"SEMUANYA BERSIAAAP! HARI INI HARI PEMOTONGAN DOSA!"
Pukul delapan pagi, si gembul Jisung sudah ribut menyahut-nyahut berisik sambil meloncat-loncat di sofa setelah beres sarapan. Felix lalu ikut memanjat naik ke atas sofa, hendak ikut meloncat-loncat namun gagal karena Jisung tidak sengaja tersandung dan akhirnya jatuh menimpanya.
"Kak Ino, anak-anak itu tadi diberi makan apa, sih?" Changbin berjalan lesu ke arah si kembar yang sekarang sudah saling bertumpukan sambil tertawa-tawa. Dia lalu angkat Felix dan Jisung satu-persatu, kemudian pasangkan jubah apron untuk potong rambut pada keduanya.
Hari ini adalah hari potong rambut. Kalau kata Minho, disebut sebagai hari pemotongan dosa. Entah ide dari mana, namun si lima buntalan polos itu tetap menurut pada sang kakak dan ikut-ikutan menyebutkan hari potong rambut sebagai hari pemotongan dosa.
Entah kenapa pula, hari ini para buntalan itu semangat sekali untuk dipotong rambutnya oleh kakak-kakaknya. Iya, potong rambutnya memang dilakukan manual oleh trio abang. Supaya lebih hemat, kalau kata Mama.
Saking seringnya memotong rambut adik-adiknya disaat Mama Papa sedang tidak di rumah, Chan bahkan yakin kalau dia dan kedua adiknya bisa saja melakukan kerja sampingan di salon tengah kota.
Satu-satunya yang melayangkan protes hari ini adalah si bungsu. Innie enggan lepas dari gendongan Chan sejak tadi—merajuk. Anak itu tidak mau dipotong rambutnya, inginnya punya rambut gondrong seperti si abang kecil. Namun sayang si trio sulung tidak kabulkan permintaannya.
Innie bahkan semakin merengut ketika ia mendengar Chan bertanya pada Hyunjin, "Hyunjinnie, benar tidak mau dipotong rambutnya?"
"Iya!" balas Hyunjin. Dia lalu menyisir rambutnya sendiri dengan tangan mungilnya sambil tersenyum manis menampilkan giginya, "Hyunjinnie mau tetap gondrong saja,"
"Memangnya kenapa?"
Hyunjin mendadak tersenyum malu-malu. Kemudian dia pun memekik semangat sambil langsung berlari kabur ke arah halaman depan, "Karena Ryujinnie bilang, dia suka rambut panjang Hyunjinnie!"
Ya ampun.
Kalau kalian ingat, sejak kejadian beberapa minggu kemarin, buntalan nomor satu ini telah berakhir terkena virus cinta (begitu kata Jisung). Sepertinya memang sudah bukan rahasia lagi kalau si sulung mini itu berhasil memikat hati banyak orang di sekolahnya. Namun lucunya, Hyunjin juga sepertinya terlihat menyukai si gadis kecil yang tempo hari sempat mencium pipinya itu.
Keduanya jadi lumayan akrab, berhubung keduanya berada di satu kelas dan rumahnya juga tidak berjarak jauh. Para kakak tidak mempermasalahkan itu, sih. Ketiganya tahu kalau 'hubungan' Hyunjin dan Ryujin hanya sebatas tingkah polos anak-anak kecil seusia mereka. Malah kadang mereka sengaja akan menggoda Hyunjin sampai si abang kecil itu akan malu-malu sendiri.
"Innie juga tidak mau dipotong rambutnya," rengek si bungsu. Innie iri karena Hyunjin bisa berlarian bebas hanya karena dia tidak perlu dipotong rambutnya sementara dia harus terjebak dengan ketiga kakak sulungnya.
"Nanti kalau Innie sudah sebesar Hyunjinnie, baru boleh punya rambut panjang juga," bujuk Minho sambil ambil alih gendongan si kecil dari Chan.
Innie terus memasang wajah cemberut saat Minho pasangkan apron di tubuh kecilnya, "Innie juga sudah besar!" protesnya kemudian. Tapi tentu saja, si kakak tidak hiraukan protesnya. Minho usak gemas rambut si kecil lalu cium pipinya sebagai permintaan maaf, "Tidak apa-apa. Innie 'kan tetap lucu meskipun rambutnya pendek."
Tak lama setelah itu, semua orang di dalam rumah tiba-tiba teralihkan perhatiannya pada Hyunjin—yang tiba-tiba berjalan masuk kembali ke dalam rumah bersama satu gadis kecil. Keduanya berjalan sambil saling bergandengan tangan erat sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skijeu Family
FanfictionMenjadi kakak itu luar biasa berat. Namun bahkan sebelum Chan, Minho, ataupun Changbin yakin kalau mereka akan menjadi kakak yang baik, Tuhan tahu-tahu sudah mengirimkan lima malaikat kecil untuk mereka. Ah, tunggu- malaikat... atau malah sebaliknya...