20. Berburu Smurfs

3.1K 394 71
                                    

"Tidak mau! Kak Abin nakal!"

Tangisan Jisung mengusik keheningan sore itu. Ia terduduk di lantai dengan pipi gembulnya yang memerah dan air mata yang terus jatuh. Sementara di depannya ada Changbin yang masih tidak ada kapok-kapoknya untuk menggoda anak itu.

Si abang terkikik geli, dengan iseng mencubit gemas pipi Jisung sambil berkata, "Begitu saja menangis, dasar cengeng,"

"HUAAAAA—"

"Changbin." Chan yang duduk di sofa tak jauh dari keduanya langsung menegur Changbin. Si sulung sedari tadi hanya diam menonton keduanya bertengkar sambil sesekali ikut tertawa melihat Jisung dijahili. Tidak berminat untuk melerai juga sebenarnya. Biarkan saja, nanti juga akur kembali, pikirnya.

Changbin tersenyum jahil, "Iya, deh. Iya. Tidak akan diulangi lagi, maaf, ya?" ujarnya pada Jisung. Sementara buntalan di depannya tidak membalas, ia diam—masih terisak-isak—menatap abangnya dengan kening berkerut dan tatapan penuh amarah. Bukannya terlihat menyeramkan seperti kalau Kak Chan marah, yang ini malah terlihat jauh lebih menggemaskan.

Tidak akan diulangi lagi, bohong, pikir Jisung. Sepertinya kalimat itu sudah sering didengar olehnya setiap kali kakaknya menjahilinya habis-habisan seperti sekarang. Jadi di sana, tanpa mempedulikan permintaan maaf Changbin, Jisung langsung bangkit dan berjalan menuju si kakak sulung di sofa sambil mengangkat tangannya—sukses membuat Chan tertawa gemas disaat buntalan tersebut mengerucutkan bibirnya dan merengek, "Gendong!"

"Dih, bisanya hanya mengadu, Jisungie payah," cibir Changbin lagi sambil menjulurkan lidahnya pada si buntalan. Mendengar itu, Jisung langsung mengeratkan pelukannya pada leher Chan sambil mengalihkan pandangannya menuju Changbin dan membalas, "Biar saja! Kak Abin jelek, seperti walrus!"

"Sembarangan!" Changbin berseru tidak percaya. Darimana bocah ini tahu soal walrus? Membedakan bebek dan angsa saja tidak bisa. Ia menggeleng tak habis pikir. Sementara si kakak tertua langsung terbahak dengan puas setelah mendengar perkataan Jisung tadi. "Sudah, ah," Chan menyisir lembut surai tebal Jisung dengan jemarinya, "Jangan bertengkar lagi. Kita beli es krim lagi saja, mau, tidak?"

Jisung terdiam cukup lama untuk berpikir sebelum akhirnya menggeleng dan protes, "Nanti es krimnya diambil Kak Abin lagi,"—membuat dua pria yang lebih tua di ruang tengah lantas tertawa geli. Chan masih ingat jelas bagaimana lucunya ekspresi bocah berpipi gembul tersebut saat tadi Changbin tiba-tiba menghampirinya dan langsung melahap habis satu sendok es krim terakhir miliknya. Iris mata bulat Jisung semakin melebar, terlihat terkejut. Kemudian hanya dalam hitungan detik, buntalan itu langsung meledak dalam tangis. Sebegitu sukanya pada es krim, ya.

"Kalau Kak Abin mengambil jatah es krim Jisungie lagi, nanti kakak akan lempar dia ke dalam kandang walrus di kebun binatang," Chan membalas lagi, membujuk si adik kecil yang masih terlihat kesal—dan Changbin sendiri yang mendengar itu hanya bisa mendengus sebal.

Namun alih-alih membalas perkataan kakaknya, Changbin memutuskan untuk ikut membujuk adiknya, "Jisungie ingat, 'kan? Malam ini malam halloween?" dan dibalas anggukan pelan oleh Jisung.

"Karena malam halloween, bagaimana kalau kita membeli es krim sekaligus permen saja? Jisungie siap menjadi Spider-Ji dan berburu permen 'kan malam ini?"

Raut wajah Jisung seketika berubah cerah. Tiba-tiba teringat kalau tadi pagi dia terus berkata kepada si trio abang kalau dia akan memakai kostum spiderman yang dibelikan oleh Papa seminggu yang lalu untuk halloween. Ia tersenyum girang sambil mengangguk semangat. Bahkan sebelum Chan sudah menyetujui usul Changbin, bocah itu sudah turun dengan cepat terlebih dahulu dari pangkuannya, kemudian berlari menuju kamar saudaranya yang lain sambil berteriak girang, "AYO KITA BELI PERMEN UNTUK HALLOWEEN!"

Skijeu FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang