11. Perkara Gajah

3.9K 527 200
                                    

Dalam satu jam terakhir, Chan diam-diam menemukan Felix sudah menguap setidaknya sekitar tiga kali. Bocah itu terbaring di atas lantai dengan mata terpejam, sesekali ia mengusap matanya untuk menghilangkan kantuk, namun gagal.

Sekarang masih pukul sembilan kurang, dan biasanya si lima termuda selalu tidur pada pukul sembilan tepat, atau bahkan lebih malam lagi di hari-hari tertentu. Namun sepertinya akibat Felix sejak kemarin malam terus rewel dan menangis—karena Changbin malam itu harus berangkat untuk beberapa hari karena acara berkemah bersama teman-teman sekolahnya—anak itu menjadi tidak bisa tertidur nyenyak dan sengaja melewatkan jam tidur siangnya, berakhir kantuknya pun menjadi datang lebih cepat.

Padahal hanya ditinggal tiga hari, tapi menangis seperti akan ditinggalkan bertahun-tahun saja.

Chan terkekeh kecil, ia lantas menyimpan berkas-berkas laporan kliniknya di meja lalu beranjak menghampiri sang adik dan iseng mencubiti pipi gembilnya. Yang punya pipi diam saja, sudah tepar tidak berdaya di lantai. Bahkan tidak terusik saat si abang menggendongnya kemudian memindahkannya ke kasur di ruang tengah di samping Minho yang juga sedang rebahan sambil menonton TV.

"Ya ampun, yang ini sudah tewas duluan, ya," gumam Minho sambil tertawa geli dan ikut mencubit gemas pipi Felix.

Chan balas tertawa geli, tadinya hendak kembali mengurusi laporan klinik namun dicegah oleh Hyunjin dan Jisung yang berlari menghampiri dari arah dapur dengan hanya berbalut celana dalam sambil masing-masing membawa sendok nasi hasil curian—untuk senjata katanya. Jangan bertanya mengapa keduanya bisa berada di dapur tanpa busana,

Sebab Chan dan Minho pun tidak tahu mengapa.

"Kak Chan, piama batman milik Hyunjinnie ada dimana?" tanya si sulung kecil. Sedetik kemudian Jisung ikut berseru, "Piama spiderman milik Jisungie juga! Jisungie ingin pakai piyama yang itu,"

Chan menggeleng tak habis pikir, "Coba cari di keranjang baju bersih dekat mesin cuci, tapi jangan diberantaki," balasnya.

"Mau tidur saja pakai acara fashion show segala, dasar centil." cibir Minho saat kedua anak itu hendak berlari lagi ke arah tempat mesin cuci.

Hyunjin menatap sinis, "Biar saja! Mau tidur pun harus tetap tampan, dong. Tidak seperti Kak Ino, bau kambing!" balasnya sambil berlari kabur, disusul Jisung dibelakangnya.

Minho hanya merotasikan kedua matanya malas, kali ini ia tidak bisa menggoda Hyunjin lagi sampai menangis, yang ada nanti si sulung akan mengomel karena dirinya sudah menyebabkan keributan di malam hari.

Namun akhirnya niatnya untuk balas menjahili Hyunjin pun hilang saat Seungmin tiba-tiba menghampiri sambil menarik-narik ujung kaosnya, "Kak Ino, Minnie mau pipis," rengeknya. Ia pun langsung beranjak menuntun Seungmin ke kamar mandi. Di belakangnya Innie mengekor sambil meloncat-loncat girang, pokoknya kemanapun Seungmin pergi, Innie pun harus ikut juga.

Oh, iya. Kalau kalian penasaran mengapa para lelaki bersaudara ini mendadak mengadakan acara tidur bersama di ruang tengah malam ini—padahal sekarang bukan akhir pekan, itu adalah idenya Jisung. Katanya, sih, supaya Felix tidak kesepian karena tidak ada Kak Abin. Padahal Chan yakin kalau itu hanya akal-akalan supaya dia bisa terus bermain hingga larut. Namun karena kasihan juga melihat Felix yang terus murung sepanjang hari, Chan akhirnya tetap menyetujui permintaan adiknya.

Meskipun pada akhirnya Felix jatuh terlelap duluan, keempat buntalan sisanya masih tetap kuat terjaga. Malah rasanya, entah mengapa energi empat makhluk pembuat onar itu justru semakin bertambah malam ini. Bahkan sekarang Seungmin dan Jeongin sudah berlari menghampiri kedua kakaknya di tempat mesin cuci. Minho melihat Jisung sedang mengacak-ngacak isi keranjang baju, mengambil satu celana dalam dan mengenakannya di kepala, "Hyun-Man, Minnie-Mong dan SuperInnie, ayo cepat pakai kostum celana dalamnya! Kita harus menyelamatkan SuperLixie yang sudah tidak berdaya di ruang tengah!" serunya.

Skijeu FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang