H-23: Ungkapan rasa

8 4 0
                                    

Arra POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Arra POV

Tidak terasa hari ini adalah hari ke dua puluh tiga kita berpuasa. Aku sendiri pun tidak menyangka, waktu berlalu begitu cepat.

Masa-masa bulan Ramadhan, ku lalui dengan saksama. Bersama bunda, ayah, kak Vino juga teman-teman, setiap dari mereka memiliki cerita masing-masing. Ku harap, bulan Ramadhan tidak berlalu begitu saja.

Kini, aku berada di masjid Al-Furqon. Aku dan kak Vino ikut mengaji di sana, seperti yang pernah dikatakan kak Vino sebelumnya.Tidak ku sangka, ternyata ramai sekali orang yang ikut mengaji.

Aku duduk di bagian shaf perempuan, terlihat sudah seorang perempuan yang mungkin usianya masih terbilang muda, tengah duduk di antara kami.

Ku lihat-lihat, ia sangat cantik. Kulitnya putih bersih, mungkin air wudhu lah yang membuatnya seperti itu. Pembawaannya tenang, ia juga ceria, aku suka itu. Ia mengingatkanku dengan bunda.

Setelah kami mengaji bersama, kami berbentuk lingkaran. Saling tukar pikiran dan pengalaman. Aku duduk berhadapan dengannya, tanpa ikut berbicara. Terus aku pandangi perempuan itu yang tengah berbicara dengan bijaknya, hm mungkin akan lebih enak kalau dia kita panggil kakak.

Aku tidak menyesal mengikuti kegiatan sore ini. Karena menurutku, di sini tidak hanya menambah ilmu agama, tapi juga menambah saudara. Jika ku pikir-pikir, orang yang berada di sini pun sepertinya asik-asik. Mereka semua bersemangat, apalagi ini akhir-akhir di bulan Ramadhan. Itu juga dapat memotivasi diriku sendiri.

Kakak perempuan itu tengah menceritakan, atau mungkin memberi arahan ataupun motivasi, bahwasanya sedekah itu tidak akan membuat diri kita menjadi miskin. Apa yang diucapkannya itu benar. Kak Vino sering memberitahuku, karena sedekah itulah kita menjadi kaya. Kaya hati kaya harta. Dari sana pula kita dapat merasakan bagaimana indahnya berbagi sesama.

Seulas senyuman terpancar dari wajahku. Ku lihat, kakak perempuan itu melihatku yang sedang memperhatikannya. Aku sadar. Tapi aku merasa pura-pura tidak tahu.

Hingga pada akhirnya, waktu kegiatan kami telah usai. Semua teman-temanku pergi lebih dulu, sedangkan aku masih memeriksa barang bawaan ku, takut jika ada yang ketinggalan.

Aku merasa ada sebuah langkah kaki yang mendekatiku, kepalaku yang tadinya menunduk, kini ku perlihatkan.

"Hai manis, apa kau belum pulang?" sapa kakak perempuan itu saat menghampiriku.

Aku tersenyum manis, "Belum Kak, apa Kakak belum pulang juga?" tanyaku padanya.

"Belum juga," jawabnya singkat.

"Apa benar kau adiknya Vino?" tanyanya sambil menatap mataku.

Aku yang merasa ditatap, ku tatap balik perempuan itu, "Iya benar, Aku adik Kak Vino,"

"Apa Kakak kenal?" tanyaku penasaran.

Kakak itu mengangguk, "Aku temannya Vino sewaktu SMP. Dari awal aku melihatmu tadi, aku merasa seperti tidak asing lagi denganmu, dan ternyata kau adalah adiknya Vino," jelasnya padaku.

Aku berpikir sejenak, mencoba mengingat. Apa mungkin aku mengenal kakak ini sebelumnya? Pikiranku kini berputar pada beberapa tahun yang lalu di kala aku dan kak Vino masih mengenakan seragam putih-biru.

