Lelah yang dimaksud Kakak itu bagaimana sih?
Menurut Hyunjin, Felix dan Jisung, mengerjakan tugas matematika itu melelahkan meskipun sudah dibantu oleh Kak Chan. Kalau menurut Seungmin dan Jeongin, mendapat tugas mewarnai lah yang paling melelahkan.
Menyusun lego, puzzle, bermain perang-perangan juga melelahkan lho! Harus menyusun strategi, apalagi menyusun strategi untuk menjahili Kak Abin, dan juga menyusun strategi untuk melawan Kak Ino yang jauh lebih jahil, melelahkan sekali!
Tapi artian 'lelah' bagi para pasukan buntalan sepertinya berbeda dengan para Kakak. Setiap kakak-kakaknya berkata 'lelah', mereka selalu terlihat lesu, tidak mau diganggu, sungguh berbeda dari biasanya.
Kak Chan pernah bilang kalau lelah itu bukan hanya lelah fisik, ada pula lelah hati. Para buntalan tidak mengerti apa maksud dari lelah hati, rasa-rasanya, mereka sendiri belum pernah merasakan lelah hati. Kalau lelah sehabis berlari atau bermain 'kan tinggal minum dan istirahat sejenak, kalau lelah hati bagaimana, dong? Apakah hatinya harus diberi minum juga?
Seperti saat ini, Minho dan Changbin sedang dalam masa-masa ujian. Tentunya menjadi lebih sibuk dari biasanya. Pulang sore bahkan larut malam, tidak bisa berleha-leha, harus fokus belajar. Setiap pulang ke rumah, keduanya terlihat lesu, berjalan gontai, seperti sudah tidak punya jiwa. Keduanya jarang sekali bermain dengan adik-adiknya. Bahkan tidak ada yang diperbolehkan untuk memasuki kamar kedua kakaknya itu selama masa ujian. Demi kesunyian dan keamanan katanya.
Si lima bungsu tentu merasa kesepian. Meskipun tetap bermain setiap harinya bersama Chan, tetap saja, kalau tidak ada Minho dan Changbin maka tidak akan seru. Apalagi sekarang kalau bermain tidak boleh membuat suara terlalu gaduh, takutnya akan mengganggu Minho dan Changbin yang sedang belajar. Tidak asik. Tapi ya, mau bagaimana lagi?
—
Sekarang adalah hari Jumat. Hari terakhir ujian bagi Changbin, juga bagi Minho yang sudah beres terlebih dahulu beberapa hari yang lalu. Entah sudah berapa hari mereka berdua mengorbankan jam tidurnya. Lelah, mengantuk, kepala sakit, kasihan sekali. Sepertinya kalau sekarang keduanya disamakan dengan panda, tidak akan ada bedanya.
Keduanya melangkahkan kaki memasuki rumah pada pukul sepuluh malam. Mentang-mentang hari terakhir ujian, keduanya langsung pergi ke studio masing-masing. Minho pergi latihan menari dan Changbin pergi ke studionya hingga larut. Padahal sudah Chan beritahu untuk langsung pulang agar beristirahat, tetap saja keduanya keras kepala.
Minho langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa ruang tengah, dan diikuti Changbin sedetik kemudian. Merebahkan diri masing-masing, membiarkan tas berserakan di lantai. Tak menghiraukan teriakan Chan dari kamarnya yang memerintahkan mereka berdua untuk segera membersihkan diri dan beristirahat. Keduanya diam sambil memejamkan mata, tidak saling berbicara atau apapun. Mau mengeluarkan sepatah kata saja berat rasanya, apalagi membersihkan diri dan pergi ke kamar masing-masing.
Keadaan rumah sudah sepi, hanya terdengar suara jam dinding berdetak di ruang tengah dan samar-samar terdengar suara ketikan jari di atas keyboard laptop dari kamar Chan. Lampu-lampu rumah hampir semua sudah padam. Kelima adik kecilnya pasti sudah terlelap semua.
"Kakak?"
Minho dan Changbin terkesiap, keduanya langsung membuka mata dan memalingkan kepalanya bersamaan kepada sumber suara. Menemukan dua buntalan kecil yang sedang berdiri di sisi sofa dan menatap keduanya dengan tatapan heran, terlihat mengantuk.
Minho tertawa kecil saat melihat kedua adiknya bergantian mengusap mata menahan kantuk, "Lho, Jisungie dan Felix kok belum tidur?"
