Ambyar

621 92 2
                                    

Hari yang berat untuk orang yang hebat
...

++++++++++++++++++

Sepanjang perjalanan, Prilly lebih banyak diam. Dia hanya berucap sepatah dua kata sebagai responnya saat Umi atau Abuya mengajaknya ngobrol. Selebihnya ia akan diam, bahkan tak terasa sudut matanya meluncurkan bulir bening. Namun ia segera menyekanya, sebelum dilihat oleh Umi ataupun Abuya.

Ia merogoh tas slempangnya, mengambil tasbih dari dalam sana.
Sembari berdzikir ia juga teringat kejadian beberapa jam yang lalu dirumah Ali.

Prilly membuka laci nakas, dia sebenarnya hanya ingin mencari gunting untuk menggunting uluran benang dari kerudungnya. Namun bukannya ia menemukan gunting ia malah menemukan kotak cincin.

Ia mengambil nya, penasaran dengan isinya ia membuka kotak cincin tersebut, betapa kagetnya ia melihat isi didalamnya. Sebuah cincin putih sama persis dengan cincin yang sedang ia pakai. Cincin yang ia temukan didalam amplop yang Ali berikan waktu lalu.

Di dalam laci tersebut juga terdapat buku akta nikah, ia mengambilnya dan membuka lembaran sampulnya. Betapa lebih kagetnya ia, saat melihat pas foto Ali dan juga dirinya terpampang jelas disana.

Air matanya luruh seketika, apa saja yang sebenarnya ia tidak tau. Dia merasa kecewa, sedih dan beragam rasa lainnya.

Ia segera meletakkan kembali kotak cincin serta buku akta nikah tersebut kedalam laci. Namun ia tak sempat menutup nya, ia sudah lebihdulu meninggalkan kamar tersebut.

+++

Ully merasa ada sesuatu yang sedang putrinya sembunyikan darinya.
Ia sempat menatap mata sang putri yang sedikit berair dan memerah.

Apa dia habis nangis? Tapi kenapa? Bukannya dia dari rumah Ali, apa yang sebenarnya terjadi?- batinnya

Ully semakin yakin, bahwa putrinya sedang menutupi sesuatu darinya.

Tapi apa?-pikirnya

Ting nong
"Assalamu'alaikum"

Ully membuka pintu rumahnya.
"Ali. Wa'alaikumsalam, nak. Masuk"
Ully mempersilahkan Ali duduk, lalu ia juga duduk di sampingnya.

"Maaf Bun, Ali kesini mau ketemu Prilly. Prilly nya ada kan?"

"Ehmmm sebenarnya ada yang ingin Bunda tanyakan dulu sama kamu Li?"

"Tanya apa Bun?"

"Kamu habis berantem sama prilly?"

"Hah? Engga. Ali bahkan belum ketemu sama Prilly hari ini"

"Loh, bukannya dia habis dari rumah kamu?"

"Iya, Bun. Tapi dari pagi Ali itu udah berangkat ke kantor, Ali ngga tau kalo Prilly kerumah. Ali pulang dari kantor, mama marah-marah nyalahin Ali karena Ali berangkat ke kantor dan biarin Prilly sendirian dirumah. Makanya sekarang Ali kesini mau ketemu Prilly, mau minta maaf sama dia. Prilly nya ada kan, Bun?" Ucap Ali sembari tengak-tengok

"Prilly udah pergi, dia berangkat ke pondok"
Ali tercengang

"Kok mendadak?"

"Itu dia yang buat Bunda heran. Kemarin dia bilang, dia ngga mau berangkat pondok sebelum kondisi kamu pulih. Terus tadi, Prilly pulang dengan kondisi mata sembab, kaya abis nangis gitu, makanya Bunda tanya apa kamu sama dia habis berantem"

"Prilly nangis? Tapi sumpah Demi Allah bun, Ali ngga tau Prilly kenapa"

"Bunda juga bingung, tadi Umi sama Abuya mampir kesini jengukin dia, terus tiba-tiba dia minta bareng buat berangkat ke pondok"

Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang