Selama ini, Chan tahu kalau cara untuk menghadapi adik-adiknya yang bandel itu harus dengan penuh sabar dan perlahan. Tidak boleh terkendali oleh emosi, dan tentunya tidak boleh sampai memarahi dengan nada tinggi.
Mama dan Papa sudah terbiasa dengan itu, dan mungkin dirinya juga. Perannya sebagai kakak sulung kadang tidak ada bedanya dengan peran sebagai seorang ayah.
Namun tetap saja, Chan itu hanyalah seorang abang bagi si lima buntalan. Dia tetaplah seorang kakak yang tentunya punya niatan jahil setiap dia gemas dengan adik-adiknya.
Chan itu tidak jauh beda dengan Minho dan Changbin.
"Hei, hei, hei! Tidur! Sudah jam berapa ini?! Sana, jangan ganggu!"
Chan hanya bisa menahan tawa sambil memperhatikan Changbin mengomel dari arah ruang tengah. Niatnya dia dan kedua abangnya ingin menonton film, namun Seungmin, Hyunjin dan Felix malah terus terjaga dan enggan tertidur.
Ketiganya bandel sekali, sulit sekali diatur. Sampai akhirnya Changbin pun mengadu pada Chan, "Kak Chaaan! Anak-anaknya, nih!"
Chan mendengus. Tapi ia tidak menyalahkan Changbin juga. Meskipun sekarang mereka sedang berlibur menginap di villa, tetap saja para lima buntalan itu harus sudah tidur saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan lebih.
"Kalian mau berenang, tidak?" tanya Chan tiba-tiba. Tentunya sukses buat Changbin dan Minho malah kebingungan.
Tiga buntalan polos itu mengangguk. "Sayang sekali tapi, sepertinya kolam renangnya tidak bisa digunakan." Chan berkata lagi.
"Kenapa?" Hyunjin mulai kecewa.
"Kolamnya berbahaya, bagaimana kalau kolamnya ternyata berisi ikan hiu?"
Hyunjin tidak bodoh, anak itu menyerngit sambil melirik ke arah kolam yang disinari lampu taman di sekitarnya, "Kolamnya kosong, kok! Mana ada hiu?"
"Nah itu." Chan menghela napasnya, "Hiunya pasti sedang bersembunyi. Tapi kakak tahu cara untuk memastikan kalau kolamnya berbahaya atau tidak."
Sekarang Felix yang bertanya, "Caranya?"
"Ikan hiu paling suka makan anak kecil yang bandel dan sulit disuruh tidur di malam hari. Jadi satu-satunya cara adalah mengorbankan salah satu dari kalian."
Hyunjin, Felix, Seungmin sama-sama melotot. Ketiganya menatap horor pada halaman luar di mana kolam berenang yang konon katanya berisi hiu itu berada. "Bohong!" seru Felix, "Masa Kak Chan tega melempar Lixie untuk dimakan hiu?"
"Nanti Lixie tinggal ditukar dengan anak ayam atau kucing liar, kok." Minho tiba-tiba ikut menimbrung, buat si cilik semakin cemberut.
Felix meminta pembelaan, "Kak Chaan!" adunya.
"Benar, kok, kata Minho." jawab si sulung santai sambil ikut duduk di sofa bersama Changbin dan Minho, "Dipikir-pikir sepertinya anak ayam dan kucing lebih mudah diatur tuh daripada kalian bertiga."
Gawat! Kak Chan sudah terhasut oleh Kak Ino! Tiga buntalan itu terkejut. Masalahnya, selama ini Chan selalu memberikan alasan yang paling logis setiap memberikan ancaman dan omelan. Meskipun tidak ada yang berani melawan atau merayu si sulung, tetap saja para Ovenger lebih memilih dimarahi Chan daripada harus terkena jebakan jahil Minho atau Changbin.
"Ayo, Kak Chan beri waktu satu menit untuk berpikir." Si sulung mulai memberikan ultimatum, "Mau tidur apa dijadikan makanan ikan hiu?"
"TIDUR!" Hyunjin dan Felix serempak menjawab tanpa berpikir dua kali. Dua bocah itu langsung menghampiri Minho dan berkata, "Tapi Kak Ino harus gendong ke kamar tidur!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Skijeu Family
FanfictionMenjadi kakak itu luar biasa berat. Namun bahkan sebelum Chan, Minho, ataupun Changbin yakin kalau mereka akan menjadi kakak yang baik, Tuhan tahu-tahu sudah mengirimkan lima malaikat kecil untuk mereka. Ah, tunggu- malaikat... atau malah sebaliknya...