Felix punya riset penting yang patut dibuktikan kebenarannya.
Dia yakin sekali.
Namun sayang, tidak ada yang percaya padanya.
Felix yakin, kalau Kak Chan itu sebenarnya adalah Sinterklas.
Felix bersikeras kalau sebenarnya kakak sulungnya itu hanya berbohong kalau dia bekerja sebagai seorang dokter. Atau mungkin, khusus di musim salju, sang kakak akan berpindah profesi menjadi seorang Sinterklas dan pergi di malam hari mengendarai kereta yang ditarik rusa untuk membagikan kado-kado natal.
Ovenger lain tidak ada yang percaya, sayangnya. Padahal Felix yakin sekali kalau malam natal kemarin dia melihat sesosok figur Sinterklas yang mirip seperti Kak Chan sedang menaruh kado di bawah pohon natal.
"Kak Chan sendiri yang bilang kalau tidak semua orang bisa menjadi Santa, kok!" Jisung langsung menolak pernyataan Felix kemarin malam saat semuanya sedang berkumpul.
Felix menggembungkan pipinya, berkata berapi-api, "Kak Chan itu paling bisa diandalkan! Kak Chan bisa apa saja, jadi pasti menjadi Santa pun bisa!"
"Kalau Kak Chan Santa, pasti di halaman belakang kita punya rusa peliharaan!" Seungmin ikut mendukung Jisung.
Begitupun Hyunjin, "Kak Chan tidak berperut buncit seperti Santa, ah. Perut Kak Chan banyak ototnya. Tidak cocok menjadi Sinterklas."
Satu-satunya yang mendukung Felix adalah Innie, "Kalau Kak Chan adalah Santa, Innie mau minta tambahan kado natal, dong!"
Tidak terlalu membantu, sih.
Si trio kakak hanya bisa memandang dengan ketar-ketir melihat perdebatan si lima buntalan. Masalahnya, perihal Chan yang menaruh kado-kado di bawah pohon natal itu memang benar. Bahkan Minho dan Changbin pun ikut serta dalam rencana itu pada malam natal kemarin.
Siapa sangka, ternyata Felix terbangun malam itu untuk ke kamar mandi dan menangkap basah sosok Chan di ruang tengah?
Akibat dari kejadian di malam natal itu, dan tidak ada yang mempercayai Felix, hari ini anak itu berakhir merajuk.
Jam menunjukkan pukul setengah dua siang. Semua buntalan gemas sekarang ada di kamar, tidur siang sejak setengah jam yang lalu.
Tapi tidak dengan Felix.
Marah, kesal, mengantuk namun berusaha untuk menahannya, semua bersatu. Itu yang Felix rasakan. Anak itu meringkuk di atas karpet ruang tengah di depan Changbin—menangis hingga dahi dan poninya berkeringat dan pipinya memerah—menolak tidur siang.
"Jadi, Lixie maunya bagaimana?"
Buntalan kecil itu menjerit, "Tunggu Kak Chan pulang!"
Changbin mendecak, "Kak Chan pulang malam, lho. Makanya Lixie tidur siang dulu seperti Jisungie dan yang lain supaya tidak menunggu terlalu lama."
"TIDAK MAU TIDUR!"
Changbin ingin ikut menangis rasanya. Felix memang paling jarang marah atau mengamuk dibandingkan buntalan yang lain, namun bukan berarti menenangkan Felix yang menangis adalah hal yang mudah juga. Apalagi siang ini Changbin hanya sendirian di rumah menjaga para Ovengers sementara Minho pergi menemui temannya dan Chan pergi bekerja seperti biasa.
Felix mau menunggu si sulung pulang bekerja, untuk melihat apakah kakaknya itu pulang bekerja menggunakan baju Sinterklas atau tidak. Juga apakah si kakak sebenarnya pulang dengan diantar oleh kereta yang ditarik rusa salju. Memang keras kepala, dasar. Sudah berkali-kali trio kakak bilang kalau sosok Santa yang ia lihat kemarin hanya mirip dengan Chan, namun masih saja tidak percaya.
"Ah, dasar Kak Chan ceroboh. Jadi ketahuan," Changbin menggerutu kecil sambil berlalu ke arah dapur untuk mengambil minum, sementara Felix mengekorinya di belakang sambil masih menangis. Tangan mungilnya menarik baju Changbin dan dia merengek kesal sambil terisak, "Kak Abin jalannya hiks— ja-ngan cepat-cepat!"
Untung saja Felix menggemaskan. Changbin jadi terkekeh mendengar itu. Ke sini salah, ke sana salah, mau ini dan itu salah. Mau melakukan apapun rasanya salah di mata si bocah sekarang. Bahkan saat ia hendak mengangkat Felix ke dekapannya, buntalan itu langsung menepis tangan Changbin.
"Lixie ganti baju dulu, yuk. Sudah berkeringat, tuh."
"Kalau ganti baju nanti Lixie mengantuk!"
"Bukannya memang sudah mengantuk?"
"TIDAK, KOK!"
"Padahal tidur siang enak sekali, Kak Abin tidur duluan, deh, kalau begitu—"
"AAH— JANGAAAN, HUAAAA—"
Changbin tertawa lagi. Sempat-sempatnya jahil di saat seperti ini. Kalau ada Chan, pasti dia sudah dimarahi sekarang.
Butuh waktu sampai sekitar sepuluh menit lamanya untuk membujuk Felix untuk digantikan bajunya. Meskipun akhirnya Changbin pun mengiyakan permintaan Felix agar tidak tidur siang. Biar saja, pikirnya, lama-kelamaan juga akan tertidur sendiri.
"Lixie tidak akan tidur!" tegas si bocah gemas yang matanya sudah sembab itu setelah Changbin beres menggantikan bajunya dengan sepasang kaus dan celana pendek.
"Iya, Lix, iya." Changbin membalas pasrah. Felix lalu mengalungkan tangan mungilnya pada leher sang abang—minta digendong.
Changbin sengaja bawa Felix di dekapannya mengelilingi rumah sampai akhirnya ke halaman belakang. Felix mulai menyandarkan kepalanya di bahunya, namun masih berusaha keras melawan kantuknya.
Felix mengusap matanya, masih menangis terisak-isak meskipun sudah tidak berteriak, dia menggerutu, "Lixie capek!"
"Lah?" Changbin menghela napas lelah, "Kalau capek, ya tidur, dong,"
"Lixie tidak akan tidur! Kak Abin kenapa menyebalkan sekali, sih?!" balas bocah itu galak, dia lalu berakhir menyembunyikan kepalanya di ceruk leher si kakak dan menumpahkan air matanya.
"Ih, sudah bawel sekarang." Changbin jadi tertawa lagi sambil elus-elus rambut Felix dengan lembut dan mengayun-ayunkannya di gendongannya. "Memangnya benar, Kak Chan bukan Sinterklas?" gumam bocah itu pelan.
"Benar, Lix. Sinterklas itu hanya datang setahun sekali," Changbin bisa merasakan Felix mulai tertidur saat genggaman tangan di lehernya mulai melemas, "Kalau Kak Chan adalah Santa, seharusnya Lixie hanya akan bertemu Kak Chan setahun sekali, dong. Lebih jarang seperti bertemu Mama Papa. Mau?"
Felix merengek, menandakan tidak mau. Tapi nampaknya sudah terlalu mengantuk untuk kembali berdebat dengan Changbin. Akhirnya ia pun menyerah, "Tapi Kak Chan harus bilang ke Paman Santa, Lixie ingin kado natal yang lebih banyak,"
"Iya, tahun depan Lixie dapat satu truk, asal jangan menangis marah-marah seperti tadi, ya,"
Sudah. Begitu saja. Felix langsung jatuh terlelap bahkan belum sampai dua menit setelahnya.
Rasa-rasanya, Changbin harus ikut tidur siang juga sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skijeu Family
FanfictionMenjadi kakak itu luar biasa berat. Namun bahkan sebelum Chan, Minho, ataupun Changbin yakin kalau mereka akan menjadi kakak yang baik, Tuhan tahu-tahu sudah mengirimkan lima malaikat kecil untuk mereka. Ah, tunggu- malaikat... atau malah sebaliknya...