Telat mikir. Aku baru menyadari jika perempuan yang berada di hadapanku ini adalah kak Lila. Iya, kak Lila. Kakak ini sering mengikuti lomba-lomba da'i, ia juga sering menjuarainya. Dan setahuku, ia melanjutkan pendidikannya ke pondok pesantren.

"Apa benar ini Kak Lila?" tanyaku memastikan setelah beberapa detik aku tersadar.

Ia mengangguk cepat tatkala aku mengingatnya, "Ya ampun, maafkan aku Kak. Aku hampir lupa padamu, kau tambah cantik sekarang," pujiku tanpa mengada-ada.

"Kau bisa saja Ra," balasnya tersenyum simpul, sangat cantik.

"Apa Kakak tengah libur?"

"Tentu, maka dari itu aku bisa mengisi kegiatan hari ini,"

"Bagaimana sekolahmu?" kini saatnya ia yang bertanya.

Dengan santai aku menjawab, "Alhamdulillah lancar,"

"Alhamdulillah, wah ternyata kita sudah lama tidak bertemu ya," aku tersenyum kikuk,jika dipikir-pikir, memang benar. Terakhir kami bertemu sekitar satu atau dua tahun yang lalu.

"Oh ya Ra, apa kau mau ikut denganku hari Jumat nanti?" ajaknya padaku.

"Jika boleh tahu, mau ikut ke mana Kak?" tanyaku  sedikit penasaran.

"Ke masjid Al-Hijrah, di sana ada kegiatan satu hari bersama Al-Quran. Kegiatan nya dari jam delapan pagi hingga berbuka puasa bersama,"

Kelihatannya menarik, ada rasa ingin ikut. Tapi, jika mendengar waktunya tadi, aku kembali berpikir. Akhir-akhir ini, pesanan bunda semakin banyak. Mana mungkin aku tidak menolongnya, walau ada kak Vino di rumah, tetap saja aku tidak enak jika tidak membantunya.

Karena kak Lila melihat ada raut kebingungan di wajahku, lantas ia berucap, "Tenang saja Ra, aku akan izin pada Vino dan orang tuamu. Aku tidak akan mungkin mengajakmu secara diam-diam,"

Aku masih berpikir sejenak, baru saja aku ingin mengatakan sesuatu, suara yang sangat familiar menyapa telingaku.

"Ra, ayo pulang," pemilik suara itu siapa lagi jika bukan Vino?

Lantas aku menoleh dan mendapati wajahnya, "Oh iya baiklah Kak," aku berdiri dan mengambil tas ku.

Kak Lila yang tadi duduk, kini ikut berdiri.

"Eh, Lila apa kabar?" sapa kak Vino kala melihat Lila teman SMP nya.

"Alhamdulillah baik, kau sendiri bagaimana?" kak Lila menanya balik.

"Alhamdulillah baik juga, kalau begitu aku pamit ya," hari memang sudah sangat sore.

"Baiklah hati-hati. Oh ya Vin, besok aku akan ke rumahmu," sepertinya aku sudah tahu maksud dan tujuan kak Lila ke rumahku besok.

"Boleh saja, kalau boleh tahu ada apa?" terlihat dari wajah kak Vino yang sedikit penasaran.

"Besok sajalah, ya kan manis?" ucap kak Lila menoleh ke arah ku seolah meyakinkan.

Aku yang sudah tahu pun hanya mengangguk sambil tersenyum. Kak Vino menoleh ke arah ku, seolah meminta penjelasan.

"Baiklah Kak, jika begitu kami pamit pulang ya," ucapku mengalihkan topik.

"Baiklah, hati-hati di jalan sampai bertemu besok," serunya.

Aku dan kak Vino pun segera melangkahkan kaki ke arah parkiran, kendaraan beroda dua  itu telah menunggu di sana.







-
-
-

Bersambung...

Rabu, 5 Mei 2021

Diarra Ufaira✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang