15. Jangan Marah

4.1K 551 175
                                    

Please don't be a silent reader, nanti diomelin si trio kakak >:( at least leave some votes!

Please don't be a silent reader, nanti diomelin si trio kakak >:( at least leave some votes!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

p.s. ada notes di akhir, tolong dibaca ya!! :D



•••

Changbin melangkah masuk ke dalam rumah, Ia baru saja beres mengubur mayat korban tidak berdosa hasil pembunuhan tidak sengaja yang dilakukan oleh si sulung. Pembunuhan yang membuat si bungsu kesal bukan main hingga menangis dan sempat merajuk sampai si tiga tertua kewalahan sendiri menenangkannya.

Sehabis menjemput si duo bungsu tadi, Chan tidak sengaja menggilas mainan bebek karet milik Innie saat memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah. Kejadiannya cukup tragis kalau diingat-ingat. Mainan itu bahkan berubah menjadi gepeng dan tidak terlihat seperti bebek karet lagi saat Chan berhasil menyelamatkannya—meskipun sudah terlambat. Salah sendiri, sih. Padahal si sulung itu sudah sering menasihati adik-adiknya untuk selalu merapikan mainannya setelah beres bermain, namun tidak pernah didengarkan. Jadi begini, 'kan.

Marah, sedih, kesal, perasaan Innie campur aduk. Bocah kecil itu bahkan tidak berkutik dari posisi meringkuk sambil menangisnya sejak tadi pulang sekolah.

Pada akhirnya, karena lelah dan kasihan melihat Innie yang terus menangis, Changbin pun mengusulkan untuk mengubur mainan bebek karet tersebut di halaman belakang, "Kalau sudah dikubur, Ruby akan tenang di alam sana, jadi Innie tidak usah khawatir, ya?" begitu ujarnya. Ajaibnya, si bungsu pemilik mainan bernama 'Ruby' tersebut berhasil luluh dengan tawaran itu.

Padahal si cilik tidak tahu saja, mainan tersebut sebenarnya sudah dibuang oleh si kakak ke tempat sampah. Sesaat setelah Chan berhasil membujuk Innie untuk masuk ke dalam rumah, Changbin langsung diam-diam mengambil mainan tersebut dan membuangnya, kemudian asal menyekop tanah dan membuat gundukan di atasnya agar sang adik percaya.

Setelah selesai menjadi tukang gali kubur dadakan, Changbin pun akhirnya melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Kemudian matanya langsung tersorot pada pemandangan super menggemaskan di ruang tengah—Jeongin dan Jisung sedang meloncat-loncat mengikuti lantunan lagu anak-anak yang diputar melalui laptop milik si sulung. Ia bisa menebak kalau Chan sendiri yang memberikan laptop tersebut guna mengalihkan perhatian sang adik.

Changbin langsung mendaratkan dirinya di sofa disamping Minho yang sedang menonton TV, kemudian dengan iseng langsung memeluk sang kakak sekalian mencuri kesempatan untuk mengambil remot TV dari genggamannya. Yang lebih tua jelas tidak terima, "Apa, sih?!" sahut Minho sambil berusaha merebut kembali remot dari Changbin.

Changbin terkikik geli, "Kak Ino berisik. Sekarang waktunya Changbin yang menonton TV,"

"Kok begitu? Kembalikan sini!"

"Tidak mau!"

Minho mendelik, "Kau ini kok menyebalkan sekali? Diberi makan apa, sih?"

Changbin menaikkan bahunya acuh, "Makan nasi. Memangnya Kak Ino? Makan paku dan beling?"

Skijeu FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang