H-29: Persiapan III

13 4 0
                                    

Semua bumbu-bumbu yang diperlukan sudah bunda giling dan disimpan dalam kulkas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua bumbu-bumbu yang diperlukan sudah bunda giling dan disimpan dalam kulkas.

Pukul 15.00

Keluarga kecil nan sederhana ini tengah asik menonton televisi bersama. Namun, salah seorang menyeletuk, "Vin, jika ada opor tapi tidak ketupat atau lontong sepertinya tidak afdol ya?"

Vino yang merasa diajak bicara, lantas menjawab, "Iya ya Yah, seperti ada yang kurang gitu."

"Bilang saja mau dibuatkan, pakai kode-kode segala lagi," sahut Arra yang berada di samping Vino.

"Nah peka," seru Vino dan ayah bersamaan.

"Kalau ketupat sih sudah ada, tinggal dimasak saja nanti. Tapi, kalau lontong bunda rasa plastiknya kurang. Apa ada yang bersedia membelikannya?" sahut bunda.

"Tenang saja Bun, biarkan Vino dan Arra yang beli plastiknya. Ya kan Ra?" ucap Vino seolah meminta persetujuan dari Arra.

Dengan cepat Area membalas, "Tidak tidak! Arra sudah mengantuk Kak." Entah benar atau tidak jika Arra sekarang sedang menguap.

"Ays, ayolah," bujuk Vino sambil menarik tangan Arra agar mengikutinya.

Arra memejamkan matanya seolah tertidur. "Sudahlah Ra, temanilah kakakmu itu kasihan," sahut ayah.

"Tapi Yah," elak Arra.

"Sudah Ra, temani kakakmu," titah bunda tidak terbantahkan.

Dengan terpaksa Arra pun menemani Vino.

°°°°°°

Sambil menunggu Arra dan Vino, bunda pun memasak ketupat sesuai request ayah. Tidak lama kemudian, Arra dan Vino pulang.

"Assalamualaikum," ucap mereka.

"Waalaikumsalam," jawab bunda.

Diserahkannya plastik itu pada bunda, lalu bunda isi dengan beras. Setelah itu, bagian Vino dan Arra untuk merekatkan plastiknya menggunakan lilin.

Vino sangat semangat membantu, karena lontong juga termasuk makanan kesukaannya.

Pukul 16.15

Lontong sudah siap untuk direbus. Dua puluh lontong, lumayan.

Air kukusan telah mendidih, bunda pun memasukkan lontong itu ke dalam kuali. Sambil menunggu, dua beradik itu pun bergantian untuk mandi.

Awalnya mereka saling suruh menyuruh untuk siapa yang mandi duluan. Namun karena perintah bunda untuk Arra yang lebih dulu, mereka berdua tidak bisa membantah lagi.

Sambil menunggu Arra, Vino pun mengambil ponselnya dan menggerakkan tangannya untuk menyentuh icon aplikasi Instagram.

°°°°°°

Buka puasa tinggal menghitung detik. Tiba saatnya,

Allahu akbar Allahu akbar

"Alhamdulillah," ucap mereka.

Minum air putih untuk memecahkan, mengambil air wudhu lalu salat magrib berjamaah dengan ayah yang menjadi imam. Setelah itu, barulah mereka berbuka puasa.

Awalnya, Vino ingin memakan lontong yang dibuat sore tadi. Namun, karena kuah opornya belum dimasak alhasil Vino ikut makan nasi.

Sekitar dua puluh menit, mereka telah selesai berbuka. Arra dan bunda membersihkan piring-piring yang kotor. Sedangkan ayah dan Vino duduk santai di depan rumah sambil menikmati angin sepoi-sepoi.

Malam ini adalah malam terakhir salat tarawih. Rasanya cepat sekali bulan Ramadhan ini. Karena tidak ingin ketinggalan, Arra pun cepat-cepat bersiap untuk melaksanakan salat tarawih di masjid.

Begitupun dengan ayah, bunda dan Vino. Mereka juga telah siap untuk pergi ke masjid.

Rumah sudah terkunci, mereka pun berangkat dengan jalan kaki.

Sampainya di sana, beberapa orang sudah mulai berdatangan. Maklum saja, jika semakin mendekat Ramadhan berakhir, jamaah masjid semakin berkurang. Mereka pasti sibuk untuk menyambut hari raya. Misal membuat kue, atau mereka yang tengah mudik, dan lain sebaginya.

Arra dan bunda duduk di shaf depan andalannya. Arra mengedarkan pandangannya, setelah ini masjid sedikit sepi karena tidak ada lagi salat tarawih, hanya ada salat fardhu saja.

Ramadhan akan berakhir. Bulan yang penuh berkah, penuh cinta dan penuh amalan nanti akan meninggalkan kita. Hanya satu bulan saja ia menemani kita. Arra berharap, jika tahun depan ia masih bertemu dengan bulan suci Ramadhan.

Mata Arra kini telah berkaca-kaca, seolah tidak ingin pisah dengan bulan Ramadhan. Bunda yang melihat itupun lantas bertanya,

"Ada apa Ra?"

Arra menoleh dan mendapati bunda. "Arra merasa sedih Bun," ungkap Arra.

"Mengapa kau bersedih?"

"Bulan Ramadhan akan meninggalkan kita," ucap Arra menatap mata coklat bunda.

Bunda tersenyum seraya mengelus kepala Arra dengan pelan. "Kau berdoa saja Ra, semoga tahun depan kita akan bertemu lagi dengan bulan Ramadhan," balas bunda menenangkan.

Arra memeluk bunda dengan erat, bunda pun membalasnya.

Selang beberapa detik kemudian, sebuah suara menginstruksi untuk melakukan salat.






-
-
-

Bersambung....

Selasa, 11 Mei 2021

Diarra Ufaira✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang