar.
"Innie mau ikut!" tiba-tiba si bungsu menghampiri.
"Minnie juga!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Skijeu Family
FanfictionMenjadi kakak itu luar biasa berat. Namun bahkan sebelum Chan, Minho, ataupun Changbin yakin kalau mereka akan menjadi kakak yang baik, Tuhan tahu-tahu sudah mengirimkan lima malaikat kecil untuk mereka. Ah, tunggu- malaikat... atau malah sebaliknya...