"Jisungie baru saja pipis," jawab si kembar yang lebih tua.
"Kalau Felix?"
"Felix tadi terbangun saat Jisungie keluar kamar, jadi Felix ikuti, terus Felix lihat Kakak di sini," jawabnya polos sambil merangkak naik ke atas sofa dan merebahkan diri diantara Changbin dan Minho, "Felix kangen Kakak," ujarnya pelan sambil meraih tangan Changbin dan membenamkan kepalanya di dada sang abang, memberi kode minta dipeluk. Jisung pun tidak mau kalah, ia ikut melompat naik keatas sofa dan meraih Minho, memeluknya erat, "Jisungie juga kangen Kakak!" serunya.
Minho dan Changbin terkekeh gemas sambil mengeratkan pelukan pada sang adik, "Kakak juga," ujar Changbin.
"Kakak pasti lelah ya? Mukanya jadi kusut begitu," Jisung mendongakkan kepalanya, menatap Minho. Yang ditanya hanya mendecak sambil menahan tawa, "Bukannya kalian sering mengejek Kak Ino kalau mukanya memang kusut ya?"
"Iya sih, tapi kalau ini berbeda." Jisung mengerucutkan bibirnya. Felix jadi ikut memperhatikan wajah kakaknya, ia menepuk-nepuk pelan wajah Changbin dengan jemari kecilnya dan ikut berkomentar, "Biasanya wajah Kakak itu bling-bling ceria begitu, deh." Tangan kecil Felix bergerak-gerak menunjuk ke udara, berusaha menjelaskan sebisa mungkin, "Tapi Kakak sekarang tidak terlihat seperti itu, Felix jadi khawatir."
Changbin dan Minho tertawa pelan, bahkan Changbin tidak pernah berpikir kalau wajah lelahnya akan terlihat oleh adik-adiknya. Masih kecil, belum mengerti lelahnya hidup, hanya tau bermain, pikirnya. Tapi ternyata adiknya bisa menyadari hal-hal kecil dari dirinya, menyadari kalau kakaknya itu benar-benar butuh istirahat.
"Kakak tidak apa-apa kok, tidak lelah." ujar Changbin sambil melepaskan pelukan Felix, mengusap rambutnya dan memberikan satu ciuman di puncak kepalanya untuk menenangkan sang adik, "Jisungie dan Felix sekarang tidur lagi saja, ya? Sudah larut, kalau Kak Chan tahu bisa dimarahi lho,"
Alih-alih beranjak turun dan pergi, kedua bocah tersebut diam, tidak mendengarkan perintah kakaknya. Felix bahkan kembali mengeratkan pelukannya pada Changbin, "Jangan bohong! Kakak pasti lelah 'kan?" ujarnya sebelum membenamkan kepalanya di dadanya lagi.
Jisung juga ikut menepuk-nepuk dada Minho dengan lembut, "Mungkin Kakak juga lelah hati, ya? Kak Chan pernah bilang begitu, jadi Jisungie puk-puk dada Kakak, biar hatinya sembuh!" ujarnya sambil menatap cemas pada Minho.
Minho dan Changbin saling menatap sebelum akhirnya keduanya tertawa gemas. Duh, bukannya lelah hati, malah sekarang hati keduanya sudah meleleh karena perlakuan si kembar yang sungguh manis ini. Bahkan sebelum si kembar mengucapkan sesuatu lagi, kedua kakaknya sudah kembali mengeratkan pelukannya sambil menciumi gemas kedua adiknya.
Yang dipeluk jadi bingung, tapi mungkin Kak Ino dan Kak Abin memang butuh dipeluk sekarang, mungkin saja setelah dipeluk mukanya jadi bling-bling kembali? Keduanya pun membalas pelukan dan ciuman kakaknya, Felix juga sempat berbisik, "Baik-baik kembali ya Kak Ino, Kak Abin! Biar kita bisa main perang-perangan lagi!" sebelum akhirnya mereka semua mulai terlelap di ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skijeu Family
FanfictionMenjadi kakak itu luar biasa berat. Namun bahkan sebelum Chan, Minho, ataupun Changbin yakin kalau mereka akan menjadi kakak yang baik, Tuhan tahu-tahu sudah mengirimkan lima malaikat kecil untuk mereka. Ah, tunggu- malaikat... atau malah sebaliknya...